Diceritakan kembali oleh : Ananda Fitria Ramadhanti

Pada zaman dahulu disuatu tempat yang terletak di lereng selatan Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas yang berjarak sekitar 7,5 km dari Kota Purwokerto, hiduplah seorang pembantu bernama Suta, ia adalah seorang pemuda yang amat tampan yang bekerja disebuah Kadipaten Kutaliman. Suta adalah seorang pemuda tampan yang jujur dan baik, maka dari itu ia selalu dipercaya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, disamping itu tugas Suta di Kadipaten Kutaliman yaitu merawat, menjaga sekaligus membersihkan kuda-kuda milik sang Kadipaten Kutaliman tersebut.

Pada suatu hari ketika Suta telah selesai melaksanakan tugas-tugasnya terhadap sang kuda milik Kadipaten, diwaktu senggangpun ia memutuskan untuk menghirup udara segar dengan berkeliling-keliling disekitar Kadipaten tersebut, ia mencari suasana yang tenang, nyaman dan menyenangkan, akan tetapi karena begitu luasnya Kadipaten tersebut sehingga Suta hanya mampu menempuh satu lokasi saja pada saat itu, meskipun demikian ia tidak putus asa untuk mengelilinginya kembali pada keesokan harinya dan begitu seterusnya hingga akhirnya ia mampu menelusuri dan memahami seluruh lokasi yang terdapat di Kadipaten Kutaliman tersebut.

Pada suatu ketika saat Suta sedang berkeliling lokasi di Kadipaten, tiba-tiba ia mendengar suara jeritan yang cukup keras, jeritan tersebut seperti jeritan seorang perempuan, Sutapun sangat panik sehingga ia berusaha untuk mendatangi dan mencari suara jeritan tersebut, sesaimpainya ia pada satu titik sumber suara tersebut, ia pun melihat ada seekor ular raksaksa, ular tersebut sangatlah besar dan panjang, Suta melihat bahwa Ular tersebut sedang membuka mulut sangat lebar dengan melilit seorang Perempuan cantik yang pada saat itu akan dimangsa sang ular. Karena lilitan Ular tersebut perempuan cantik ini amat pucat dan hampir tidak kuat untuk mempertahanlam diri. Pada saat itu Suta rela menyingkirkan rasa takutnya kepada ular raksaksa tersebut, demi menyelamatkan wanita tersebut dengan mengandalkan sebuah pedang yang sudah berkarat, akan tetapi karena Suta tak pandai dalam perkelahian sehingga membutuhkan cukup banyak waktu dalam menaklukan dan menyingkirkan ular raksaksa tersebut. Akan tetapi meskipun Suta tak pandai dalam berkelahi, ia tetap mampu memusnahkan sang Ular sehingga perempuan yang pada saat itu terlilitpun selamat dalam keadaan pingsan.

Setelah kejadian tersebut, tiba-tiba ada seseorang datang menghampiri. Ia adalah emban, ia langsung membawa pergi dengan menggendong perempuan itu ke pendopo terdekat dari lokasi kejadian. Suta amat penasaran dengan Perempuan tersebut, sehingga ia pun bertanya kepada sang Emban ” Apakah emban tau siapakan perempuan ini?” Emban pun menjawab ” Perempuan ini adalah seorang Putri dari Adipati Kutaliman”.

Pada saat mendengar pernyataan tersebut, Sutapun sangat kaget, akan tetapi ia bersyukur karena ia telah membantu menolong sang putri saat dalam keadaan yang berbahaya, disisi rasa bersyukurnya Suta juga senang karena ia bisa bertemu secara langsung dengan sang putri, karena biasanya Suta hanya mendengarnya dari cerita orang saja bahwa putri sang Kadipaten Kutaliman adalah seorang wanita yang cantik jelita.

Semenjak peristiwa tersebut Suta dan Putri pun sering kali berjanjian untuk bertemu dan berbincang-bincang hingga pada akhirnya keduanya memiliki rasa cinta antara satu dan yang lainnya. Hingga pada suatu waktu, Suta memberanikan diri menemui sang Kadipaten Kutaliman demi untuk melamar sang Putri Kesayangan kadipaten.

Mendengar Pernyataan Suta yang berani untuk melamar Putrinya, Kadipatenpun sangat marah padanya. Karena yang beliau ketahui putrinya dan Suta hanya sekedar berteman dekat dan tak pernah menyangka bahwa kedekatannya akan melebihi batas pertemanan. Hingga pada akhirnya sang Adipati mengatakan pada Suta dengan emosi yang membara ” Kamu ini sadar, kamu hanyalah seorang pembantu, pengurus kuda saya. Tidak pantas jika kamu bersanding dan menjadi pasangan putri saya. Mengerti?!! Tangkap dia pengawal! Dan masukan ke dalam ruang penjara bawah tanah!!”

Putri yang mendengar hal tersebut sangat sedih, ia sangat menyayangkan sang Ayahanda sangat marah dan harus bersikap tak layak seperti itu kepada Suta pemuda yang dicintainya. Putri sangat sedih dan terkejut melihat Suta dibawa ke penjara bawah tanah yang pengap dan gelap, padahal baginya Ayahandapun memahami bahwa penjara tersebut dibuat dan dikhususkan untuk seorang yang melakukan tindakan jahat diluar penalaran.

Sang Putri sangat tidak tega melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu, sehingga ia mencari bala bantuan demi membebaskan kekasih tercintanya, Putripun pergi pada malam hari menemui Emban sang kepercayaannya demi mencuri kunci untuk membuka penjara bawah tanah, Dikala Emban melakukan perintah Putri, Putripun menunggunya disalah satu tempat di Kadipaten Kutaliman yang jarang ditemui orang-orang bersama kuda kesayangannya.

Dikala itu Emban benar-benar melaksanakan perintah sang Putri dengan sangat baik, ia mengelabuhi penjaga penjara demi membebaskan Suta, akan tetapi pada saat pintu terbuka, Emban melihat Suta terbaring lemas tak berdaya karena ia sama sekali tidak diberi makan dan minum, melihat peristiwa tersebut Emban merasa sangat kasihan, sehingga Emban memberinya sedikit bekal agar Suta memiliki sedikit tenaga untuk melarikan diri, disamping itu Emban memberikan pakaian ganti kepada Suta agar pada sat melarikan diri Suta tidak dikenali oleh orang-orang Kadipaten.

Setelah menyamar menggunakan pakaian penduduk, Suta dan Embanpun mengendap-endap melarikan diri ke dadrah penduduk hingga sampai ke suatu sudut Kadipaten tanpa diketahui penjaga penjara, Suta dan Putripun kabur ke arah selatan menuju lereng Gunung Slamet dengan menaiki kuda kesayangannya. Hingga pada suatu keesokannya Suta dan Putri Kadipaten memutuskan untuk beristirahat disuatu tepi sungai, mereka berdua berbincang-bincang sembari menikmati pemandangan alam yang indah, hingga pada akhirnya Sang putri meminta untuk menetap bersama Suta di tempat tersebut, Pemuda tampan bernama Sutapun sepakat dengan pendapat sang kekasih, hingga pada akhirnya mereka berdu menetak dan membina rumah tangga ditempat pelariannya tersebut. Hingga pada akhirnya masyarakat sekitar menamakan tempat tersebut dengan sebutan BATURADEN berasal dari kata batu/batur yang artinya pembantu, dan Raden yaitu diartikan sebagai seorang bangsawan. Hingga pada saat ini cerita tersebut masih terbilang sangat kental di masyarakat sekitar hingga pada akhirnya menyebar ke daerah-daerah lain, sehingga banyak mitos yang terdengar bahwa apabila sepasang kekasih yang mendatangi kawasan Baturaden maka kisah cintanya akan kandas begitu saja, hingga dinamakan Kisah Kasih tak sampai, orang zaman dahulu mengaitkannya dengan peristiwa seorang putri kadipaten dengan pembantunya yang bernama Suta hingga pada akhirnya kisah tersebut masih hangat dibicarakan sampai saat ini khususnya para remja yang sedang kasmaran, keterkaitan kisah Sang Putri dengan Suta seorang pembantu yang bertugas merawat kuda yang sedang jatuh cinta dan memutuskan untuk bersama tetapi tidak direstui oleh Kadipaten Kutaliman menjadi bahan perbincangan dari asal mula Kandasnya hubungan remaja yang sedang bercinta di Baturaden, bisa saja karena sangat tidak relanya Sang Putri Kadipaten dengan Suta yang tidak mendapatkan restu dari Ayahanda, ia pun tidak rela bila melihat Sepasang kekasih bahagia dan kasmaran di daerah Baturaden. Meskipun saat ini banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah Mitos akan tetapi kekandasan tersebut banyak  terjadi pada sepasang kekasih yang benar-benar datang ke Baturaden.

BIODATA PENULIS

           Ananda Fitria Ramadhanti, lahir di Banyumas, 18 Desember 2001. Mahsiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Berdomisili di Tambaksari kidul 7/3, kecamatan kembaran, kabupaten Banyumas. Ia dapat dihubungi melalui ig : @ananda.afr. dan Surel : anandafitriaramadhanti101@gmail.com

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *