Seorang santri senior diajak masuk ke sebuah Restoran China dan dipesankan Babi Guling Bakar oleh Gus Miek. Setelah makanan tersaji, Gus Miek berkata: “Ayo dimakan!”. .

Santri senior yang dari tadi sebenarnya sudah kebingungan, kini semakin bingung bagaimana menjawabnya. .

Mau dimakan, itu daging babi? Tidak dimakan, yang memerintahkan itu Gus Miek? Seorang Kiai yang ia yakini sebagai Wali.

Terbayang olehnya banyak kisah yang pernah ia dengar, bahwa setiap kali Gus Miek minum Bir, maka sebelum menyentuh bibir, Bir itu berubah menjadi air putih dan lain-lain. .

Dengan harap-harap cemas, iapun memutuskan untuk memakan Daging Babi tersebut. Siapa tahu di mulutnya nanti, daging babi ini akan berubah jadi daging kambing.

Sebelum daging babi itu masuk ke mulutnya. Tiba-tiba, “Plaaakkkkk…!!”, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. .

Gus Miek dengan wajah marah berkata: “Mondok berapa tahun, kok tidak tahu daging babi itu haram??!!”.

“Tapi Gus…?”

“Tapi apa!?” sahut Gus Miek. “Yang mengharamkan babi, Siapa?”

“Allah..”, jawab santri senior sambil meringis kesakitan.

“Yang perintahkan kamu makan babi, siapa?”

“Gus Miek..”, jawabnya sambil menundukkan kepala.

“Siapa yang harus kamu dahulukan??”

Demikianlah, sering Gus Miek mengingatkan:

“Bila untuk pribadi, terapkan hukum syariat, supaya kamu berhati-hati. Bila menilai orang lain gunakanlah hakikat, agar kamu berprasangka baik.”

Ila ruhi Gus Miek.

Lahul fatihah.. 

Sumber:: FB Syukron Ma’mun

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *