“Hidup penuh liku-liku…

Ada suka ada duka…

Semua insan pasti pernah merasakannya…”

Demikian kata Camelia Malik dalam salah satu syair lagunya. Ya, hidup memang penuh liku. Kadang suka hadir menyapa kita, kadang duka datang tanpa diduga. Suatu saat bahagia menyertai hari-hari kita, di saat yang lain derita yang setia menemani kita. Tawa dan canda kadang menghibur, tak lama kemudian tangis dan air mata datang menyusul.

Hidup ini memang penuh ujian dan cobaan. Ada yang diuji dengan kecemasan dan kekhawatiran akan masa depannya yang masih belum pasti. Ada yang diuji dengan kemiskinan, kelaparan, kekurangan harta benda. Ada yang diuji dengan penyakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan kematian serta kehilangan orang-orang yang dicintai. Ada yang diuji dengan keresahan serta kecemasan ketika jodoh tidak kunjung datang sementara umur terus bertambah. Ada yang diuji dengan kekhawatiran dan ketakutan ketika keturunan tak jua hadir setelah bertahun-tahun berumah tangga. Ada pula yang diuji dengan kegalauan saat tak kunjung mendapat pekerjaan.

Kesemua ujian dan cobaan itu adalah cara Allah untuk melihat kualitas diri para hamba-Nya. Siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya. 

Apakah dengan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu membuat seorang hamba terus menerus mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, bahkan mempertanyakan keadilan Tuhan? Ataukah justru dengan hadirnya beragam ujian dan cobaan hidup itu semakin membuat seorang hamba menyadari kelemahannya, sembari terus menerus memperbaiki diri, meningkatkan kualitas pribadinya, meningkatkan kualitas serta intensitas kedekatkannya kepada Allah?

Dari ujian dan cobaan hidup yang dihadirkan itu juga akan terlihat jelas, siapakah yang mudah putus asa, gampang menyerah, serta tidak tahan dengan kenyataan hidup yang dialaminya? Siapa pula yang meskipun ujian datang bertubi-tubi silih berganti, cobaan seakan tak pernah berhenti menghampiri, tetapi ia tetap sabar dan tabah serta berserah diri kepada Sang Ilahi?

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Karena rahmat Allah sangat luas. Bahkan rahmat-Nya melebihi murka-Nya. 

Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya yakin sepenuh hati bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya tetap melakukan ikhtiar maksimal dalam menjalani hidup ini, meskipun serangkaian ujian dan cobaan selalu datang menghadang. Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya selalu berbaik sangka kepada Allah, bahwa setiap kenyataan hidup yang kita hadapi pasti menyimpan hikmah serta pelajaran yang sangat berharga yang hendak disampaikan Allah kepada kita. Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya bahwa rencana Allah pasti yang terbaik.

Tidak berputus asa dari rahmat Allah adalah salah satu ciri keimanan seseorang. Seperti ditegaskan pada rangkaian ayat ke-87 surat Yusuf yang menyatakan bahwa Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Karena putus asa adalah sikap orang-orang kafir. “…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf: 87)

Seorang mukmin harus yakin sepenuh hati bahwa setiap masalah pasti ada solusinya, setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya, setiap ujian dan cobaan pasti ada nilai serta pesan yang ingin disampaikan oleh Allah  kepada hamba-hamba-Nya.

Dalam ayat lain ditegaskan bahwa konsekuensi atas keimanan kita adalah hadirnya ujian dan cobaan hidup. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”  Demikian pernyataan Allah yang termaktub di dalam Q.S. Al-‘Ankabut: 2. Dengan demikian jelaslah bahwa ujian dan cobaan itu hadir untuk mengukur kadar keimanan seorang hamba kepada Allah. 

Sejauh mana tingkat keimanan seorang bisa dilihat seberapa sabar dan tabah ketika ditimpa ujian dan cobaan hidup. Sehebat apa kualitas keimanan seseorang bisa diukur dari seberapa ikhlasnya menerima ketetapan (qadha) dan takdir (qadar) Allah.

Berbahagialah orang-orang yang ketika ditimpa ujian, diterpa cobaan, tetap sabar dan tabah serta ikhlas dengan keyakinan yang penuh bahwa itu adalah cara Allah untuk melihat kualitas keimanannya. 

*  Ruang Inspirasi, Rabu, 21 April 2021/9 Ramadan 1442 H.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *