Disampaikan oleh : KH Masbuhin Faqih.

Pada saat acara haul KH. Abdullah Faqih yang ke-5 di pondok pesantren Langitan.

Ditulis oleh : Al faqir ila ridhollah wa ridloh masyayikhihi Taufiqurroziqin Tammama.

Alhamdulilĺah kita semua diberi kesempatan bisa datang dalam acara Haul ini semoga dengan menghadiri haul ini kita bisa mendapatkan barokah dan menambah kekuatan rohaniyah antara kita dan guru-guru kita sebab mengalirnya barokah sedikit banyaknya barokah yang kita dapat itu tergantung kuat lemahnya hubungan antara kita dan guru-guru kita walaupun guru-guru kita sudah tiada.

.

Saya di sini diutus menceritakan kepribadian syaikhina wa murobbi ruhina syech abdullah faqih.

.

Saya ini santri bukan kiai selalu berusaha tetap menjaga bagaimana hubungan antara santri dan kiai walaupun kiai sudah tiada.

.

Beliau dalam mentarbiyah santri itu luar biasa khususnya kepada saya pribadi telaten sabar istiqomah.

Pada suatu saat pada tuhun 1976 saya pamit kepada hadrotus syech, sebab pada saat itu ayah mendatarkan saya guru agama lalu saya pamit beliau bertanya “nandi kon mole?” (Kenapa kamu pulang?”

Kemudian Saya mator “duko tiyang sepah kulo kok dafataraken kulo guru agama” (gak tau yai, ini abah saya kok mendatarkan saya ujian guru agama)

.

Beliau dawuh kepada saya “aku gak ridloh nek kapan kon melok ujian guru agama, warahen wong tuamu aku nglarang, seng tekun olehmu ngaji nek wes hasel, nasrul ilmu seng ihlas nek kapan kon gak mangan keto’en drijiku” (aku gak ridloh kalau kamu ikut ujian guru agama, beri tahu orang tuamu aku melarang, yang temun ngaji kalau kamu sudah hasil, nashrul ilmi yang ihlas, kalau besok kamu tak bisa makan potong saja jariku).

.

Itulah dawuh kepada saya, begitu perhatianya dan kasafnya beliau.

“اذا اختلف ابو الروح و ابو الجسد لا بد ان نقدم اباالروح”

“Jika ada perselisihan antara guru dan orang tua maka kita wajib mendahulukan guru”

Oleh karnaya sam’an wa tho’atan saya kepada hadrotus syech, kashaf beliau, jika pada saat itu saya menuruti keinginan ayah saya maka tidak akan ada pondok pesantren “MAMBA’US SHOLIHIN”.

.

Lah memang kenyataanya ya seperti itu saya pulang dari pondok sudah punya anak 4 tidak punya pekerjaan apa-apa ya saya ikut dawuh hadrotus syech yaitu nashrul ilmi, alhadulillah apa yang telah di dawuhkan beliau kepada saya terjadi.

.

Cara mentarbiyah beliau kelada kami luar biasa sabarnya.

.

Pada suatu saat saya dimintai tolong oleh adek saya “Asyfihani” yang mondok di pasuruan, supaya menghantarkan sowan kepada beliau, saya tanya “perlune opo kon sowan ng hadrotus syech?” (Apa perlumu kok mau sowan kapeda hadrotussyech?)

Dia menjawab “iki cak, aku kate jalok jubah.e mbah yai abdul hadi seng nok hadrotussyech” (ini kak, saya mau minta jubahnya mbah yai abdul hadi yang dibawah oleh hadrotussyech).

.

Saat itu saya hantarkan, begitu baru saja duduk dan adek saya belum mator keperluanya beliau sudah dawuh “aku nduwe jubahe bapak 2 tak kekno koen 1, tapi lironono sarunge mbah hamid (pasuruan)” (saya punya jubah ayah 2 saya berikan kepada kamu, tapi kamu ganti dengan sarungnya mbah hamid (pasuruan)).

.

Demikian juga termasuk bagian dari kashafnya beliau, apa yang menjadi keinginan hati adek saya langsung ditebak sama beliau.

.

Beliau dalam mentarbiyah kami bukan hanya saat beliau hidup, bahkan ketika beliau wafatpun beliau juga mentarbiyah kami.

.

Pada suatu saat kami membuat rouha kitab “Shohih bukhori” dan setiap tanggal 1 rojab dan akhir bulan rojab hatam, karena saya terlalu capek usai perjalanan saya tidak ikut.

Ketika malam hari saya langsung ditemui oleh beliau.

Pada saat itu beliau ngaji, dan saya datang terlambat dan sudah selesai lalu beliau marah dan dawuh kepada saya “teko ndi ae hin, awakmu kok kari ngaji karo aku?” (Dari mana saja hin, kamu kok terlambat ngaji bersamaku?”

.

Susahnya luar biasa, saya pikir-pikir apa ya yang saya lakukan sehingga beliau marah kepadaku seperti ini.

.

Kemudian saya berkeyakinan bahwa mungkin karna saya tidak mengikuti rouha bukhori yang saya dirikan.

.

Sudah saya kapok secapek apaupun saya tidak akan meninggalkan rouha itu.

Saat itu saya begitu susah,

.

Dan pada saat itu juga saya di temui lagi, mungkin sebagai pelipur hati, saya di ajak makan-makan bersama keluarga alhamdulillah.

.

Demikian tarbiyah beliau walaupun sudah meninggalkan kita.

.

Beliau sangat luar biasa dalam berpegang teguh pada syariat, tidak bisa ditawar.

.

Pada suatu saat ketika saya menjabat sebagai kepala sekolah di langitan mengadakan acara akhirussnah, kalau tidak salah insya’allah yang menjadi ketua panitia yaitu KH. MAGHFUR BISYRI insya’allah. di acara tersebut setiap tingkatan menampilkan suatu karya seni.

Di acara tersebut tidak terkontrol karna salah satu kelas ada yang menampilkan “Genggongan/Genggong” (semacam alat musik)

.

Langsung pada saat itu beliau marah dan melemparkan bakyak kearah cendela kaca yang ada di madrasah, semua santri dan guru-guru lari tinggal saya berdiri didepan madrasah dan saya hanya bisa menangis, dan pasrah kepada beliau, lalu beliau dawuh “hin nang omah hin” (hin ikut saya kerumah)

.

Lalu beliau dawuh “kiro-kiro bapak kok sek urep ngono awakmu wani nggawe kegiatan ngono?” ( kira-kira kalau abah (mbah yai abdul hadi) masih hidup kamu berani buat acara seperti itu?) Saya tidak menjawab apa-apa, hanya hanya bisa menangis.

.

Lalu beliau dawuh “wes guru-guru kumpulno konkonen mrene kabeh” ( sudah, guru-guru kumpulkan semua, suruh dan kesini)

Jam 12 malam guru-guru sudah bersembunyi kemana, sampai saya kerepotan mencarinya sampai waktu satu jam sudah terkumpul dan sowan beliau lalu beliau dawuh sperti apa yang telah didawuhkan kepada saya, semua guru-guru menangis lalu beliau dawuh “wes saiki moroo kabeh ng pesarean jalu’o sepuro bapak” (sudah, sekarang kamu datang kepemakaman masyayih dan mintalah maaf kepedah abah).

.

Begitulah tarbiyah dari beliau dan masalah hukum tidak bisa ditawar lagi, barang haram ya haram, tidak ada rukhsoh lagi

Ini yang harus kita contoh.

.

Kita ngaji disini bukan sekedar mengabil ilmunya saja, tapi haliyahnya, maqomnya, harus kita tiru.

Sebagaimana sudah nyata beliau insya’allah adalah minaz zahidin (sebagian dari ulama yang zuhud).

Sejak saya mondok sampai sekarang rumahnya ya seperti itu.

لا يلتفت الى الدنيا بالمرة، و قلبه يتوجه الى الله سبحنه و تعلى.

“Tidak menoleh kepada dunia walau hanya sekali, dan hatinya slalu menghadap allah”

.

