Kemarin cicit/ zuriyyat Syaikh Muhammad Shaleh Padangkandih (Baliau Munggu) datang ke rumah, membuat hati saya tidak dapat menahan rindu untuk berziarah ke makam Beliau Munggu tsb. Seolah ada yang memanggil-manggil. Maka siang ini saya datang ke Munggu Padang Kandih, buat mengobat rindu itu. Ditemani zuriyyat syaikh saya datang, berziarah, menapak jejak, dan sesekali mendengar kisah lebih jauh dari Baliau Munggu ini.
Dari ziarah ini, ada hal-hal yang patut saya pertegas:
1. Ulama-ulama silam, ialah alim secara syari’at, juga mendalam secara hakikat. Lihatlah kitab2 yang masih tersimpan, peninggalan ulama silam. Standar bacaan mereka ialah Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, Syarah Assyifa, Riyadhussalihin, dll. Selain itu mereka mendalam ilmu suluk. Dapat disaksikan nyata keramat bertuah itu.
2. Ulama-ulama dulu, zhahir keshalehannya. Disamping keilmuan mumpuni tadi. Sangat jarang saya melihat, utamanya di kampung, yang betul dapat mengawinkan keduanya secara sempurna, saat ini.
3. Tanda keberkahan ilmu dan amal. Ulama-ulama silam tetap dikenang, meski sudah lebih seratus tahun lalu wafatnya. Ibarat kata orang “hidup tempat bernazar, mati tempay berkhau.” Apalagi, kalau bukan Allah, yang menzhahirkan itu.
Inilah Komplek Surau Munggu. Di sini Syaikh M. Thayyib Umar Sungayang mengasah ilmu syari’at sebelum ke Mekkah. Di sini Maulana Syaikh Belubus memperoleh ijazah irsyad Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Di sini Syaikh Mungka mengambil berkah dalam ilmu hakikat. Di sini Syaikh Tobekgodang dididik, hingga menjadi sesepuh ulama awak abad 20, Perti. Inilah tempat, dimana orang-orang berziarah, setiap tahun, bahkan dari Malaysia, Australia, Timur Tengah, selain dari Negeri Minangkabau ini.
Mungka, 28 Jan 2021
Lihat keterangan foto pada masing-masing postingan
No responses yet