Dari terminal bus Konya, kemudian aku diajak dua teman Indonesia itu menuju rumah Yanuar Agung untuk istirahat dan sarapan. “Sebaiknya kita berangkat ke jam 15.00.”, Yanuar mengusulkan. “Kita istirahat dulu di rumah kiyai”, katanya. Pilihan waktu ini mempertimbangkan agar tidak terlalu panas dan aku sudah cukup istirahat. Aku setuju saja. Perjalanan dari Istanbul ke Konya, meski sempat lelap di atas bus malam yang nyaman, tetap saja menyisakan lelah dan kurang tidur cukup. Aku memang memerlukan istirahat agar tetap sehat dan fresh. “Menuju ke Maulana membutuhkan waktu kira-kira 30 menit dari sini”, kata Hari menimpali. Usai makan siang kebab Turki yang praktis dan enak bin lezat, aku dan Hari berangkat lebih dulu. Jam sudah menunjukkan angka 15. 30. Sementara Agung akan menyusul kemudian, karena masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Kami berdua berangkat dengan kendaraan elf, kendaraan yang sama bila aku pergi dari rumah ke kota Cirebon. Di sepanjang jalan raya menuju kubah Biru tempat istirah Maulana tampak sekali taman-taman yang rapi dan bersih. “Bila musim semi tiba, taman-taman ini akan penuh dengan bunga warna-warni. Pemandangan jadi indah. Keadaan seperti ini tidak hanya di Konya, tetapi juga di taman-taman di Istanbul. Inilah kebijakan pemerintah Erdogan”, cerita Hari, tentang menanam bunga di mana-mana. Aku meligat bangunan-bangunan apartemen bertingkat lima, tempat tinggal warga Konya. Antara satu apartemen dengan apartemen lain dipisahkan oleh taman-taman dengan pepohonan yang hijau dan jalan yang lebar. Pemandangan ini juga aku lihat dari balkon rumah Agung. Apartemen-apartemen itu seakan-akan berada di tengah belantara pepohonan yang hijau.
Di sepanjang jalan aku tak melihat ada rumah-rumah kumuh dan tidak juga PKL-PKL. Jalanan di seluruh kota Konya tertata, mulus, tanpa lobang-lobang dan tanpa kemacetan. Sesekali aku membaca petunjuk jalan ke arah Mavlana atau Maulana. Bus kecil yang kami tumpangi kemudian melewati sebuah bukit. Di sana terlihat bangunan kuno yang megah, dilingkari oleh tembok tebal, sebuah benteng. “Itu istana kesultanan Seljuk. Orang menyebut bukit itu : Bukit Aladin (‘Alauddin). Di sana juga ada masjid besar, dibangun abad 13 M. Kita nanti juga ke sana”, kata Hari.
Kami turun di pertigaan jalan. Suasana semerbak aroma wangi Maulana mulai terasa. Mataku mengelilingi ruang-ruang sekitar. Di sana ada toko-toko penjual souvenir Konya, kafe-kafe, penginapan-penginapan dan hotel-hotel sederhana. Setelah berjalan beberapa langkah, kami tiba di depan sebuah latar camii Salimiye. Aku mengira ini adalah masjid Maulana. Aku begitu senang. Tetapi aku salah duga. Ia bukan. Masjid Selimiye (Turki: Selimiye Camii, Arab: Jami` Salimiyyah) adalah sebuah masjid peninggalan Ottoman di kota Edirne Turki. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Selim II dan dibangun oleh arsitek Mimar Sinan antara tahun 1568 sampai 1574.
Di depannya terdapat pelataran luas. “Bila musim Rumi tiba, latar ini penuh peziarah yang datang dari segala penjuru dunia. Muslim dan non muslim. Di tempat ini pula “Whirling Dervish” (tarian berputar) yang indah dan bersuasana mistis digelar. Konon, di sini juga acap digelar pesta seni dari berbagai penjuru dunia. Dari Indonesia, pernah dihadirkan “tari Saman” dari Aceh”. Cerita hari.
Aku masuk untuk salat tahiyyah masjid. Sesudah itu aku diajak berjalan lagi menuju arah pintu masuk “Muzesi (museum) Maulana”. Aku terpana. “Oh”, aku bergumam. Hatiku melonjak gembira. Dadaku berdebar-debar. Bagai akan bertemu kekasih. “Aku akan bertemu kekasih yang lama kurindukan”, bisik hatiku.
Tiba-tiba melintar sebuah bayangan. Tahun 2007 aku menghadiri Peringatan 800 tahun kelahiran filsuf dan pujangga, Maulana Jalaluddin Rumi digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Kamis (30/8) malam. Ini adalah Haul Maulana yang diselenggarakan oleh Lembaga pendidikan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO menetapkan tahun 2007 sebagai “Tahun Rumi”. Aku menceritakan ke teman-teman peristiwa ini dan aku katakan mungkin belum ada tokoh muslim yang dihauli selain Maulana Jalaluddin Rumi ini.
Bersambung
25.08.2021
HM
No responses yet