Habib  Abdurrahman  Segaf  Assegaf  atau   lebih  dikenal  dengan Habib  Abdurrahman Al-Qhadi adalah sosok ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang pernah  ditunjuk oleh pemerintah sebagai  mufi atau  penghulu di kalangan koloni Arab. Secara  nasab  Habib  Abdurrahman Al-Qhadi masih berhubungan erat dengan beberapa keluarga Assegaf lainnya, yaitu keluarga Sayyidul Walid Habib  Abdurrahman Assegaf Bukit Duri Jakarta, keluarga  Habib  Abu Bakar bin  Muhammad  Assegaf  Gresik,  dan  keluarga  Habib  Abdul  Qadir  Assegaf, Jeddah.

Nasabnya adalah Habib Abdurrahman (Al-Qhadi) bin Segaf bin Husein  bin Abu Bakar  bin Umar  bin Segaf Muhammad (Al-Qhadi) bin Umar bin   Thoha    (Al-Qhadi)   bin   Umar   bin   Thoha    bin   Umar   ash-Shofi   bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Sayyidina  Syekh  Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilayh) bin Syekh Ali (Shohibud Dark) bin Sayyidina  Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina  (Al- Imam Al-Faqih  Al-Muqaddam)  Muhammad bin  Sayyidina  Ali bin  Sayyidina (Al-Imam)  Muhammad  (Shohib  Marbath)  bin  Sayyidina  Ali  (Al-Imam  Kholi Qosam)  bin Sayyidina  Alwi bin Sayyidina  (Al-Imam) Muhammad (Shohib  As- Shouma’ah)  bin   Sayyidina   (Al-Imam)  Alwi   Alawiyyin  (Shohib   Saml)  bin Sayyidina  (Al-Imam) Ubaidillah (Shohibul Aradh) bin Sayyidina  (Al-Imam Al- Muhajir) Ahmad  bin Sayyidina  Al-Imam Isa (Ar-Rumi) bin Sayyidina  Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina  Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina  Al- Imam  Ja’far  As-Shodiq   bin  Sayyidina   Al-Imam  Muhammad  Al-Baqir  bin Sayyidina  (Al-Imam) Ali Zainal Abidin bin (Al-Imam As-Syahid Sayyidi Syabab Ahlil  Jannah) Sayyidina  Al-Husein  Rodiyallahu  bin  Sayyidah   Fatihmah Az- Zahra binti Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Habib  Abdurahman bin Segaf bin Husen  bin Abubakar  bin Umar  bin Saggaf Assagaf dilahirkan  pada  tahun  1309  H di Kampung  Pekojan,  Jakarta. Ibunya bernama Syarifah Ummu Hani binti Abdurahman Assegaf. Beliau termasuk ulama klasik yang hidup di zaman al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang.

Habib  Abdurrahman Sagaf Assagaf memulai studinya  semasih  kanak kanak  dibawah  bimbingan  Sang  Ayah,  Habib  Sagaf bin Husen  Assagaf yang mahir   dalam   bahasa  Arab   selama   beberapa  tahun    sampai    ia   mampu memahami kitab-kitab Arab klasik. Setelah usianya  9 tahun,  ia diberangkatkan ke kota Sewun Hadramut – Yaman untuk meneruskan studinya.  Guru-gurunya di Hadramut di antaranya adalah syiekh Muhammad bin Muhammad Bakstir, seorang  ulama ternama di kota Sewun pada  zamannya. Hb Ahmad bin Abdurhaman Assagaf (ayahnya Hb Abdul Qadir Assaegaf-Jeddah), Hb Muhammad bin Hadi Assegaf dan  masih banyak  lagi ulama tidak bisa disebut satu  persatu  secara  rinci. Setelah sampai  pada  usia  dewasa  kurang  lebih 22 tahun  ia kembali ke Jakarta.

Setibanya  di Jakarta  ia ditunjuk sebagai  nadhir  dan  guru di Madrasah Jamiat  Khair – Jakarta, dalam masa waktu kurang lebih 18 tahun  dia mengembangkan ajaran-ajaran Islam di madrasah tersebut.  Pada  tahun  1349 Hijriyah  atau   bertepatan  dengan  tahun   1930   Masehi,   beliau  dipilih  oleh pemerintah setempat  untuk  memangku jabatan  sebagai  Qhadi  di Jakarta  dan penulis wakalah syar’iyyah selama kurang lebih 20 tahun.

Setelah  lama memangku jabatan  sebagai  ghadi,  pada  tahun  1369  H (1950  M) ia mengundurkan diri dari jabatan  tersebut  karena  usia yang  sudah udzur.   Pada  tanggal 27 Rabi’ul Awal 1390  Hijriyah bertepatan dengan  6 Juni 1970  Masehi  Habib  Abdurrahman Assagaf wafat dalam usia  81  tahun.   Dia dimakamkan  di  pemakaman  wakaf  syeikh  Naum   di  Tanah   Abang   yang makamnya berdekatan dengan makqam  Habib  Usman bin Yahya. Sayangnya, kemudian pemakaman ini diambil-alih oleh pemerintah dan  dibongkar  tanpa sepengetahuan ahli waris.

