Hadis Ibn Abbas (Hadis Imāmah),
“Nabi Saw salat fajar mengimamiku ketika makanan dan minuman tidak lagi boleh disantap oleh orang berpuasa…”. “Dan Nabi Saw salat Fajar mengimamiku ketika Subuh sudah sangat terang. Kemudian beliau berpaling kepadaku dan berkata: “wahai Muhammad, ini adalah waktu salat para Nabi sebelum engkau”. Waktu salat itu adalah antara kedua waktu ini” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah).
Hadis Abdullah bin Amr,
“Dan waktu Subuh adalah terbit fajar sampai sebelum matahari terbit” (HR. Muslim).
Hadis Jabir bin Abdillah,
“Kemudian datang waktu Fajar, ia berkata: berdirilah dan kerjakanlah salat Fajar ketika cahaya fajar mengkilat atau ia berkata fajar telah bersinar” (HR. Ahmad, An-Nasā’i, At-Tirmīdzī).
Hadis Nabi Saw,
“Janganlah terkecoh sahur kalian dengan azan Bilal, demikian pula putihnya ufuk yang mencuat seperti ini, sampai menyebar seperti ini” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
Hadis Nabi Saw,
“Janganlah azan Bilal menghalangi kamu untuk makan sahur, tidak pula fajar yang mustathil, akan tetapi fajar yang menyebar di ufuk”. Menurut Al-Khatthabi, kata “yastathir” bermakna “ya’taridh” (membentang) dan menyebar di ufuk (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Hadis Nabi Saw,
“Sesungguhnya fajar itu bukan yang begini, dia merangkai semua jarinya, lalu menurunkan ke Bumi, akan tetapi seperti ini, dia meletakkan jari telunjuknya di atas jari telunjuk yang lain, lalu membentangkan dua tangannya”.
Hadis riwayat An-Nasa’i,
“Janganlah kalian terkecoh oleh azan Bilal, juga cahaya putih hingga memancar fajar seperti ini, maksudnya membentang. Abu Dawud berkata: Dan dia membentangkan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri” (HR. An-Nasa’i)
Hadis Nabi Saw,
“Tidaklah mereka melakukan azan sehingga fajar memancar” (Ibn Abi Syaibah, 2221).
Hadis riwayat Abdullah bin Mas’ud,
“Janganlah azan Bilal menghalangi salah seorang diantara kamu dari sahurnya, karena ia azan atau memanggil di malam hari untuk mengembalikan orang yang salat dan mengingatkan yang tidur. Tidaklah fajar atau Subuh itu seperti ini, ia merangkai semua jarinya dan mengangkatnya ke atas, lalu menurunkan ke bawah, sampai begini” (HR. Al-Bukhari).
Hadis Abu Dzar,
“Wahai Bilal, engkau azan apabila fajar mencuat ke langit, maka itu bukan Subuh. Sesungguhnya Subuh itu seperti ini yaitu yang membentang. Lalu beliau menyeru sahur dan ia pun makan sahur” (Musnad Ahmad, hadis nomor 21390).
Hadis Thalq bin Ali,
“Tidaklah fajar itu yang meninggi di ufuk, namun yang membentang berwarna merah (HR. Ahmad).[]
No responses yet