Di dalam memperjuangakan agama allah

لا يسمع لومة لائم

“Tidak pernah mendengar cacian orang”

Sebab disaat pemilihan bupati di daerah gresik ,lamongan, tuban, dan bojonegoro beliau selalu ikut campur.

Karna beliau slalu menginginkan yang jadi bupati di daerah tersebut adalah orang NU.

.

Pada suatu saat saya manghantarkan pak khuluq sowan minta restu kepada beliau untuk mencalonkan bupati yang pertama kali, sampai beliau memberi kami uang sebesar 50 juta di hadpan kami, subhanallah luar biasa perhatiannya, beliau dawuh “iki luk duwek teko aku, iki nek kapan dadi mok lironi yo alhamdulillah, nek gak yo tak ihlasno awkmu” ( ini luk uang dari saya, kalau kamu jadi kamu ganti ya alhamdulillah, kalau tidak ya saya ihlaskan kepadamu).

Jadi pada umumnya orang yang mendukung calon bupati dia akan mendapatkan uang, tapi beliau malah mengeluarkan uang, walaupun di su’udhoni orang macam-macam, tapi beliau tetap

لا يلتفت الى قول الغير ويستمر في الجهات لاجل وجه الله سبحنه وتعالى.

“Tidak menghiraukan ucapan orang lain, dan meneruskan perjuangan untuk mencari ridloh allah semata”

.

Ini yang benar-benar harus ditiru oleh santri-santri.

.

Dan kita mengambil kesimpulan bahwasanya beliau mempunyai pandangan yang sangat luas sekali, memperjuangkan agama bukan dalam satu bidang saja, tapi beliau berjuang diberbagai bidang yang berbeda-beda.

Beliau aktif istiqomah mentarbiyah para santri dan beliau juga ikut andil dalam memperbesar Nahdlotul Ulama, PKB, PKNU ratusan juta sudah dikeluarkan untuk memperjuangakan kepentingan PKNU.

Saya juga sering terlibat dalam PKB dan PKNU.

Yang terahir beliau dawuh ” iki hin terahir, kapan ora biso teros PKNU, iki terahir aku berjuang melalui partai” (ini terahir hin, ini kalau tidak bisa terus, ini adalah yang tarahir perjuanganku melalui partai).

Begitulah hadrotussyech.

.

Pada waktu bulan sya’ban kami mator kepada beliau “romo yai tanah enkang wonten balung panggang meniko, sakderenge dipon bangun pondok, nyuwun dumateng panjengan supados jenengan incak” (romo yai tanah yang ada di balongpanggang itu sebelum dibangun pondok, harap kepada jenengan supaya jenengan injak terlebih dahulu).

Jawaban beliau “iyo, tapi peletakan batu pertama, bah watu sitok tok gak opo-opo” (iya, tapi saat peletakan batu pertama, walau hanya satu batu saja).

.

Di beri jangka waktu 10 hari, pada hari itu, beliau akan datang ke balungpanggang.

.

Alhamdulillah, beliau bisa datang, dan yang meletakan batu pertama juga beliau.

Kemudian anak-anak saya dikumpulkan, lalu diberi tausia dan yang pokok adalah “tak jalok awakmu-awkmu kabeh seng rukun karo dulur” (saya minta kamu semua, yang rukun antar saudara-saudaramu).

.

Ternyata terahir beliau bulan syawal beliau sakit kemudian meninggalkan kita semua.

Begutilah perhatian beliau pada para santri.

Sekarang apa balasan kita kepada guru kita?

Jika kita benar-benar ingin berkumpul dengan beliau, apa saja yang beliau lakukan harus kita tiru dan meneruskan perjuangan beliau.

.

Insya’allah kita bisa kumpul dengan beliau.

Amin.

Semoga kita bisa meniru langka-langkanya dan menjadi suri tauladan bagi anak-anak kita nanti dan apa yang kita kerjakan selalu membahagiakan hati beliau.

.

Semoga dengan sedikit cerita ini dapat mengobati rasa rindu kita dan menambah rasa cinta kita kepada beliau.

.

Dan semoga beliau tetap dalam naungan rahmatnya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *