Oleh: Irfani Arhani
Mahasiswi Fakultas Syari’ah Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, jkt.
Salah satu hal yang diajarkan agama Islam kepada manusia agar tetap Istiqomah dan berada dijalan Allah adalah introspeksi diri.
Mengintropeksi diri sama dengan mengoreksi kekurangan yang pernah kita lakukan agar dapat kita evaluasi kekurangan nya dan untuk kita rencanakan pelbagai perbaikannya.
Diantara cara-cara mengintropeksi diri adalah dengan mendengarkan perkataan orang lain tentang kekurangan kita dengan niat untuk memperbaikinya. Bukhari menyebabkan sebuah kisah tentang usulan Umar r.a kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan berbagai catatan wahyu dalam satu buku. Pada mulanya, Abu Bakar menolak usulan Umar, tetapi Umar tidak marah kepadanya bahkan ia mengatakan “Sesungguhnya pendapat Abu Bakar adalah benar”.
“Kata Abu Bakar, maka Umar kemudian mengulangi usulan tersebut tentang hal itu hingga Allah SWT melapangkan dadaku untuk melaksanakannya. Maka menurutku pendapat Umar adalah benar”. Dalam kasus ini Abu Bakar tidak mengunggulkan perkataan nya sendiri, sehingga ia mau menerima pendapat orang lain yang berada di bawahnya.
Diantara cara kita mengoreksi diri dengan mencari kawan yang bersedia menasihati kita, sehingga kekurangan yang melekat pada diri kita dapat diketahui. Khususnya bagi mereka yang tidak ingin menasihati kita. Seorang yang paling tepat, paling lurus pendapat dan pemikiran nya adalah Rasulullah Saw. Meskipun demikian, beliau minta diberi nasihat seperti yang beliau sabdakan “Sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kalian, adakalanya aku lupa seperti kalian, karena itu ingatkanlah aku jika aku sedang lupa”.(H.R Bukhari)
Ketika banyak orang yang bersedia menasihati kita, tak lain mereka cerminan bagi kita yang dapat meluruskan berbagai kekurangan kita setiap saatnya.
Introspeksi terhadap diri kita merupakan cara terbaik untuk mengetahui kekurangan kita. Umar bin Khattab berkata “Koreksilah diri kalian masing-masing sebelum kalian diperhitungkan. Dan hiasilah diri kalian masing-masing dengan amal-amal kebajikan untuk hari Kiamat yang agung”.
Introspeksi terhadap pelbagai kekeliruan dari diri kita dapat melapangkan untuk menerima kebajikan dan dapat mengutamakan kehidupan yang kekal lebih dari kehidupan yang fana. Ibnu Mas’ud berkata “Dahulu ada seorang raja yang sangat berkuasa di negerinya. Ketika ia merenungi dirinya, maka ia sadar bahwa dirinya sangat jauh dari Tuhan-Nya dah tidak pernah mengabdi kepada-Nya. Maka ia meninggalkan kerajaannya dan pergi ke kerajaan lain. Ia bekerja di kerajaan demi kelangsungan hidupnya. Ketika sang raja mengetahui hakikat pribadi orang itu dan kebajikannya, maka ia berkata kepadanya. “Sesungguhnya aku lebih perlu meniru pekerjaan seperti yang engkau lakukan. Kemudian ia meninggalkan kerajaannya dan pergi mengikuti jejak kawannya, maka keduanya menyibukkan diri untuk ber muhasabah kepada Allah, guna memperbaiki kekurangannya masing-masing. Karena kesadaran tidak akan timbul kecuali dari kedua orang itu untuk terus mengoreksi dirinya masing-masing.
Introspeksi berbagai kekeliruan kita dapat membersihkan diri dari sifat munafik. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang senantiasa berubah keadaannya. Maka yang beruntung adalah jika seseorang yang selalu mengorek kekeliruannya, kemudian ia memperbaikinya dengan bertaubat dan kembali kepada Allah.
No responses yet