حَدِيْثُ مَنْ قَرَأَ يس اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ رَوَاهُ الْبَيْهَقِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا وَإِسْنَادُهُ عَلَى شَرْطِ الصَّحِيْحِ وَأَخْرَجَهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ وَأَخْرَجَهُ الْخَطِيْبُ فَلاَ وَجْهَ لِذِكْرِهِ فِي كُتُبِ الْمَوْضُوْعَات

Hadis yang berbunyi: “Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni” diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu’, sanadnya sesuai kriteria hadis sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Khatib (al-Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk mencantumkannya dalam kitab-kitab hadis palsu!” (Syekh Asy-Syaukani, al-Fawaid al-Majmu’ah I/302)

Yasin Dibacakan Untuk Mayit

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اقْرَؤُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ

“Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Bacalah surat Yasin di dekat orang-orang yang meninggal.’ Ibnu Hajar berkata: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa’i dan disahihkan oleh Ibnu Hibban“ (Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad No 20316, Abu Dawud No 3121, Ibnu Majah No 1448, al-Thabrani No 510, al-Hakim No 2074, al-Baihaqi No 6392, al-Thayalisi No 931, Ibnu Abi Syaibah No 10853 dan al-Nasa’i dalam al-Sunan al-Kubra No 10913)

Dari hadis ini ulama menyimpulkan surat Yasin boleh dibaca dalam 3 keadaan, yaitu :

وَمِنْ ذَلِكَ مَا قَالَهُ الْمَجْدُ فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ } يَشْمَلُ الْمُحْتَضَرَ وَالْمَيِّتَ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ ، فَبَعْدَ الْمَوْتِ حَقِيقَةٌ ، وَقَبْلَهُ مَجَازٌ .

“Diantaranya adalah yang telah dikatakan oleh al-Majdu (Majduddin Abdus Salam at-Taimiyah, kakek Syaikh Ibnu Taimiyah) tentang hadis: “Bacakanlah Yasin di dekat orang-orang mati diantara kalian” [Abu Dawud, Disahihkan Ibnu Hibban]. Hal ini mencakup (1) orang yang akan mati, (2) orang mati, baik yang belum dikubur dan (3) yang sudah dikubur. Maka yang setelah kematian adalah hakikat, yang sebelum mati adalah majaz” (Syaikh Ibnu Najjar, al-Kaukab al-Munir 2/122)

Yasin Dibaca Didekat Orang Yang Akan Wafat

صَفْوَانُ حَدَّثَنِى الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوا عِنْدَ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ الثُّمَالِىِّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِىُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ. قَالَ وَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا. قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.

Shafwan berkata: “Para guru dari Tabiin menjenguk Ghudaif bin Haris Ats-Tsumali saat ia sakit parah. Ia minta dibacakan surat Yasin. Maka Shaleh bin Syuraih membacakan Yasin di dekat Ghudlaif ats-Tsumali.” Mereka berkata: “Jika Yasin dibaca didekat orang yang akan wafat, maka akan mudah keluarnya ruh”. Isa bin Mutamir juga membacakan Yasin di dekat Ibnu Mabad.” (HR Ahmad, sanadnya Hasan)

Yasin Dibaca Saat Di Makam

ذَكَرَ النَّسَائِي وَغَيْرُهُ مِنْ حَدِيْثِ مَعْقِلٍ بْنِ يَسَارٍ الْمَدَنِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ اِقْرَأُوْا يس عِنْدَ مَوْتَاكُمْ وَهَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِي حَالِ مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ عِنْدَ قَبْرِهِ

Al-Nasai dan yang lain menyebutkan hadis dari Ma’qil bin Yasar al-Madani dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal. Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya” (Tadzkirat al-Qurthubi I/84)

Ulama yang menfatwakan Yasin boleh dibaca untuk orang yang sudah wafat diantaranya al-Hafidz As-Suyuthi dalam Syarh Ash-Shudur, Asy-Syaukani dalam Nail al-Authar IV/52, Ash-Shanani dalam Subul al-Salam Syarah Bulugh al-Maram II/119, dan lainnya.

Membaca Yasin Di Makam Orang Tua

Hadis ini dinilai sebagai hadis palsu oleh ulama Wahabi. Namun, tuduhan ini banyak dibantah oleh para ahli hadis seperti Al-Hafidz As-Suyuthi dan Ibnu Arraq :

(تُعُقِّبَ) بِأَنَّ لَهُ شَاهِدًا مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ بِلَفْظِ مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا كُلَّ جُمْعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَارًّا أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي فِي اْلأَوْسَطِ وَالصَّغِيْرِ وَفِيْهِ عَبْدُ الْكَرِيْمِ بْنُ أُمَيَّةَ وَهُوَ ضَعِيْفٌ وَمِنْ مُرْسَلِ مُحَمَّدِ بْنِ النُّعْمَانِ أَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي كِتَابِ الْقُبُوْرِ وَمِنْ طَرِيْقِهِ الْبَيْهَقِي فِي الشُّعَبِ

(Hadis ini dikoreksi ulang) yang ternyata memiliki hadis penguat dari Abu Hurairah: Barangsiapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap Jumat, maka akan diampuni dan dicatat sebagai anak yang berbakti’, hadis riwayat al-Thabrani dalam al-Ausath dan al-Shaghir, tetapi dalam sanadnya terdapat Abdulkarim bin Umayyah, ia dlaif, dan dari riwayat Ibnu Abi al-Dunya dalam al-Qubur secara mursal dari Muhammad bin Nu’man, jalur ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman.

