Imam Ghozali dawuh

الإنسان لا يخالو عن ذنب

“Manusia gak sepi dari dosa”

Walaupun kita gak pernah bikin onar karena di rumah aja, lupa atau ghoflah sedetik aja kepada Gusti Allah itu udah termasuk dosa. Karena maqom hamba sudah seharusnya selalu mengingat Sang Majikan. Kalo sadar udah lupa, segera mengingat-Nya lagi. Demikian perintah Gusti Allah dalam Al Kahfi 24

وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ

“Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa”

Kewajiban mengingat Gusti Allah tidak ada batasan dan tidak ada ujungnya. Maka, lupa mengingat Gusti Allah ini termasuk satu cacat. Maka, untuk membersihkannya pake istighfar.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh

وإنه اليغان على قلبي حتى أستغفر الله تعالى في اليوم والليلة سبعين مرة

“Sesungguhnya benar-benar berkarat atas hatiku hingga aku membaca istighfar kepada Gusti Allah di siang dan malam hari 70 kali”

Di hadits lain beliau SAW dawuh

قوله عليه السلام
توبوا إلى الله فإنى اتوب إليه كل يوم ماءة مرة

“Bertaubatlah kepada Gusti Allah, sesungguhnya aku bertaubat (beristighfar) 100 kali sehari”

Istighfar tersebut semacam kafarot atau denda atas alpanya kita mengingat Gusti Allah. Kalo Kanjeng Nabi yang ma’shum aja istighfar segitu banyak, seyogyanya kita yang bukan nabi ini beristighfar lebih banyak lagi.

Karenanya, satu hal tentang taubat pada Gusti Allah, jangan pernah takut tobat.

Kita takut sekali kalo punya salah sama orang, terutama pada yang kita sayangi atau kita hormati, sehingga kita jadi takut ngaku atau minta maaf. Takut ditinggal atau takut digampar. Tapi kalo sadar punya salah sama Gusti Allah, kita gak boleh takut ngaku salah.

Taubat atau istighfar, selayaknya bikin bahagiambah. Karena taubat di sini dimaksudkan untuk bersyukur.

Gusti Allah dawuh di Al Baqoroh 52

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Kemudian Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur”

Seperti tulisan kemarin-kemarin, taubat tujuannya biar kita tau betapa luas kasih sayang Gusti Allah. Kalo kita udah tau, ujung-ujungnya biar kita bisa bersyukur.

Makanya, sunnah kalo habis taubat atau istighfar, kita senyum atau ketawa. Kalaupun nangis, nangis bahagia. Taubat itu karena kita ingat Gusti Allah Yang Maha Agung, bukan ingat dosa. Maka selayaknya kita besarkan harapan dengan senyuman agar bisa bersyukur, bukan kesedihan yang bikin putus asa.

Ada anekdotnya..

Paidi, Basri dan Sarip, orang kaya yang sama-sama anggota PASTI (Partai Suami Takut Istri). Satu malem ngobrol bareng.

“Tiap punya salah sama istri, sebagai tanda maaf, aku selalu membelikannya mobil, baru aku boleh tidur sama dia,” Kata Paidi.

“Kalo aku tiap punya salah sama istri, aku belikan dia emas 100 g sebagai permohonan maaf, baru aku dikasih tidur sama dia,” Basri menanggapi.

“Kalo aku sih tiap punya salah sama istri, aku selalu dibeliin sapi sama dia,” Celetuk Sarip.

“Wah, enak tuh,” Paidi dan Basri kagum.

“Enak apanya! Habis itu dia suruh aku tidur sama sapi,”

Menurut Imam Ghozali, tanda taubat diterima oleh Gusti Allah adalah bertambahnya limpahan cahaya makrifat dalam hati dan menjelma jadi amal sholeh dalam perbuatan nyata. Hati pun semakin peka terhadap kotoran yg hinggap di hatinya dan keburukan yg ada pada amalnya. Kepekaan menuntun untuk terus memperbaiki diri. Itulah tanda orang bersyukur.

Gusti Allah dawuh di Al Baqoroh 52

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Kemudian Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur”

Jadi, tanda tobat diterima adalah jadi banyak syukurnya dan bisa tawakal pada Gusti Allah.

Hal yang perlu diperhatikan lagi, kalo kita tobat, kita tidak usah takut atau malu dengan masa lalu yang kelam. Bagaimanapun, keburukan kita akan kalah kalo kita iringi kebaikan.

Misal seorang bandar narkoba yg tobat, trus dia jadi rajin sedekah. Maka lama-lama dia akan dikenal dermawan, orang akan lupa masa lalunya.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh

أتبع السيئة الحسنة تمحها

“Iringilah yang buruk dengan yang baik, maka yang baik akan menghapusnya”

Dan juga tidak perlu minder misal kita kecemplung dosa lagi. Ya kita cepet-cepet balik lagi minta ampun. Misal kumat, langsung tobat, kumat langsung tobat, begitu aja terus sampek kiamat kubro datang beneran, bukan hoax lagi.

Hal itu justru lebih baik daripada misal tobat trus kumat, tapi putus asa pas mau tobat lagi. Bahkan jauh lebih baik daripada tobat trus jadi sombong setelah tobat.

Gusti Allah dawuh dalam Al Baqoroh 222

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Gusti Allah mencintai orang yang selalu tobat dan mencintai orang yang selalu mensucikan diri”

Artinya, taubat itu bukan pekerjaan sekali jadi, tapi pekerjaan yang harus diulang dan diulang dan diulang terus hingga kita mati.