Di  samping   tugas   beliau  sebagi   ghadi,   pengajar,  penulis  wakalah syariyah  dan  segala  bentuk  kegiatan  yang  bermangfaat  bagi  agama, beliau pula seorang  pujangga  besar  dan  penulis unggul. Dua  judul kitab yang  telah dikarangnya sampai   sekarang  masih  dipelajari  di  pasantren pasantren yang beraliran  Alhussunnah  Wal  jamaah di  seluruh  Indonesia.  Kitab  yang  ditulis Habib  Abdurrahman bin  Sagaf Assagaf di antaranya Ad-Durus  Al-Fiqhiyyah yang terdiri dari 4 jilid, dan Al-Aqaid Ad-diniyyah  juga terdiri dari 4 jilid.

Kitab kitab Fiqih dan Aqidah karya Habib  Abdurrahman Sagaf Assegaf tersebut   ditulis  oleh  beliau  disaat   memangku  jabatan   sebagai   nadhir   dan pengajar  di madrasah Jam’iyat Al-Khair – Pekojan  dan  Tanah  Abang.  Buku buku  beliau  diterbitkan  pertama kali oleh penerbit   Bin  Afif  Surabaya yang kemudian diambil alih hak  ciptanya  oleh penerbit  Bin Nabhan Surabaya dan dicetak ulang pada  tanggal 1 Jumad tsani 1373H  bertepatan tanggal 5 Febuari 1952.  Semua   kitab  kitab  beliau  dalam  bahasa Arab  sampai  saat  ini  masih  beredar  dan  dicetak  dengan kertas  Koran  agar  harganya bisa dijangkau  oleh seluruh lapisan masyarakat.

Jilid keempat  pada  Kitab pertama, Ad-Durus  Al-Fiqhiyyah,  kemudian diterjemahkan oleh cucu beliau yaitu Habib Hasan  Husein Sagaf Assegaf, dan diberi judul “Fiqih Nabi”. Kitab ini disusun secara  sistematis, rinci, dan lengkap dalam  membahas  tata   cara   beribadah,  bermula  dari  Bab  Thaharah,  Bab Shalat, Bab  Tajhiz Jenazah, Bab  Zakat,  Bab  Puasa,  sampai  Bab  Haji  untuk dipraktekkan   dalam  kehidupan  sehari-hari.   Sedangkan  Jilid  keempat   pada Kitab kedua,  Al-Aqaid  Ad-diniyyah, diterjemahkan dan  diberi  judul “Akidah Menurut Ajaran Nabi”, edisi terjemah  ini dilengkapi syarahan dari penerjemah. Lebih detail, kunjungi https://hasanassaggaf.wordpress.com/

Secara  garis besar,  buku Akidah Menurut Ajaran Nabi, memuat  pokok- pokok  bahasan tentang  kewajiban  setiap  mukallaf mengenal Allah dan  rasul- Nya, uraian  tentang  sifat dua puluh, pembagian sifat dua puluh menjadi  empat bagian:  sifat  nafsiyyah,  salbiyyah,  ma’ani dan  ma’nawiyah,  sifat wajib  bagi rasul dan  lawannya, iman  kepada para  nabi  dan  rasul, malaikat, kitab  kitab samawi  dan  hari akhir,  peristiwa khariq  al-‘adah dan  semua  bahasan tentang sam’iyyat  yang  wajib diimani  oleh setiap  muslim, semuanya ini dibahas  atau disyarah dalam bahasa Indonesia secara rinci menurut  faham Ahlussunnah wal Jama’ah  yang  dipelopori   oleh  Abu  Hasan   Al-Asyari dan  Abu  Manshur  al- Maturidi dan pengikut pengikut mereka.

Atas nama  cucu  pengarang, Habib  Hasan  bin  Husein  Segaf Assegaf berharap semoga  buku  yang  berjudul “Akidah  Menurut  Ajaran Nabi”  syarah kitab al-Aqaid ad-Diniyyah  karya  Habib  Abdurahman bin saggaf Assagaf bisa membawa mangfaat dan keberkahan bagi kita dan insyallah dapat  pula menyejukan hati  dan  menambah  semangat kita dalam mengenal Allah dan Rasul-Nya. Amin

Sumber :  Buku 27  HABAIB  BERPENGARUH DI BETAWI: Kajian Karya  Intelektual dan Karya  Sosial Habaib Betawi dari  Abad ke-17 hingga Abad ke-21, Editor:  H. Rakhmad Zailani  Kiki, S.Ag, MM, diterbitkan oleh :  JAKARTA ISLAMIC CENTRES

Wawancara Adithiya Warman (Periset) dengan Cucu Habib Abdurrahman bin Sagaf Assegaf

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *