Pada tanggal 13 Oktober 2020 yang lalu, diselenggarakan Serasehan hasil penelitian MUI Kalimantan Selatan tentang Aliran Sesat, Syi’ah dan Salafi. Dalam forum tersebut yang sangat mengemuka tentang Salafi karena mereka merasa paling benar sendiri cara berislamnya kelompok yang lain-lain dianggap banyak tidak benar, sudah menyimpang, bid’ah dan kafir.

Tuan Guru H. Abdussamad dari NU Kal-Sel menemukan anak muda Salafi yang melarang ibunya membaca surah Yasin yang selama ini telah menjadi amalan rutin ibunya seminggu sekali di malam Jum’at. Anak muda itu melarang keras ibunya karena menurutnya Allah dan Rasul-Nya menyuruh membaca Alqur’an seluruhnya, tidak ada menyuruh membaca Yasin saja. Berarti ini hukumnya bid’ah, tidak disuruh dan dicontohkan oleh Nabi. Setiap bid’ah itu menyesatkan dan haram, dan setiap sesat dan haram adalah neraka tempatnya.

H. Umransyah Ali tokoh Muhammadiyah Kal-Sel, pernah sekali, sembahyang di suatu masjid bersebelahan dengan anak muda Salafi bercelana cingkrang. Anak muda ini langsung melototi celana Pak Umran yang tidak cingkrang atau terulur sampai menutupi mata kaki, langsung ia berucap :”Pian bercelana panjang yang sudah menyimpang tidak sesuai dengan ajaran Islam, Pian haram, kafir dan masuk neraka”. Belum sempat Pak Umran bereaksi, si anak muda itu sudah pergi. 

H. Zulkifli Musabba tokoh Muhammadiyah moderat pernah melihat seorang anak muda Salafi di pekuburan, yang melarang jamaah untuk tidak berdoa, membaca Yasin, kalimat thayyibah dan talkin di makam ibunya. Langsung mengusir mereka untuk pulang segera ke rumah masing-masing. Padahal kebiasaan jamaah kampung di sana, termasuk ibunya adalah yang menyelenggarakan upacara kematian sesuai dengan ajaran kaum tuha (NU).

Banyak lagi kasus yang sama terjadi, yang menunjukkan cara-cara Salafi berdakwah tidak bil hikmah (bijaksana) wal mauizhotul hasanah  (pelajaran yang baik) wa jadilhum (dialog yang baik dengan mereka yang didakwahi) bil lati hiya ahsan (bahkan dengan cara yang lebih baik). Sebaliknya, justru mereka keras, tidak sopan, tak beradab, sombong, egois dan paling benar sendiri.

Dalam analisis Wahyudin mereka kaum muda Salafi ini kebanyakan dari luar Islam mainstream, kurang atau tidak tersentuh oleh organisasi NU dan Muhammadiyah. Mereka juga bukan jebolan pesantren, STAIN, IAIN dan UIN. Mereka kebanyakan dari perguruan tinggi umum terutama dari jurusan eksakta yang terbiasa berfikir saklek, tekstual, harfiyah dan skripturalis. Mereka ini kalau dibiarkan dan tidak bisa dikendalikan akan sangat berbahaya, bukan saja mengharamkan dan mengafirkan orang lain yang tak sepaham dengan mereka bahkan mereka sampai menghalalkan darah orang yang di luar mereka meskipun Islam juga. Mereka dalam sejarah seperti gerakan Khawarij atau katakanlah sebagai New Khawarij, makanya mereka tidak bisa dimasukkan ke dalam golongan Ahlussunnah wal Jamaah meskipun mereka mendaku-daku sebagai paling Ahlussunnah wal Jamaah.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *