Setelah kasus dipukuli warga karena disangka pencuri kambing, RBS semakin berusaha untuk berhati-hati. Setelah penat berkeliling menjajakan jamu sepanjang hari, malam harinya digunakannya untuk berziarah ke makam para orang shalih, untuk mengaji hidup katanya. Mengetahui riwayat hidup orang shalih memang menjadi salah satu hal yang menyejukkan hati. Kisah orang shalih mengajarkan kesabaran menjalani ujian, kesyukuran akan setiap kenikmatan. Belajar dari orag shalih juga bermakna belajar untuk selalu memiliki nilai transendental dalam hidup, yakni menghubungkan apa yang terjadi di bumi dengan kuasa yang ada di langit.
Kebiasaan ini melekat hingga kini pada RBS, selalu saja ada waktu untuk menyendiri berbincang dengan alam, menjauh dari keramaian, mengaji rasa. Muncullah prinsip hidup: niat, nekad, mangkat. Maknanya, selalulah miliki niat positif, jangan mundur untuk mewujudkannya, dan segeralah laksanakan. RBS tak pernah ragu dan menunda niat baiknya, termasuk dalam menolong orang. Benar-benar pelajaran indah dari ibundanya, sang penjual jamu yang menjadi pengajar pertama.
Berjualan jamu ada pasang surut. Jaman dulu, orang tak sakit setiap hari dan tak minum jamu setiap hari, karena jaman dulu makanan rata-rata masih alami tak banyak mengandung pengawet, perasa dan kimia lainnya. RBS mulai mencoba usaha lain di samping tetap menjual jamu yaitu menjadi kernet truck. Ternyata, pekerjaan ini tak mampu mengantarkannya pada perbaikan ekonomi. Masih tak menyerah, dan tetap pada prinsip: “yang penting masih bisa hidup dan tetap menyembah Allah.” Melihat derita supir truck dan kernetnya yang selalu saja kelaparan, RBS beralih profesi menjjal nasi goreng murah meriah untuk para supir truck, kernet dan masyarakat kecil. Laku? Alhamdulillah laris manis. Apakah menjadikannya pada perbaikan ekonomi? Tidak juga, ternyata lebih banyak yang makan tanpa bayar, niat hutang tapi hingga kini tak bayar-bayar.
Apakah RBS kapok? Dengan teraenyum beliau bercerita kepada saya: “Saya ingat selalu pesan ibu agar jika tidak dibayar, niatkan shadaqah saja, niat membantu hidup manusia.” Gagal menjadi kernet truck, gagal menjadi penjual nasi goreng. Lalu menvobalah RBS jualan mie keliling, barangkali pembelinya lebih semangat membayar. Ternyata gagal juga. Maka diputuskanlah untuk fokus saja pada menjual jamu.
Pelajaran menariknya afalah: “Jangan pernah lelah berdoa dan berusaha. Jalan hidup sudah ada yang mengatur. Tugas kita adalah berdoa dengan yang terbaik dan berusaha yang terbaik.” Saya tak bosan-bosan mendengatkan kisah RBS asyik seakan menonton sinetron yang sulit ditebak alurnya. Lalu bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah si penjual jamu ini terus bernasib malang? (Bersambung).
No responses yet