Pagi ini momen berharga bagi saya sebagai seorang Penceramah. Jadwal ceramah Minggu pagi ini di Mesjid Al Badar Lampineung. Alhamdulillah ceramah berjalan lancar dan normal, seperti biasa.
Namun ada catatan menarik setelah ceramah, seorang Ustadz menyebutkan bahwa di antara jamaah yang hadir ada Tuan Guru yang hadir yaitu Professor Yusni Sabi. Ternyata beliau duduk pas di depan mimbar, dan saya tidak menyadari bahwa beliau di depan, karena menggunakan masker.
Momen berikutnya, tidak memperpanjang kalam, ingatan saya menerawang ke tahun 2006 ketika beliau memfasilitasi saya dan beberapa teman lainnya untuk berangkat belajar ke Al Azhar Kairo Mesir kerjasama Pemda Aceh dan IAIN Ar Raniry ketika itu.
Sebagai seorang yang ‘Guru Besar’, penampilan beliau tidak banyak berubah, sederhana, semangat berapi-api dan tentunya rendah hati.
Sengaja saya memilih diam untuk mendengarkan petuah dan nasihat yang beliau sampaikan. Walaupun usia beliau telah sepuh, karena beliau lahir tahun 1944 sebaya Prof. Quraish Shihab, namun semangat, ingatan dan narasi beliau masih sangat bagus dan rapi ketika menyampaikan. Banyak pesan-pesan penting yang disampaikan oleh beliau tentang keacehan yang harus terus dijaga dan dirawat, salah satu poin penting adalah Akhlakul Karimah, Silaturahmi dan menjaga persatuan dan kesatuan.
Beliau juga berpesan untuk menghidupkan budaya tabayyun dan menasihati secara tertutup dengan cara cara yang muslihat. Apabila pun ada kekeliruan yang nampak dilihat maka memberi nasihat secara langsung dengan perwakilan akan lebih tepat dan efisien.
Selain itu, saya pribadi menyampaikan ucapan ribuan terima kasih karena telah memudahkan saya ketika belajar di Mesir dulu dengan beasiswa yang sangat membantu saya saat itu. Pesan penting lainnya dari beliau adalah ketika saya ingin mundur dari S2 yang sedang saya jalani. Di antara ucapannya yang melekat saya ingat “sesuatu yang sudah dimulai, harus diselesaikan”. Alhamdulillah dengan piranti semangat tersebut program pascasarjana pun selesai dengan nilai yang lebih dari cukup.
Professor Yusni Sabi sebagian memanggilnya dengan Ayahanda dan adapula yang memanggil beliau ‘Ustadz’. Menurut saya beliau adalah Tokoh yang konsisten dan komitmen merawat kemajemukan, berdiri atas semua golongan. Bagi orang orang yang dekat dengan beliau tentu paham kalimat yang saya sebutkan ini.
Mengenai riwayat hidup Tokoh tersebut telah ditulis oleh para murid dan koleganya dalam ratusan halaman. Satu kata yang menjadi simbol kehidupan beliau dan mungkin pelajaran yang penting bagi saya atau mungkin juga para pembaca, bahwa kata beliau “Geutanyoe hana broek ngon babah gop” artinya ucapan orang lain tidak akan menjelekkan kita kalau kita baik.
Terakhir, Professor Yusni Sabi telah melalui masa menuntut ilmu di berbagai tempat dan dalam waktu yang lama. Walaupun usianya telah sepuh, namun semangat keteladanan terus menerus beliau contohkan kepada kita generasi berikutnya pelanjut estafet Sang Tuan Guru Professor tersebut. Semoga Allah Swt Tuhan kita meninggikan derajat dan kemuliaan Tuan Guru yang penyayang tersebut.
Sehat selalu Tuan Guru Prof. Kami akan berusaha meniru dan mencontoh gerak langkahmu. 76 Tahun Ayahanda Prof Yusni Sabi, Guru besar emeritus UIN Ar-Raniry.
No responses yet