“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48)
Pernahkah kita bayangkan, bagaimana perasaan kita, jika seseorang yang kita cintai dan sayangi menduakan cinta dan sayang dengan yang lain? (Na’udzu billah… Kita berharap semoga hal ini tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan kita)
Pasti kita akan kecewa, marah, sedih, karena ketulusan cinta kita telah dikhianati. Kita cemburu ketika ada orang lain berusaha menaruh perhatian, apalagi memberikan cinta, kasih dan sayangnya kepada orang yang kita cintai, kasihi dan sayangi. Kita tidak ingin rasa cinta dan sayang seseorang yang kita cintai dan sayangi dibagi dengan yang lain. Kita menginginkan rasa cinta dan sayang yang utuh, suci dan murni.
Demikian juga halnya dengan Tuhan. Dia yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, yang cinta, kasih dan sayang-Nya kepada hamba-Nya begitu suci, tulus dan murni tidak ingin hamba-Nya membagi cintanya dengan selain-Nya. Dia menginginkan cinta suci nan tulus dari hamba-Nya. Dia sangat senang jika hamba-Nya mencurahkan segala rasa, perhatian, serta cintanya hanya kepada-Nya semata. Cinta yang utuh, tak terbagi.
Tuhan akan sangat cemburu ketika hamba-Nya membagi cinta dan perhatiannya kepada selain-Nya. Dia akan murka kepada hamba-Nya yang menduakan-Nya.
Ayat di atas menunjukkan betapa murkanya Allah ketika ada hamba-Nya yang menyekutukan-Nya dengan yang lain. Allah sangat benci kepada hamba-Nya yang mencurahkan perhatian, cinta serta pengabdiannya kepada selain-Nya. Bahkan, satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni oleh-Nya adalah ketika seorang hamba mengabdi, menyembah, memohon kepada selain-Nya, yang dalam istilah agama disebut syirik.
Syirik adalah perilaku menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik adalah menduakan Allah dengan selain-Nya. Syirik adalah membagi cinta dan perhatian kepada selain Allah. Syirik adalah menghamba, mengabdi kepada selain Allah.
Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya tidak mengabdi kepada-Nya secara tulus. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya membagi perhatian dengan selain-Nya. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya menduakan-Nya. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya memohon kepada selain-Nya. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya lebih mencintai dunia: harta, kedudukan dan jabatan, popularitas, pasangan, keturunan. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya lebih menyibukkan diri dengan urusan dunia serta melupakan urusan akhirat. Dan Allah pun cemburu ketika hamba-Nya lebih patuh kepada atasannya, pimpinannya, daripada taat kepada-Nya.
Dan Tuhan pun cemburu….
* Ruang Inspirasi, Selasa, 3 Agustus 2021.
No responses yet