Kalo kita bilang bahwa nikmat dan adzab di alam kubur itu benar-benar berupa kenikmatan dan siksaan yg serupa dgn kenikmatan dan siksa secara lahir seperti di dunia, sebenarnya gak salah juga. Karena hal itu berdasarkan teks hadits yang shohih.

Dawuh Kanjeng Nabi Muhammad SAW

المؤمن في قبره، في روضة خضراء قد فرج له قبره سبعين ذراعا، ويضيء وجهه حتى يكون كالقمر ليلة البدر

“Orang mukmin dalam kuburnya, dalam taman ysng hijau dan dianugerahi keluasan kubur sebesar 70 dziro’, wajahnya dibuat bercahaya seperti purnama di malam hari”

Dawuh Kanjeng Nabi SAW

عذاب الكافر في قبره، يسلط عليه تسعة وتسعون تنينا، هل تدرون ما التنين؟ تسع وتسعون حية لكل حية تسعة رؤوس، ينهشونه ويلحسونه وينفخون في جسمه إلى يوم يبعثون

“Orang kafir di adzab dalam kuburnya, tubuhnya dibelit oleh 99 ekor tanyin, apa kalian tahu apa itu tanyin? Tanyin adalah seekor ular berbisa yang punya 9 kepala dan masing-masing kepalanya punya 99 jenis racun berbisa, tanyin2 itu mematuk, mencabik, membelit dan menyiksa orang kafir hingga hari kiamat”

Dalam hadits tersebut, Kanjeng Nabi SAW secara teksnya, benar-benar menggambarkan kenikmatan dan kengerian alam kubur secara penglihatan lahir. Hadits itu shohih dan kita wajib menerimanya. Namun Imam Ghozali tidak menitikberatkan nikmat dan siksa lahir di alam kubur.

Kita harus memahami, kadang manusia itu lebih ngeri dengan siksaan batin daripada siksaan lahir. Bahkan di dunia saja, ada orang yang lebih suka disiksa tubuhnya daripada ditolak cintanya oleh wanita. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, kata Meggy Z.

Saat rame-ramenya rezim Abbasyiyah mempropagandakan aqidah “Al Qur’an itu makhluk”, Imam Ahmad secara tegas menolaknya. Akhirnya Imam Ahmad dipanggil ke istana untuk diinterogasi berkaitan penolakannya itu. Imam Ahmad sempat ragu untuk memenuhi panggilan itu. Kalo dipenuhi, pasti beliau disiksa atau dibunuh, lalu bagaimana nasib murid-murid beliau tanpa gurunya?

Lalu beliau ketemu seorang penjahat yang hendak menuju istana dengan gagahnya. Imam Ahmad heran, untuk apa ke istana kalo akhirnya kamu tahu kamu bakal dihukum?

Pencuri itu bilang, “Saya itu bangga jadi penjahat kelas kakap, dengan memenuhi panggilan aparat, saya berhasil membuktikan saya itu sangat ditakuti negara. Kalo saya cuma terkenal sebagai maling mangga, mana mau negara mikirin kejahatan saya? Boro-boro, Pasti saya dibiarin aja,”

Imam Ahmad tertegun, penjahat saja bangga dengan kejahatannya hingga dia dengan gagahnya menghadapi aparat bahkan dgn resiko disiksa, mosok saya gak bangga dengan kebenaran yang saya bawa dan saya yakini itu haq membela Gusti Allah?

Akhirnya Imam Ahmad pun makin mantab untuk memenuhi panggilan istana. Entah nanti dihukum apapun, yang penting kebenaran harus dibawa dengan rasa bangga.

Artinya dari cerita ini, ada orang itu walau tau perbuatannya jahat, tapi gak takut dengan siksaan lahir.

Adapula golongan orang goblok yang mengingkari hadits nikmat dan siksaan lahir dalam kubur tersebut, hanya karena mereka tidak melihat hal itu secara nyata dan mereka tidak bisa melihat hal yang ghoib. Padahal yang dimaksud alam barzah tentu alam ghoib, sehingga yang diberi nikmat dan siksa tentunya ruhnya, bukan jisim (tubuh lahiriyah).

Sebagai seorang berakidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, kita harus menerima semua hadits tentang alam kubur, baik yang ahad (diriwayatkan satu orang) lebih-lebih yang mutawattir (diriwayatkan banyak orang). Hadits ahad diterima karena itu lebih selamat, walau mengingkarinya itu tidak menjadikan dirinya kafir. Sedangkan hadits mutawattir harus diterima karena itu ijma’ yang jadi pokok aqidah.

Sedangkan masalah pentafsiran tentang isi hadits2 tersebut, para ulama berbeda-beda penafsirannya. Dan hal itu sangat dibolehkan. Tapi yang pasti, semua ulama tidak ada yang mengingkari hadits Kanjeng Nabi SAW tersebut.

Trus, gimana penafsiran Imam Ghozali tentang hadits tentang adzab kubur?

Imam Ghozali dawuh, tahqiq atau takwil yang terbaik dari hadits tersebut, bahwa tanyin yang digambarkan sedemikian mengerikan tersebut adalah penggambaran akumulasi dari sifat dan amal buruk. Bahwa banyaknya kepala tanyin tersebut menggambarkan akhlaq buruk, amal yang jahat, syahwat yang dituruti dan amarah yang tanpa kontrol terhadap urusan dunia. 

Sehingga tanyin adalah perwujudan dari sifat cinta dunia yang merupakan biang keladi segala keburukan. Sedang kepalanya yang banyak adalah keburukan2 yg dihasilkan oleh sifat cinta dunia tersebut. Mulai hasad, dendam, riya’, sombong, pelit, curang, tipu-tipu, gila jabatan, permusuhan dan suka marah. Hal inilah yang akhirnya menyiksa, membelit dan menyulitkan kehidupan seseorang di alam kubur. Seakan dibelit ular raksasa yang bernama tanyin itu.

Jadi sifat cinta dunia ini mewujud menjadi tanyin di benak orang yg mati dalam keburukan. Mereka disiksa bukan karena kebodohannya atas ketertutupan akalnya, tapi karena cintanya pada dunia, sehingga jadi sebab tertutupnya akal (kufur).

Jadi tanyin itu mewujud dalam benak si mayit, bukan secara dzohir. Karena kalo dzohir, tentu si mayit akan melawan, sementara dalam hadits, digambarkan si mayit tidak bisa melawan. Dan siksaan secara ruh atau batin itu, sulit diobati, sulit dilawan dan sulit dihindari. 

Maka gak heran, banyak orang secara lahirnya sehat dan ceria, tapi semua kaget saat dia mati bunuh diri karena ternyata dia secara batin tersiksa satu tekanan atau depresi. Hal ini karena siksaan secara batin atau ruhaniyah itu benar-benar memang sangat menyiksa dan banyak orang gak kuat.

Inilah rahasianya kenapa Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh

إنما هي أعمالكم ترد عليكم

“Sesungguhnya dia adalah amal buruk kalian dan dia akan menyerang diri kalian sendiri”

Artinya, kekufuran kita itu bisa terwujud menjadi adzab atau siksaan yang entah hakikat bentuknya seperti apa. Yang pasti siksaan itu akan terasa berat, menyengsarakan dan menyesakkan ruh kita. Semakin besar kekufuran kita, semakin besar siksaan yang akan diterima ruh kita, entah di dunia maupun di alam barzah hingga di akhirat kelak.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *