Kontributor: Fadhli Dzil Ikram (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Anak merupakan sebuah anugerah besar yang dititipkan oleh Allah subhana wata’ala kepada setiap orang tua dimuka bumi ini. Mulai dari penguasa sampai pekerja biasa, mereka merupakan malaikat kecil penghibur lara ketika kita sebagai orang tua mendapatkan sebuah problem yang sebesar gunung sekalipun. Tetapi pada zaman milenial sekarang banyak orang tua yang lalai terhahadap pendidikan agama anaknya, para orang tua lebih senang mengajarkan anaknya memegang gadget karena lebih cenderung mudah dikontrol dari pada mengajarkan pendidikan agama terhadap anaknya. Padahal dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam muslim dalam kitabnya Shahih Muslim dijelaskan :
حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ أَيُّوبَ وَقُتَيۡبَةُ يَعۡنِي ابۡنَ سَعِيدٍ وَابۡنُ حُجۡرٍ. قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ هُوَ ابۡنُ جَعۡفَرٍ عَنِ الۡعَلَاءِ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: إِذَا مَاتَ الۡإِنۡسَانُ انۡقَطَعَ عَنۡهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنۡ ثَلَاثٍ: إِلَّا مِنۡ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوۡ عِلۡمٍ يُنۡتَفَعُ بِهِ، أَوۡ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدۡعُو لَهُ
“Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, dan Ibnu Hujr telah menceritakan kepada akami. Mereka mengatakan: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami, dari Al-‘Ala`, dari ayahnya, dari Abu Hurairah; Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang telah meninggal, maka amalnya terputus darinya, kecuali dari tiga hal: kecuali dari sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakan kebaikan untuknya” (HR. Muslim No.1631)
Terang sekali dalam hadis Shahih tersebut dijelaskan bahwa seorang anak memiliki pengaruh besar terhadap orang tuanya bahkan ketika mereka sudah meninggal sekalipun. Oleh karena itu didalam sebuah manuskrip yang sudah di digitalisasi dan tersimpan didalam koleksi Manuskrip Nusantara kementrian Agama RI dengan bertemakan Tauhid dan Fiqih dengan kode LKK_BANTEN2016_NRD048. Didalam naskah kuno tersebut dijelaskan tentang keutamaan dan faedah – faedah sholat yang tentunya jika kita balut dengan pembawaan yang fun kepada anak dalam perspektif psikologi, akan membuat mereka termotivasi untuk menjalankan ibadah sholat.
Dalam menerapkan pola asuh kita sebagai orang tua (Parenting), inilah beberapa hal yang harus lakukan menurut perspektif psikologi dan naskah diatas:
Mengajarkan Faedah Sholat Dengan Parents Friendly
Sebelum kita menyampaikan apa itu faedah sholat itu sendiri, kita sebagai orang tua harus mempunyai sikap Parents Friendly. Seperti apa itu? Yaitu sebuah pola ajar orang tua kepada anak yang bersikap seolah orang tua menjadi teman si anak. Bukan dengan gertakan atau sebuah ancaman yang nantinya hanya membuat mental anak menjadi lemah. Maka sampaikan lah pesan kita dengan cara yang Friendly menurut si anak, seperti ketika sedang berkumpul diruang keluarga ataupun dalam moment yang lain.
Dalam naskah diatas pada baris kedua sebelah kanan gambar dijelaskan bahwa faedah sholat yaitu mencegah perbuatan keji dan mungkar, menuntun atau membawa kepada kebaikan, mengendalikan anggota tubuh dari sesuatu yang sia-sia dan senda gurau serta menjadikan orang yang melakukannya menempuh jalan yang penuh petunjuk.
Membuat Anak Menjadi Tergerak Melakukan Sholat Dengan Hadiah
Kita sebagai orang tua sudah paham bukan jika seorang anak senang sekali diberi berbagai hadiah? Nah, tentu saja untuk membuat anak menjadi semangat mengerjakan sholat ialah dengan memberinya “embel – embel” hadiah. Contoh saja jika ia berhasil melakukan sholat 5 waktu tepat pada waktunya selama 40 hari maka akan dibelikan sebuah gitar, sepeda dan lain lain.
Lalu beritahu juga hadiah yang didapat pun bukan hanya dari kita sebagai orang tua tetapi dari Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam teks naskah diatas. Terdapat sebuah hadis yang disampaikan oleh Ustman bin Affan.
Ustman RA berkata, barang siapa yg selalu menjaga sholat lima waktu maka Allah memuliakannya atau menghadiahkannya dengan sembilan kemuliaan :
1)Allah mencintainya, 2)Allah menyehatkan badannya, 3)malaikat menjaganya, 4)diturunkan keberkahan di rumahnya, 5)dinampakkan diwajahnya wajah orang sholeh, 6)Allah melembutkan hatinya, 7)ia berjalan di shirat seperti kilat yg berkilau dan Allah menyelamatkannya dari api neraka 8)Allah menurunkannya pada lingkungan bersama orang yang tidak ada ketakutan padanya dan 9)tidak ada kesedihan padanya.
Keshahih-an hadis tersebut dapat dilihat dalam kitab Syarah Nashoihul ‘Ibad karya Imam Nawawi al-Bantani
Jadikan Diri Kita Seperti Sebuah Pohon
Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Jika kita sudah melakukan dua langkah di atas, maka pembahasan terakhir ini yaitu kita sebagai orang tua harus mencontohkan apa yang sudah kita sampaikan kepada anak kita, jangan sampai kita sebagai orang tua hanya memberitahu saja tetapi justru kita sendiri yang tidak melakukan. Karena pada dasarnya sholat merupakan amal ibadah orang masing – masing yang akan dipertanggung jawabkan kelak. So, mulailah dari diri sendiri.
Dalam naskah diatas pun dijelaskan Rasulullah berkata sholat seperti pohon dan buahnya ada 3 yaitu terbebas dari api neraka, masuk surga, diliahat oleh Allah dengan kasih sayang.
Kita sebagai orang tua tentu akan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk anak begitu juga seharusnya untuk pendidikan ibadah nya. Istiqomah dan sabar dalam mendidik anak-pun diperlukan dan jika semua telah kita lakukan maka usaha terakhir yang kita lakukan ialah Tawakkal-kan hasil nya pada Allah SWT.
No responses yet