Pepatah Arab mengatakan; “Buliz zamzama takun ma’rufan“, yang artinya Kencingilah Sumur Air Zamzam itu, maka orang akan heboh dan kamu pasti terkenal.

Sama halnya, sewaktu masih kecil ada kakak Senior yang mengajari; “Bila kamu ingin cepat terkenal secara instant, maka bakarlah masjid”.

Air Zamzam dan Masjid adalah dua ‘benda’ yang sakral dan suci, dalam dada umat Islam. Sehingga siapapun orangnya yang memain-mainkannya dan merendahkannya dengan perbuatan-perbuatan yang menusuk hati, berarti ia sedang mengguncang-guncang dada umat Islam. Sehingga, pastilah ia akan mendapatkan perhatian dari seluruh mata-mata, hati-hati, dan pikiran-pikiran umat Islam. Tentunya, ia pun jadi populer namanya.

Di Indonesia tidak ada Sumur Zamzam, yang ada hanya Masjid. Sehingga, mindset yang terbangun adalah; Kamu ingin meraih perhatian dan populer umat Islam; Entah itu ingin mempopulerkan suatu isu tertentu, Entah pula ingin melakukan self-branding dan marketing diri, Entah juga ingin membuat isu menjatuhkan pihak lain, Bahkan ingin mempopulerkan isu politik praktis sekalipun, Maka ‘main-mainkanlah; itu di Masjid.

Lalu, apakah itu tidak berarti menghina dan menista masjid? Santai sajalah, itu kan soal tafsir dan sudut pandang. Tinggal comotin satu dua ayat dan hadis, kita bisa bilang sedang dzikir dan mengaji di rumah Allah, masjid. Kira-kira bgitu, cara berkelitnya.

Atau, bisa juga menyetir ayat dan hadis tentang Jihad yang menunjukkan bhwa Keberadaan kita di Masjid ini adalah sedang beraktifitas Jihad untuk membela Islam dan Umat Islam. Ditambah dengan mimik dan dramatisasi vokal, serta ada sosok terkenal yang dipajang di depan, tentu lebih meyakinkan. Maka, apapun yang dimainkan di Masjid akan tampak halalan thayyiban.

Khususnya, beberapa tahun belakangan di tahun-tahun politik. Para bos-bos pemodal-pendonatur dan politisi serta para penggila kekuasaan sedang butuh; pengakuan, legitimasi, butuh mengatasnamakan umat Islam, dan tentunya butuh suaranya juga. Masjid bisa menjadi opsi strategis untuk bisa dimasuki politik praktis.

Lalu, bagaimana dengan umat Islam pemilik masjid yang secara politik praktis punya pilihan yang beda-beda? Apa tidak khawatir terjadi polarisasi dan saling mengekspresikan emosi-kemarahan di Masjid? Kan kasihan Masjidnya? Boddooh amat….. toh cuma bangunan begitu doang, kira2 begitu jawabnya dengan mudah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya Yang memakmurkan (menghormati kemuliaan) masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir (Kiamat), serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. At-Taubah: 18).

Dalam Usul Fiqih, diantara metode memahami Al-Qur’an secara benar adalah mafhum mukhalafah, atau disebut pula Dalilul Khitab. Pengertian sederhananya:

ما كان المسكوت عنه مخالفا للمنطوق به

Suatu (makna/hukum) yang tidak disebut (yang tersirat/dipaham dari lafaz nash) berbeda dengan (hukum/makna literal) yang disebut lafaz nash.

Ringkasnya adalah pemahaman terbalik. Misalnya, ‘jangan berkata hus/ah terhadap orang tua’, ini Artinya, berkatalah yang sopan terhadap orang tua. ‘Jangan berlebih-lebihan’, artinya ambil dan gunakan secukupnya saja. Dan seterusnya.

Bila metode ini dipakai untuk memahami Surat At Taubah ayat 18 tentg masjid di atas, maka hasilnya:

TEKS TERSURAT;
Sesungguhnya Yang memakmurkan (MENGHORMATI kemuliaan) Masjid Allah:

  1. hanyalah orang-orang yang BERIMAN kepada Allah dan hari akhir (Kiamat).
  2. serta (tetap) MELAKSANAKAN shalat, MENUNAIKAN zakat.
  3. dan tidak TAKUT (kepada apa pun) kecuali kepada Allah.

Setelah dimafhum-mukhalafahkan, Maka TEKS TERSIRATNYA menjadi;

Sesungguhnya Yang MENISTA dan MENGHINAKAN Masjid Allah:

  1. hanyalah orang-orang yang INGKAR kepada Allah dan hari akhir (Kiamat).
  2. serta (tetap) melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat, TETAPI HANYA SIMBOL, kering makna dan spirit.
  3. dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah, INI HANYA LIPS SERVISE, alias basa-basi mulut. Karena realitanya, ia menjadikan KEKUATAN selain Allah sebagai Tandingan bagi Allah, atau KEKUATAN lain itu lebih ditakuti olehnya.

Jadi pemahaman TERSIRATnya adalah; hanya orang-orang dengan karakter-karakter tersebut itulah yang memang berani main-main di masjid, yang kemudian perilakunya itu mengotori kesucian masjid, bahkan menista masjid Allah.

Semoga Allah ta’ala menguatkan hati dan pikiran kita semua untuk menggenggam hidayah-Nya dengan memuliakan Masjid-Nya, sbgaimna Rasul-Nya Muhammad shallallahu alaihi wasallam memuliakan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *