Oleh : Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA*

Ulama-Ulama Nusantara dalam sejarahnya telah berhasil membuktikan kepada dunia, bahwa mereka mampu berperan besar dan turut andil dalam proses penyebaran Islam, pendidikan (intelektual) dan juga membangun hubungan politik antar dunia Islam.

Lebih dari itu, mereka juga terbukti mampu memperoleh posisi penting dalam pengajaran di pusat dunia Islam, Makkah al-Mukarramah, sebagai para pengajar di Masjid al-Haram yang dipilih oleh para tokoh ulama dari empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Tidak hanya satu atau dua ulama, tetapi puluhan bahkan ratusan ulama. Jejak mereka terekam jelas dalam kitab-kitab sejarah tokoh Arab (Tarajim) dan juga kitab-kitab sanad yang menjelaskan mata rantai intelektual para ulama.

Hal ini menegaskan bahwa ulama nusantara merupakan ulama terpandang di mata para ulama dan juga para pencari ilmu dari berbagai dunia lainnya, baik Arab ataupun non-Arab. Apalagi karya-karya mereka yang berjumlah ratusan, bahkan ribuan. Hingga saat ini masih dicetak dan diterbitkan oleh penerbit-penerbit di berbagai negara dunia, khususnya Timur-Tengah seperti; Saudi Arabia, Mesir, Libanon, Syam, Turki, Malaysia, Singapura dan juga Indonesia.

Haramain yang menjadi pusat dakwah dan pertemuan para ulama Islam dari berbagai dunia, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelajar Nusantara yang oleh Azyumardi Azra disebut sebagai Ashab aI-Jawiyin untuk bermukim bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun di sana hingga terpilih untuk dijadikan sebagai pengajar di Masjidil Haram.

Selanjutnya, para ulama tersebut turut berjasa dalam melahirkan generasi-generasi pembaharu. Karena ketika mereka mengajar di Masjidil Hararn, ataupun di rumah-rumah mereka yang terletak di Makkah, mereka betul-betul mendidik para murid dengan baik dan membekali mereka dengan banyak ilmu dalam berbagai funun seperti syariah (fikih), akidah (tauhid), akhlak, tafsir, hadis, ushul, bahasa arab, dan ilmu Iainnya. Dengan bekal tersebut, para murid itu menjadi pembaharu di negeri mereka masing-masing khususnya di nusantara.

Maka tidak heran jika para ulama nusantara yang menjadi alumni Haramain terutama yang belajar pada akhir abad ke-19 M di Makkah, merekalah yang nantinya menjadi para penggerak organisasi-organisasi Islam modern di Indonesia pada permulaan abad ke-20 M; yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan ekonomi, serta mengangkat mental rakyat karena te|ah terjajah sekian lama oleh Belanda dan Iainnya.

Dari sini bisa dipahami, bahwa salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta bangsa Indonesia, adalah dengan menggali sejarah para ulama nusantara. Sebab merekalah para pendiri bangsa yang telah mengerahkan seluruh jiwa dan raga untuk melawan penjajah demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Buku ini (Jalan Dakwah Ulama Nusantara – Pustaka Compass) cukup baik dalam menumbuhkan rasa cinta kepada para ulama nusantara, yang telah mewarnai dunia Islam dengan dakwah mereka. Di samping itu, buku ini juga menjelaskan sejarah masuknya Islam di Nusantara hingga proses tersebarnya Islam di seluruh penjuru tanah air yang dilakukan oieh para ulama dalam berbagai bldang seperti, Pendidikan, Tarekat Shufiyah, Politik hingga jihad fi sabilillah. Hal yang Iebih penting Iagi adalah buku ini mencoba mengungkap jejak para ulama nusantara yang berpengaruh di Haramain dari abad ke-17-20 M.

Saya berharap semoga buku ini dapat menjadi salah satu bagian dari khazanah Islam nusantara Indonesia, dan memberi manfaat kepada bangsa Indonesia untuk semakin mengenal ulama-ulama nusantara, dan perjuangan dakwah mereka agar semakin menumbuhkan semangat nasionalisme, dan cinta tanah air Negara kesatuan Repubiik Indonesia.

*Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tulisan ini diambil dari pengantar buku “Jalan Dakwah Ulama Nusantara, di Haramain Abad 17 – 20 M” karya Dzulkifli Amnan Ph. D, terbitan Pustaka Compass : Tangerang Selatan.

10 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *