Salah satu tanda kecerdasan adalah tidak serta merta menuruti keinginan dan selalu menerima dengan santuy semua pemberian Gusti Allah, tidak berharap yang tidak-tidak. Seperti dawuh Kanjeng Nabi Muhammad SAW
الكيّس من دان نفسه ، وعمل لما بعد الموت ، والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنّى على الله الامانيّ
“Orang yang sempurna akalnya (cerdas) ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah (bodoh) adalah yang selalu menuruti hawa nafsunya. Disamping itu, dia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Gusti Allah.”
Seperti cerita Nabi Isa AS yang satu hari lewat area pemakaman. Di situ, Nabi Isa ketemu seorang pemuda yang menangis meraung-raung di depan satu makam tak bernisan. Nabi Isa menghampirinya, “Hei anak muda, kenapa kamu menangis hebat sekali di depan kuburan itu?”
Pemuda itu menoleh dan ternyata Nabi Isa yang bertanya padanya. Si pemuda pun langsung meminta tolong Nabi Isa, “Wahai Nabi Isa, sudah seratus hari ini istriku meninggal dunia, padahal aku lagi sayang-sayangnya, tolonglah hidupkan dia lagi,”
Nabi Isa menjawab, “Kalau kamu begitu mencintainya, relakan dia tenang di alam sana, itulah yang terbaik bagimu dan bagi istrimu menurut Gusti Allah,”
“Tapi istriku wanita sholehah, jika dia hidup, pasti dia akan lebih berguna bagiku dan semua orang,”
“Hei pemuda, Gusti Allah telah menetapkan batas usia bagi semua orang termasuk istrimu, tidak akan tertunda jika sudah datang ajalnya, terimalah dengan ridho”
Pemuda itu sempat termenung dengan dawuh Nabi Isa tersebut. Tapi akalnya sudah kalah dengan hawa nafsunya. Si pemuda pun akhirnya tetep ngotot, “Duh Nabi Isa, usia pernikahan kami masih sebentar, bahkan kami belum punya anak, tolonglah aku, bebaskan aku dari penderitaan ini, hidupkanlah istriku agar kami bisa bersatu lagi,”
Nabi Isa dawuh, “Aku mungkin bisa membangkitkan istrimu dengan izin Gusti Allah, tapi aku tidak bisa memastikan apakah hidupnya lagi istrimu itu akan membahagiakanmu nanti,”
“Aku kira jelas aku bakal bahagia,” kata si pemuda, “Tiap hari aku mendatangi kubur istriku, hingga aku meninggalkan pekerjaanku karena tak ada semangat lagi hingga aku jatuh miskin,”
“Belum tentu,” bantah Nabi Isa, “Mungkin kematiannya ini lebih baik bagimu,”
“Duh Nabi Isa,” si pemuda tetap merengek, “Tolonglah aku, aku betul-betul ingin istriku hidup lagi,”
Karena dinasehati malah ngeyel gak habis-habis, Nabi Isa pun akhirnya menuruti, “Oke, aku akan menolongmu,”
Nabi Isa lalu menghadap ke kuburan yang dimaksud si pemuda, lalu berdoa, “Hai penghuni kubur, bangkit dan hiduplah lagi atas izin Gusti Allah!”
Tiba-tiba tanah kubur itu terbelah dan keluarlah sosok tinggi besar, hitam legam, berambut keriting. Orang ini saat hidupnya ialah perampok yang dibunuh masyarakat.
“Inikah istrimu?” Tanya Nabi Isa.
“Hah? Bukan Nabi Isa!” Si pemuda kaget.
Nabi Isa tersenyum, ternyata selama ini si pemuda menangis di makam yang salah. Ini akibat akalnya yang tertutup oleh nafsunya, dia pun jadi ceroboh. Jasad si perampok itupun dimatikan lagi oleh Nabi Isa dan kuburnya ditutup lagi.
Lalu Nabi Isa menuju satu makam yang tak bernisan yang lain, diikuti si pemuda. Nabi Isa berdoa lagi dan berkata, “Hai penghuni kubur, bangkit dan hiduplah lagi atas izin Gusti Allah!”
Tiba-tiba tanah kubur itu terbelah dan keluarlah sosok wanita cantik dari dalam kubur. Nabi Isa bertanya pada si pemuda, “Inikah istrimu?”
Si pemuda takjub tak sanggup berkata-kata. Istrinya yang telah mati, hidup lagi. Sampai si pemuda itu lupa menjawab pertanyaan Nabi Isa dan berterima kasih padanya. Si pemuda langsung menghampiri jasad istrinya yang telah hidup lagi, membopongnya lalu berlalu dari hadapan Nabi Isa.
Nabi Isa pun tersenyum saja dan cuma bisa bergumam
انما عجزت عن احياء الموتي وقد عجزت عن معالجۃ الحمق
“Sesungguhnya bukannya aku tidak mampu menghidupkan orang yang mati, tetapi aku tidak mampu mengobati orang yang dungu”
Sementara itu, si pemuda dan istri cantiknya yang sudah hidup lagi, pulang ke rumah si pemuda. Rumah si pemuda yang dulu besar, sekarang tampak tidak terurus. Mereka pun membersihkan rumah mereka. Setelah itu, si pemuda pun keluar rumah meninggalksn istrinya untuk mencari pekerjaan baru. Istrinya yang saat hidup adalah orang kaya, menemui suaminya jadi miskin, dia sedikit mengeluh.
Kemudian kebetulan lewatlah seorang juragan yang sedang menunggang kuda di depan rumah si pemuda. Istri si pemuda yang melihat juragan itu, kepincut dengan ketampanan, kegagahan dan kekayaan juragan tersebut. Juragan tersebut juga tertarik dengan kecantikan istri pemuda itu. Sehingga keduanya pun memutuskan pergi dari rumah pemuda itu. Istri si pemuda itu minggat bersama si juragan.
Saat keduanya akan pergi, si pemuda itu datang. Melihat istrinya dibawa pergi, si pemuda berseru, “Duh istriku, kamu mau kemana?”
Tapi tidak dijawab oleh istrinya yang segera kabur bersama si juragan. Si pemuda mencoba mengejar keduanya semampunya. Dan akhirnya, setelah mengerahkan seluruh tenaganya, si pemuda ketemu juga dengan si istri dan juragan yang sedang bermesraan di pinggir kali.
“Istriku!” Seru si pemuda yang muncul tiba-tiba dan membuyarkan kemesraan istrinya dan juragan, “Mari ikut aku pulang ke rumah!”
Tapi apa jawaban si istri? “Aku bukan istrimu, aku tidak mengenalmu!”
Mak jegler! Hati pemuda itu rontok seketika mendengar jawaban sang istri, “Istriku, tega sekali kamu berkata demikian, akulah yang menolongmu bangkit dari kematian!”
Si juragan selingkuhan sang istri yang tadi diam, jadi ikut-ikutan menghardik si pemuda, “Hei gembel dekil, berani-beraninya kamu mengganggu kami. Sana pergi! Sebelum aku membunuhmu!”
Hati si pemuda itupun remuk redam. Dia tak sanggup berkata apapun.
Lalu kebetulan Nabi Isa lewat di tempat itu. Mengetahui itu, si pemuda segera mengadukan perselingkuhan istrinya pada Nabi Isa. Nabi Isa pun nampak ikut bersedih.
“Bukankah sudah aku bilang, lebih baik istrimu tetap tinggal tenang di dalam kuburnya,” dawuh Nabi Isa pada pemuda. Lalu Nabi Isa menghampiri istri si pemuda lalu berkata, “Hai wanita, jika kamu memang istri si juragan ini, kamu tetap hidup. Jika kamu istri si pemuda ini, kamu akan mati seperti semula!”
Dengan izin Gusti Allah, si istri itu tiba-tiba tergeletak, nyawanya melayang. Si juragan mencoba membangunkannya, tapi si wanita itu benar-benar telah mati. Melihat itu, si juragan pun kabur begitu saja.
Sementara si pemuda dirundung kesedihan lagi. Dia menyesal. Andai saja dia ridho dengan kematian istrinya dulu, mungkin istrinya tenang dan husnul khatimah. Tapi gara-gara dibangkitkan lagi, ternyata malah selingkuh dan mati suul khatimah.
Nah, karena kedunguan pemuda itu sendiri menyebabkan bencana untuk dirinya dan istrinya. Andai cerdas, maka si pemuda itu pastinya akan ridho dengan keputusan Gusti Allah sehingga tetap santuy menjalani hidup.
No responses yet