Rintangan Taubat

Banyak orang yang sudah sadar tapi masih mikir-mikir buat tobat. Buanyak. Tapi harus melewati rintangan yang tidak gampang.

Lewat obrolan di warkop Mawlikopi, saya sering denger pembicaraan mereka-mereka yang sambat pingin tobat dari kerjaan sekarang, tapi takut keluarganya belum terima. Secara penghasilan gede kok mau ditinggalkan. Kerjanya apa, macem-macem lah pokoknya.

Tingkat kesadaran suami istri di tiap keluarga juga beda-beda. Ada yang keduanya sadar tapi juga ada yang satu pihak aja yang baru sadar. Kalo udah gini, kita sebagai orang luar, tidak bisa bicara dalil gini gitu karena sudah nyinggung masalah ekonomi.

Sehingga kita tidak boleh sembrono memvonis orang yang belum bisa tobat total. Jangan niru netijen medsos yang cepat memvonis sambil bawa-bawa  dalil, itu karena agamanya masih kanak-kanak aja.

Jadi yang namanya tobat itu hal gampang tapi jangan dibikin sembrono. Perlu formula khusus di tiap kasus agar tobatnya mulus. Kalo tidak mulus, dampaknya bisa sampai keutuhan rumah tangga juga. Ujung-ujungnya nanti keputusan untuk cerai atau bertahan.

Jadi inget ada anekdot.

Satu sore, Kyai Sarip kedatangan pasangan Giono dan istrinya, mereka curhat masalah mereka.

“Yai, gimana ini? istri saya gak rela saya jualan lagi,” curhat Giono.

“Lho, kok gitu?” Tanya Kyai Sarip heran.

“Lha wong tiap jualan, dia suka mempraktekkan cara pemakaiannya pada pelanggan, Yai,” Protes istri Giono.

“Lho, kan emang udah kewajiban penjual sebagai pelayan konsumen,” jawab Giono.

“Jualanmu itu gak banget, Mas,” protes istri Giono.

“Jualanmu barang halal, kan?” Tanya Kyai Sarip ke Giono.

“Jualan saya halal kok Yai, buktinya ada stempelnya dari MUI semua kok,” protes Giono.

“Halal tapi gak segitunya, Mas,” sahut istri Giono.

“Bentar bentar, ngomong2 Mas Giono ini jualan apa sih?” Tanya Kyai Sarip pada suami istri ini.

“Bayangin aja, Kyai,” sahut istri Giono, “Suami saya jualan kosmetik sama daleman wanita, mosok di depan ibu2 pembeli, dia suka praktek pake lipstik sama beha?”

Seperti sakit pada jasmani, sakit pada batin itu perlu penangan serius. Bahkan sakit pada batin itu lebih berbahaya, dawuh Imam Ghozali, disebabkan 3 hal, yaitu :

  1. Penderitanya tidak menyadari kalo batinnya sakit. Seperti OTG virus, tapi penyakit batin pelan-pelan menggerogoti batin hingga penderitanya roboh tanpa sadar.
  2. Gejalanya tidak kelihatan dari luar. Penyakit batin menyerang qolbu, namun sebenarnya keadaan qolbu bisa dideteksi lewat amal lahir, tapi orang lain banyak yang tidak sadar karena penderita berpura-pura atau tidak menyadari.
  3. Penyakit batin susah ditemukan obatnya dan semakin langka dokternya di jaman ini. Dokter batin adalah ulama yang arif billah, yang luas pandangan batinnya, bukan cuma ulama kelas ecek-ecek.

Ulama kelas ecek-ecek cuma berkewajiban memberi penyadaran dan pengetahuan kepada masyarakat akan syariat Gusti Allah. Namun tidak akan bisa menyembuhkan penyakit batin orang lain. Justru ulama ecek-ecek ini berkewajiban menyembuhkan batinnya sendiri-sendiri karena terindikasi masih terikat penyakit cinta dunia.

Untuk menemukan ulama arif billah ini kita perlu usaha lahir batin di jaman sekarang. Bila belum nemu, kita langgengkan saja sholawat biar selalu terikat pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Disimpulkan oleh Imam Ghozali, penyebab orang belum bisa taubat, ada 5 macem, mbah

  1. Efek tobat yang tidak instan, kebiasaan buruk yang telah mendarah daging susah untuk ditaklukkan seketika, kadang bikin putus asa.
  2. Syahwat yang masih menggebu-gebu dan masih mempengaruhi perilaku, belum bisa diredam sepenuhnya
  3. Ada hal yang bikin terus-menerus menunda-nunda untuk taubat. Seperti pekerjaan, keluarga dan lain-lain.
  4. Belum mau beranjak tobat sebelum dijanjikan sesuatu, seperti jadi terkenal, jadi mulia atau harta. Walau andaikan tobat, tapi ini tobatnya orang dungu.
  5. Ragu dengan adanya hari akhir dan alam akhirat. Seperti yang pernah dibahas di catatan akhir bab-bab akhlaq buruk.

Solusi semuanya, kita harus ingat selalu akan kematian. Bahwa kematian itu datang tidak pandang bulu dan tidak pandang sebab. Jangan sampai saat kematian datang, kita masih berkutat hal-hal yang merusak kehidupan dan kematian.

Untuk itu kita semua harus menumbuhkan kesadaran, bahwa semua manusia hakikatnya terdesak, tidak ada jalan lain kecuali kembali pada Gusti Allah sebagai tempat kembali yang paling masuk akal.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *