Nasab atau garis keturunan sangat menyita perhatian bagi sebagian besar masyarakat Islam di Indonesia. Setidaknya hal ini karena Nasab itu penting di area berikut ini;
Pertama; Nasab itu penting, untuk sebuah kejelasan Darah Biologis yang mengalir, yang berasal dari Akad Nikah yang Sah. Ini berkenaan dengan perwalian, pernikahan, pewarisan dan seterusnya.
Kedua; Nasab itu penting, untuk kejelasan Bibit dan Bobot dalam Status Sosial. Seperti, Turunan orang Jenius, Turunan orang Rajin dan rapi, Turunan Pejabat berSK, Turunan orang kaya sukses, dan seterusnya.
Ketiga; Nasab itu penting, untuk kejelasan Leluhurnya dalam Keberagamaan. Seperti, Turunan ustadz, turunan Kyai, Turunan Habib, Turunan Wali, dan seterusnya.
Keempat; Nasab itu penting, untuk kejelasan Leluhur Siapa dulu yang berjuang, yang mendirikan (babat alas), dan yang memimpin di suatu zona geografis tertentu. Seperti, Turunan Sultan, Turunan Raja, Turunan Demang, Turunan priyayi/raden, dan seterusnya. Ini berkaitan dengan kebanggaan akan Wibawa Leluhur di masa lalu, yang terus dibawa-bawa dlm hubungan sosial.
Bila disederhanakan, maka keempat area ini bersubstansi Keduniawian dan Materialistis. Bahkan, Keluhuran Nasab itu tergantung dari Pandangan Masyarakat sekitarnya. Jadi, kalau masyarakat secara sosial bersama-sama memandang Nasab sebagai hal biasa-biasa saja, maka nasab tidak punya arti apa-apa, kecuali hanya sbgai tanda/simbol ‘Biologis’.
Lalu, Bagaimana di hadapan Allah ta’ala di Akhirat kelak? Pentingkah nasab itu?
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ * كِرَامًا كَاتِبِينَ * يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ * إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ * وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ *
Maknanya;
Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (di dunia).
Sesungguhnya orang-orang yang berAMAL BAIK (di dunia, maka nanti di akherat) benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang berAMAL BURUK (di dunia, maka nanti di akherat) benar-benar berada dalam Siksa Pedih Neraka. (Q.S. Al-Infithaar: 10-15).
Kemudian, Apakah Nasab punya arti, berkenaan dengan Amal ini di Akherat?
Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitabnya Jami’ul Ulum wal Hikam menjelaskan tentang Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam;
«وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ»
“Barangsiapa yang lambat amalannya, tidak akan dipercepat oleh Nasabnya”
مَعْنَاهُ أَنَّ الْعَمَلَ هُوَ الَّذِي يَبْلُغُ بِالْعَبْدِ دَرَجَاتِ الْآخِرَةِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا}، فَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ أَنْ يُبْلَغَ بِهِ الْمَنَازِلَ الْعَالِيَةَ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ، فَيُبَلِّغَهُ تِلْكَ الدَّرَجَاتِ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَتَّبَ الْجَزَاءَ عَلَى الْأَعْمَالِ، لَا عَلَى الْأَنْسَابِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ}
Maknanya adalah, AMALanlah yang dapat mengantarkan seseorang meraih ketinggian derajat di akhirat, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا
Maknanya;
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. (Q.S. Al-An’am: 132).
Maka siapapun yang lambat dalam beramal untuk meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala, tidak akan dipercepat oleh nasabnya untuk sampai kepada kedudukan tersebut, karena Allah ta’ala menetapkan adanya balasan KARENA AMALAN, BUKAN KARENA NASAB, sebagaimana firman-Nya;
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ
Maknanya;
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Q.S. Al-Mukminun: 101).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa;
- Nasab itu urusan duniawi, muamalah duniawi, dan hanya soal pandangan masyarakat. Maka, bagi yang diberi Nasab Mulia, seyogyanya bisa menjadi cerminan keluhuran akhlak dan amal perjuangan leluhurnya, untuk bisa jadi Suri Tauladan. Sedangkan, bagi yang bernasab biasa-biasa saja, teruslah belajar dan berjuang serta menauladani Orang-Orang Shalih terdahulu. Yakinlah, bagi Allah; derajatmu ditentukan oleh kegigihanmu beramal shalih secara istiqamah.
- Amal Shalih itu ibarat bibit serta tanaman yang diiikhtiari manusia di dunia. Ini pasti akan dipanen olehnya kelak di Akherat.
- Nasab tidak punya arti apa-apa di hadapan Allah ta’ala kelak di akherat. Hanya Amalan yang jadi bahan hitung-hitungan (hisab).
- Baik yang bernasab luhur ataupun yang bernasab biasa, punya kesempatan yang SAMA untuk berlomba-lamba menanam Keshalihan dan memperbagus Ketaqwaan.
اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
No responses yet