Oleh : Dzulkifli Amnan Ph. D*

Nusantara Indonesia yang dikenal oleh orang Arab sejak dahulu dengan sebutan Jawah (جاوة) memiliki sejarah dakwah dan keilmuan yang telah masyhur di kalangan Arab sejak berabad-abad lamanya.

Bahkan kamus-kamus biografi tokoh Arab (Tarajim Arab) dan kitab jejaring keilmuan ulama (Asanid) banyak menungkap sejarah dan biografi para ulama nusantara ‘Jawiyyin’ yang berhasil mencapai kedudukan penting dalam pengajaran di Masjidil Haram.

Kitab-kitab tersebut juga banyak mengungkap keberhasilan para ulama nusantara menjadi ‘masyayikh’ pengajar di Masjidil Haram serta sumbangsih dan pengaruh mereka dalam perkembangan ilmu dan dakwah Islam di dunia, terkhusus di Nusantara.

Hal ini juga yang menjadikan sejarah dakwah Islam dan keilmuan di Nusantara  tidak bisa dipisahkan dengan fungsi Makkah dan madinah sebagai pusat dakwah dan intelektual umat Islam seluruh dunia. Karena disinilah para ulama dan kaum cendikiawan saling bertukar ilmu dan informasi serta mencari solusi untuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi umat Islam di berbagai Negara.

Seperti yang dilakukan Umar Abdul Jabbar salah seorang ahli sejarah Arab, ia banyak megnumpulkan informasi penting mengenai ulama-ulama Nusantara yang menduduki posisi pengajaran di Makkah dalam bukunya Siyar wa Tarajim Ba’dli Ulamaina fi al-Qarn al-Rabi’ ‘Asyar al-Hijri.

Meskipun ia bukan orang pertama yang mencatat biografi dan sejarah ulama-ulama Nusantara di Makkah, tetapi informasi yang disampaikan merupakan salah satu wasilah yang berharga untuk melacak sejarah ulama nusantara yang memiliki pengaruh besar di Makkah.

Seperti Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Muhammad Mahfuzh al-Tarmasi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minakabawi, Syaikh Muhtar Atharid al-Bughuri, Syaikh Muhammad Fathani, Syaikh Ahyad Idris dan ulama nusantara lainnya.

Fakta-fakta tersebut juga disampaikan oleh seorang ulama besar di Makkah Sayyid Alawi Abbas Maliki, ayah dari Sayyid Muhammad Alawi Maliki, bahwa kesungguhan para ulama Nusantara dalam berdakwah telah dimulai sejak mereka mempelajari ilmu dari para ulama besar Haramayn.

Keilmuan dan spiritual yang tergabung dalam diri mereka menjadi ruh dakwah untuk menyebarkan Islam di nusantara. Meskipun tantangan dakwah di nusantara tidaklah ringan seperti bentuk kemusyrikan, kejahilan hingga penjajahan.

Tetapi dakwah mereka yang berpondasikan ilmu, keikhlasan, dan kasih sayang mampu mencapai keberhasilan dengan tersebarnya Islam di seluruh penjuru nusantara dan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, surau, dayah serta lahirnya organisasi-orgaisasi Islam yang menjadi penggerak perubahan di Nusantara Indonesia.

*Tulisan ini diambil dari pengantar Dzulkifli Amnan di buku karyanya berjudul :”Jalan Dakwah Ulama Nusantara, di Haramain Abad 17 – 20 M” terbitan Pustaka Compass.

8 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *