- Berkah Pandemik Covid-19 dan Melanjutkan Telusur Akhmad Saufan
Tahun ini, yang sebenarnya sudah disepakati pelaksanaan hajat besar Peringatan Dua Abad Pondok Tremas, akhirnya harus ditunda tahun depan. Meski ada kekecewaan, tetap yakin akan adanya hikmah besar di balik munculnya pageblug yang seperti datang tiba-tiba laksana air bah.
Tentang penetapan tahun 2020 sebagai peringatan 2 abad berdirinya Pondok Tremas, sudah banyak kajian dan bukti yang bisa menguatkannya. Banyaknya versi tentang tahun berdiri, antara tahun 1820 hingga 1830 M, tetap menjadi bagian pertimbangan karena semua memiliki pijakan dan dasar sesuai sudut pandang yang bisa diterima. Intinya, semua pendapat benar berdasarkan argumentasi dan bukti-bukti yang ada, baik berdasarkan penanggalan masehi maupun hijriyah, atau dihitung berdasarkan awal berdiri di desa Semanten maupun saat mulai berpindah ke Tremas.
Terlepas dari perbedaan yang ada, para dzuriyyah pendiri Pondok Tremas telah membuat kesepakatan bersejarah, bahwa dua abad silam, tepatnya tahun 1820 adalah tahun berdirinya Pondok Tremas, Pacitan.
Awalnya saya nggak begitu respon saat mendengar berita itu. Baru saat menyimak melalui video yang dikirim seorang teman, yang berisi sambutan KH Luqman Harits pada rapat persiapan peringatan dua abad Pondok Tremas, saya benar-benar larut dalam rasa haru penuh emosional. Ingatan saya terlempar pada perjuangan akhina fillah, almarhum Akhmad Saufan, salah satu alumni yang gigih menekuni kajian ilmu filologi demi bisa berkhidmah kepada almamater tercintanya, meneliti manuskrip-manuskrip peninggalan para masyayih Tremas yang terserak di banyak tempat dan sebagian belum bisa direkonstruksi dengan baik.
Namun takdir tak bisa dihadang. Hampir dua tahun lalu, ia menghembuskan nafas terakhir. Saya dan teman-teman seperjuangan, yang sangat berharap atas kerja kerasnya mengumpulkan data-data penting tentang sejarah Pondok Tremas lewat manuskrip yang diburunya, tak bisa berharap banyak dari usaha yang telah dirintisnya hampir tak kenal lelah itu. Terlebih sebagian besar data yang telah dikumpulkan tak bisa dilacak dan seperti belum tercatat dengan baik. Saya sempat ketemu dengan beberapa kawan membicarakan kelanjutan rencana besar almarhum, tapi terkendala banyak hal, terutama
“lenyapnya” data-data penting yang pernah dikumpulkan sebelum wafat.
Keluhan juga datang dari Gus Luqman, saat bertemu dengan Kang Iip Dzulkipli Yahya,
“Piye olehe arep nerusake garapane Saufan?”
Kira-kira begitu pertanyaan yang dilontarkan beliau kepada sejarawan Sunda tersebut.
Hampir dua tahun seakan terlupakan jejak perjuangan almarhum, hingga berita tentang rencana peringatan dua abad Pondok Tremas mengingatkan saya tentang sebuah momen yang pernah diimpikan almarhum untuk melaunching buku tentang Tremas, khususnya terkait dengan biografi Syeikh Mahfuzh Al Tarmasi dengan karya-karya masterpiecenya. Saya yang terkesan akan kerja keras dan dedikasinya sebagai bentuk khidmah pada pondok, merasa terusik untuk melakukan sesuatu yang mungkin bisa mewujudkan cita-cita besarnya, mengangkat Tremas menuju panggung dunia sebagai warisan peradaban Islam Nusantara.
Baca Juga
- Tirakat Ibu Kandung Syekh Mahfudz Termas
- Ulama Ahli Falak Dari Tremas
- Karya Syeikh Mahfuzh al-Tarmasi Dalam Ilmu Qiraat
Karena ketidaktahuan dan harus mulai dari mana, akhirnya saya putuskan memulai dengan data terbatas dengan harapan bisa direkonstruksi menjadi sesuatu yang berharga.
Sempat dua bulan tergeletak tak berdaya, akhirnya saya coba paksakan memulai menulis dan menyusun bahan tulisan yang ada di tengah situasi mencekam akibat merebaknya wabah pandemik Covid-19, hingga merubah drastis segala bentuk prilaku keseharian semua orang demi memutus mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut.
Hikmah terbesar dari Covid-19, saya bisa stay di rumah dan punya banyak waktu menulis dan baca buku. Berharap 3-4 bulan ke depan, usaha ini bisa terwujud dan bisa dinikmati oleh sesiapa yang ingin mengetahui sisi lain sejarah peradaban dan tradisi keilmuan hingga bukti-bukti penting khazanah intelektual para masyayih Pondok Tremas.
Mohon doa restu.
No responses yet