Marilah kita singkirkan kebencian dari hati kita. 

Tentunya kebencian yang berakibat destruktif (merusak) seperti kebencian terhadap sesama manusia apapun jenis agamanya,  kapasitasnya (ulama,  pejabat, konglomerat, orang melarat), etnisnya,  partainya,  ormasnya dan sebagainya. Karena kebencian tersebut hanya semakin mengotori hati,  menyebabkan sakit jiwa dan raga,  berpikiran picik, dan timbulnya berbagai konflik sosial. 

Lain halnya  dengan kebencian yang bersifat konstruktif (membangun) seperti benci kemaksiyatan, keburukan, kejahatan dan kekufuran. Jenis kebencian ini justeru sangat dianjurkan.  Kendati demikian Rasulullah s.a.w. mengajarkan agar kita hanya membenci perbuatannya dan jangan sampai membenci pelakunya. Dalam pergaulan sehari-hari Nabi tetap ramah, santun dan kasih sayang kepada orang kafir dan para pendosa. 

Lebih dahsyat lagi, prinsip Rabi’ah al-Adawiyah, sufi wanita ternama yang masyhur dengan konsep “cinta”nya, yang mendasari seluruh amaliyah dan kehidupannya semata-mata berdasarkan rasa cinta kepada Sang Khaliq. Bahkan ketika ia ditanya, “apakah ia membenci Iblis? “

Maka jawabnya: “hatiku sudah terpenuhi oleh rasa cinta, sehingga hampir tidak ada ruang kebencian yang tersisa dalam hatiku kepada siapa pun. “

Tentunya bukan berarti Siti Rabi’ah mencintai Iblis, namun seluruh waktu, detak jantung dan  denyut nadinya hanya digunakan untuk ibadah penuh kecintaan kepada ALLAH, sehingga tidak ada waktu dan pikiran membenci yang lain. 

Kiranya,  bila spirit cinta sang sufi wanita ini diamalkan oleh kita semua,  tentulah  kehidupan ini bisa lebih baik,  damai dan harmoni baik hubungan antar sesama Muslim,  sesama anak bangsa,  maupun sesama manusia. 

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *