Dua jama’ah baru warung Yuk Tin mulai goyah dan bertanya persoalan lain untuk menghindari tekanan Paijo yang memaksa mereka muhasabah pada niat hijrah mereka. Sejenak kemudian mereka berujar. “Jo bagaimana dengan amal baik kita, kan wajar kalau kita berharap sorga yang dijanjikan Allah dengan fasilitasnya itu kalau kita sudah berjuang sekuat tenaga?”
Paijo : “oooh jadi sebatas itu cita-cita kalian? Masuk sorga, foya-foya dan kemudian lupa dengan gambaran sorga dari sisi lainnya. Otak kalian ini masih berisi kesenangan duniawi yang kalian gagal dapatkan di dunia dan ingin kalian kompensasikan dengan nikmat sorgawi dengan cara beragama kalian yang ghulluw (berlebihan itu). Kalian seperti orang yang putus asa terhadap ujian duniawi dan kemudian bersembunyi di balik jubah agama.”
Jama’ah : “Dari pada kami lari ke yang lainnya, kan lebih baik lari ke agama Jo, dan sorga itu janji Tuhan Jo. Apa kamu tidak beriman dengan adanya sorga, kamu murtad Jo ?”
Paijo : “Nah keluar lagi, jadi sekarang saya kalian vonis murtad hanya karena saya mengkritik cara beragama kalian yang kayak mata kuda itu. Begitulah dulu iblis melihat Adam, hanya karena merasa lebih baik jasadnya dari Adam, iblis berani sombong di hadapan Allah. Itulah yang selalu kalian lakukan sejak hijrah. Saya jadi curiga jangan-jangan ketika lahir kalian ini tidak diadzani tapi dihujati karena kelahiran kalian tidak diinginkan alam semesta ini. Kalian termasuk manusia yang dikuatirkan para malaikat itu. Yakni manusia yang cuman pandai bermusuhan, merusak kehidupan dan menumpahkan darah.”
Jama’ah : “Lho Jo kamu kok semakin marah begitu nadanya. Kami ini kan hanya ingin berdakwa agar Islam Jaya?”
Paijo : “Bagaimana akan membawa kejayaan, kalau yang kalian bawa itu api? Bukan cahaya ilmu, sebab kalian jelas tidak cukup memiliki ilmu agama seperti para guru-guru kami yang tawadhu dan begitu penuh cinta kasih. Coba saja renungkan kemana kalian pergi berdakwah selalu menyingkirkan dan menguasai kemudian menindas.”
Jama’ah : “Kamu jangan ngawur Jo, kami ini sedang meneguhkan perjuangan kami, yaitu membersihkan Islam dari segala bentuk kejahilan seperti yang dilakukan kebanyakan ummat Islam selama ini. Kami benar-benar murni menjalankan Al Qur’an dan Sunnah nabi. Kami tidak butuh kiai dan habib, apalagi memuja makam mereka. Itu syirik dan kalian suka melakukan kesyirikan. Artinya kalian ini pantas dibunuh karena sudah merusak Islam. Orang seperti kami inilah yang murni dan pantas disebut Islam. Kamu dan jama’ah kamu itu kaum murtad dan layak digolongkan sebagai musyrikin Jo”.
Paijo : “Hehehe ini yang aku suka dari kalian, akhirnya kalian jujur mengatakan siapa kalian. Sebab selama ini kalian paling pintar bersembunyi dengan selimut demi persatuan ummat, demi khilafah Islamiyyah, demi kemaslahatan dan demi-demi yang lain. Tapi sampai sekarang demi-demi kalian itu sudah membuat kerusakan di Timur Tengah, Afrika dan tempat lainnya di dunia. Tinggal di sini saja kalian terus gagal dan gagal, karena ada kami yang kalian sebut kaum penyembah kuburan. Kami memang kaumnya “mungkar nakir” yang akan mengubur kalian. Coba saja lihat siapakah para penggali kubur itu, mana ada jamaah kalian yang ahli menggali kubur? Jangankan menggali berdo’a di kuburan saja kalian haramkan.”
Jama’ah : “Baiklah Jo kalau kamu tidak mau hijrah bersama kami. Berarti kamu memang ditakdirkan Allah sebagai ahli Neraka.”
Paijo : “Silahkan saja kalian teruskan hujatan dan kesombongan kalian. Kami sudah punya kiai yang sanad ilmu atau cahayanya sampai ke para nabi. Nggak perlu kami ikut hijrah kalian merawat kesombongan yang sanadnya dari iblis. Aku kuatir kalianlah sebenarnya pasukan Dajjal yang menyamar sebagai penjual sorga dengan ancaman neraka, yang konon datang sebagai tanda akhir zaman. Ketahuilah, setiap dosa akan dibalas sesuai perbuatannya. Setiap pahala akan dilipatkan minimal 10 kali lipat dan bahkan bisa jadi “tanpa batas” sesuai kehendak Nya. Begitulah salah satu janji Allah yang tersurat dalam Al Qur’an. Tapi kenapa kalian lebih sering memilih melakukan kedholiman atas nama agama ketimbang amal shaleh demi meraih Ridho Nya?” #SeriPaijo