Seringkali eks HTI ataupun simpatisannya maupun orang-orang yang terperdaya propagandanya, berargumen bahwa orang-orang NU mendambakan untuk berada di bawah panji yang disebut Liwa’. Buktinya, kata Liwa’ ada pada bacaan doa-doanya. Kemudian, dengan culasnya hal itu diplintir dan diarahkan; bhwa Liwa’ yang dimaksud adalah Panji/Bendera yang ada di kantor HTI dan yang sering dikibar-kibarkan simpatisannya saat aksi turun ke jalan.
Adapun Doa Nahdliyin yang ada Liwa’nya itu terdapat dalam bacaan doa setelah Shalat Terawikh berjamaah, Doa Maulid Diba’, dan selainnya. Berikut doanya:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هذَا الرَّسُولَ الْكَرِيمَ لَناَ شَفِيعًا ، وَارْزُقْناَ بِهِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ مَقاَماً رَفِيعاً ، اَللَّهُمَّ اسْقِناَ مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلـِهِ وَسَلَّمَ شَرْبَةً هَنِيئَةً لاَ نَظْمَأُ بَعْدَهاَ أَبَدًا ، وَاحْشُرْناَ تَحْتَ لِوَائِهِ غدا .
“Ya Allah selamatkanlah kami dari kejahatan orang yang aniaya. Jadikanlah kami orang yang terselamat dari fitnah Dunia, dan kurniakanlah kami dengan sebabnya kedudukan yang tinggi di Hari Qiamat kelak. Ya Allah berilah kami minum dari telaga Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan minuman yang melegakan, menyebabkan kami tidak merasa haus lagi selepasnya. Himpunkanlah kami di bawah panji Liwa’-nya (Rasulullah) esok (di Yaumil Makhsyar).”
Sebenarnya, Kata liwa’ di sini TIDAKLAH sebagaimana anggapan mereka-mereka itu. Akan tetapi, Liwa’ yang dimaksud di sini adalah liwa’ yang ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Sabdanya:
«أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ، وَبِيَدِي لِوَاءُ الحَمْدِ وَلَا فَخْرَ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلَا فَخْرَ»
“Aku adalah tuannya anak cucu Adam di hari kiamat, di tanganku LIWA’ AL HAMD (Panji Pujian) dan tidak ada rasa sombong, tidak ada seorang nabi pun pada saat itu baik Adam atau selainnya kecuali berada di bawah panjiku, dan aku yang paling pertama dibangkitkan dari bumi dan tidak ada rasa sombong.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Sunannya, juga oleh para ulama hadis yang lainnya. Sebagaimana penelitian Syeikh Al Albani, sanad hadis ini valid dan bisa menjadi argumentasi beragama.
Dengan demikian, semoga Allah ta’ala menghidayahi kita semua dengan menunjukkan bhwa Yang Haq adalah Haq untuk diikuti, dan yang Bathil adalah Bathil untuk dijauhi. Allahumma urzuqnaa fahman nahdiyyin….
No responses yet