Pandemi, hampir setengah tahun lebih telah mempengarui pola aktivitas masyarakat di Indonesia, mulai dari belajar, bekerja, dan ibadah di rumah aja ketika masa pembatasan social skala besar dan harus selalu menerapkan protocol kesehatan di setiap aktivitas masyarakat ketika masa new normal sekarang ini.
Munculnya pandemic ini, telah mempengarui budaya atau kebiasaan yang baru, yang biasanya ketika seseorang bertemu paling minimal pasti salaman dengan telapak tangan. Akan tetapi, sekarang cukup dengan tos memakai sikut tangan. Perlu di pahami : bukannya dilarang bersalaman dengan menggunakan telapak tangan, tetapi, demi memutuskan mata rantai penyebaran covid-19.
Berbeda halnya dengan pelajar, yang saat ini sudah di izinkan untuk belajar secara tatap muka langsung di kelas di daerah zona kuning. Mahasiswa saat ini masih melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), masa orientasi yang biasanya di laksanakan secara huforia, kini hanya bisa dilakukan secara jarak jauh pula, apalagi setelah masa orientasi langsung dimulai perkuliahan secara online.
Mahasiswa sekarang melaksanakan aktivitas serba online, semangat untuk melaksanakan aktivitas pasti berbeda dengan kondisi yang normal, karena sudah terbiasa beraktivitas dengan disambi rebahan : kuliah, diklat, organisasi. Tidak terbayangkan nantinya setelah pandemic usai apakah kebiasaan-kebiasaan ketika pandemic bisa hilang begitu saja ?
Ini diluar konteks 3 M ( memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) yang sangat dan sangat harus dilaksanakan dan dibudayakan oleh lapisan masyarakat tanpa terkecuali dalam masa new normal ini. Akan tetapi, kebiasaan-kebiasaan untuk bermalas-malasan atau biasa disebut rebahan untuk melaksanakan aktivitas.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya prediksi kapan pandemic ini akan segera berakhir sudah bisa ditebak dan seakan-seakan sudah didepan mata, selain sudah banyak dari Negara-negara yang memproduksi vaksin covid-19, kemaren pada tanggal 8 Oktober 2020 ketika seluruh mahasiswa sedang mengadakan demo besar-besaran secara serentak di wilayah-wilayah tertentu, nyatanya tidak ada jumlah penambahan pasien covid-19 yang sangat signifikan.
Padahal itu ribuan bahkan jutaan orang sedang berkerumunan, dan dapat diprediksi sekarang berarti virus corona seakan-seakan sudah tidak berbahaya lagi, berbeda dengan pas ketika awal-awalan pandemic muncul di negeri ini.
Sehingga bisa dikatakan bahwasanya sekarang adalah masa-masa transisi pandemic, dimana masa ini akan segera berganti pada masa kondisi normal kembali, Amiin hehe…
Lalu apakah kebiasaan – kebiasaan yang biasa dikerjakan mahasiswa dengan disambi bermalas – malasan bisa berubah begitu saja ? jawabannya adalah perlu waktu yang tidak sebentar untuk bisa menyesuaikan kembali dengan kondisi yang normal.
Bisa dibayangkan nantinya ketika mahasiswa sudah aktif kuliah seperti biasa, mereka langsung dituntut untuk observasi tugas, ngabdi dimasyakat dan kesibukan lainnya. Kalau sebagian mahasiswa lama mungkin bisa atau malah senang karena hal tersebut bisa mengobati penat atau stress selama di rumah aja, namun pertanyaanya bagaimana kalau maba ? yang baru masuk dan sama sekali belum pernah merasakan perkuliahan secara langsung.
Kemudian juga dosen, dosen juga manusia pasti ada atau mempunyai rasa malas dan apakah nantinya ketika masa normal dosen akan cukup memberikan tugas yang hanya di share di grup whatshaap (Wa) kemudian absensinya juga cukup dengan mengirimkan nama dan nim di voice not (vn) ? karena dimasa pandemic dosen sudah terlalu biasa dengan hal itu. Maka dari itu, mahasiswa di masa tansisi pandemic ini harus segera bangun, segera buat rencana – rencana besar ketika kondisi sudah normal kembali, tumbuhkan semnagat – semangat baru agar ketika memasuki kondisi normal mampu cepat untuk beradaptasi, biar mahasiswa yang mendapatkan julukan sebagai agent of change tetap bisa dipegang oleh seorang mahasiswa
No responses yet