Tangerang Selatan, jaringansantri.com – Islam Nusantara secara manhaj dapat diterapkan dimanapun di luar Indonesia. Khususnya di negeri yang masyarakatnya heterogen dari segi budaya dan agama.
Hal inilah yang dilakukan oleh Faried F. Saenong yang saat ini tinggal di New Zealand. Saat mengisi kajian di Islam Nusantara Center, ia menjelaskan bagaimana dakwah itu harus dilakukan secara halus dan hati-hati.
Ia mulai dengan pemahaman bahwa Islam tidak bertentangan dengan budaya setempat. “Menjadi muslim sejati secara bersamaan kita bisa menjadi orang New Zealand yang baik,” katanya. (10/11).
“Menjadi muslim tidak harus berbau arab. Silahkan dengan budaya new Zealand. Melakukan ibadah dengan pakaian biasa. Tidak harus pakaian gamis, misalnya,” tambah Dosen dan Peneliti di Universitas Victoria Wellington ini.
Dakwah seperti ini akan sangat mudah jika didukung masyarakatnya yang terbuka dan budaya yang beragam.”Bagi orang New Zealand Islam atau Muslim adalah Asia, bukan arab. Sebagaimana data yang sudah saya tampilkan tadi,” tandasnya.
Ia mengaku, disambut baik ketika menyampaikan ide membangun masjid dengan bangunan mirip Marae, tempat suci orang Maori (salah satu suku di New Zealand).
Semua budaya di New Zeland itu diakui. Diperbolehkan untuk diekspresikan di ruang publik. “Ini yang menjadi modal kuat bagi dakwah Islam moderat,” ujar pengurus PCINU Australia-New Zealand ini.
“Ini yang saya sebut sebagai manhajiah Islam Nusantara. Outputnya tidak harus NU, tapi Islam moderat, Islam rahmatan rahmatan lil alamin,” pungkasnya.
Dalam kajian yang mengangkat tema “Disigning Kiwi Islam : Islam Nusantara Going Global” ini penulis buku Masterpiece Islam Nusantara, Zainul Milal Bizawie menambahkan bahwa ada perbedaan konteks “Islam Nusantara”.
Gus Milal mengatakan “konteks Islam Nusatara di sini (Indonesia), konteksnya adalah menjaga. Sementara di New Zealand bagaimana kita diterima, Islam diterima di New Zealand dengan baik.”
Sebagaimana dakwah Islam awal oleh Wali Songo. “Yang dilakukan oleh mas Faried itu sangat bagus. Bagaimana kita mencitrakan Islam yang tidak anti budaya,” tutupnya. (Zainul Wafa).
One response