(قُلْتُ) وَجَاءَ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي بَكْرٍ أَخْرَجَهُ ابْنُ النَّجَّارِ فِي تَارِيْخِهِ وَذَكَرَهُ السُّيُوْطِي فِي الدُّرِّ الْمَنْثُوْرِ وَلَمْ يَحْكُمْ عَلَيْهِ بِشَيْءٍ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ

Saya (Ibnu ‘Arraq) berkata: Ada pula hadis dari Abu Bakar yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar dalam Tarikhnya dan disebutkan oleh al-Suyuthi dalam tafsir al-Durr al-Mantsur tanpa memberi penilaian sedikitpun, Wallahu A’lam” (Ibnu ‘Arraq dalam Tanzih al-Syari’ah II/373)

Yasinan Secara Berjamaah

Membaca Yasin secara bersama-sama difatwakan oleh Syekh Syaukani :

وَلاَ يُقْدَحُ فِي َذَلِكَ كَوْنُ تِلْكَ التِّلاَوَةِ مَجْعُوْلَةً لِلْمَيِّتِ فَقَدْ وَرَدَ جِنْسُ التِّلاَوَةِ مِنَ الْجَمَاعَةِ الْمُجْتَمِعِيْنَ كَمَا فِي حَدِيْثِ اقْرَأُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ تِلاَوَةِ يس مِنَ الْجَمَاعَةِ الْحَاضِرِيْنَ عِنْدَ الْمَيِّتِ أَوْ عَلَى قَبْرِهِ وَبَيْنَ تِلاَوَةِ جَمِيْعِ الْقُرْآنِ أَوْ بَعْضِهِ لِمَيِّتٍ فِي مَسْجِدِهِ أَوْ بَيْتِهِ اهـ

Dan tidaklah dilarang menjadikan bacaan al-Quran itu untuk orang yang meninggal. Sebab membaca al-Quran secara berjamaah ada dasarnya seperti dalam hadis: “Bacalah Yasin pada orang-orang yang meninggal.” Ini adalah hadis sahih. Dan tidak ada bedanya antara membaca Yasin berjamaah di depan mayit atau di kuburannya, membaca seluruh al-Quran atau sebagiannya, untuk mayit di masjid atau di rumahnya” (Rasail al-Salafiyah, Syaikh Ali bin Muhammad as Syaukani, 46)

Hadis 1 Membaca Yasin Di Malam Jumat

مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ حم الدُّخَانَ وَيس أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ

Hadis: “Barang siapa membaca di malam Jumat Surat Hamim ad-Dukhan dan surat Yasin maka Allah mengampuni-nya di pagi hari” (HR al-Baihaqi dalam Syuab al-Iman, ia menilai dlaif, dari Abu Hurairah. Juga oleh Abu Yala)

Hadis 2 Membaca Yasin Di Malam Jumat

وخبر أبي داود عن الحبر مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ يَسِ وَالصَّافَّاتِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَعْطَاهُ اللهُ سُؤْلَهُ وفيه انقطاع

Hadis: “Barangsiapa membaca surat Yasin dan Shaffat di malam Jumat, maka Allah akan memberi permintannya” [HR Abu Dawud, sanadnya terputus] (Faidh al-Qadir 6/258)

Mengamalkan Hadis Dlaif

Jika kebanyakan hadis tentang surat Yasin dinilai dlaif, apakah boleh mengamalkan hal itu? Al-Hafidz Ibnu Hajar menjawabnya:

وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ اْلإِمَامِ أَحْمَدَ وَغَيْرِهِ مِنَ اْلأَئِمَّةِ أَنَّهُمْ قَالُوْا إِذَا رَوَيْنَا فِي الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ شَدَّدْنَا وَإِذَا رَوَيْنَا فِي الْفَضَائِلِ وَنَحْوِهَا تَسَاهَلْنَا

“Imam Ahmad dan Imam yang lain (seperti Ibnu Mubarak) berkata: Jika kami meriwayatkan hadis tentang halal-haram (hukum), maka kami sangat selektif (dalam hal sanad), dan jika kami meriwayatkan hadis yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan, maka kami tidak begitu selektif (tetapi tidak sampai pada taraf hadis palsu)” (al Qaul al Musaddad I/11)

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *