Di rumah, setiap kali saya menyalakan kran wastafel atau shower untuk pertamakalinya, yang keluar selalu air dengan bau tidak sedap. Tetapi, aroma tak sedap itu hanya beberapa saat saja. Selanjutnya, air mengalir lancar dengan tidak menimbulkan bau sama sekali.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa sederhana, yang sering kita alami tersebut?
Ya, ternyata air yang tertahan di kran, yang jarang kita gunakan akan menimbulkan bau tak sedap. Dan semakin lama mengendap, akan semakin menimbulkan bau tidak sedap. Tetapi begitu kran dibuka, air di alirkan, maka bau tak sedap itu berangsur-angsur hilang dan akhirnya hilang sama sekali alias normal.
Begitulah ilustrasi sederhana yang dapat kita terapkan juga pada rezeki kita. Jika rezeki yang kita miliki dibiarkan menumpuk dan mengendap di rumah kita, tidak kita alirkan kepada yang lain, maka rezeki itu, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah.
Zakat yang tidak ditunaikan, sedekah yang tidak dikeluarkan, infaq yang tidak diberikan akan menjadi sumber bencana dalam diri kita. Karena, pada hakekatnya zakat, infaq dan sedekah adalah hak-hak orang lain yang Allah titipkan kepada kita.
Ketika kita menahan hak-hak mereka, maka bersiap-siaplah jika pada suatu saat yang tidak pernah kita duga, harta tersebut akan diambil oleh Allah dengan cara-Nya, yang mungkin jumlah nominalnya jauh lebih besar dari jumlah zakat yang harus kita keluarkan.
Harta yang tidak dizakati, tidak disedekahkan dan tidak diinfaqkan, alih-alih menambah pundi-pundi kekayaan kita, justru akan memempersurut kekayaan kita, bahkan bisa jadi akan menghilangkan kekayaan kita.
Banyak hal yang mungkin terjadi menimpa diri kita akibat keengganan kita untuk menuanikan zakat, infaq dan sedekah. Bisa melalui penyakit yang kita derita sehingga menguras isi tabungan kita untuk berobat, bisa dengan musibah kebakaran sehingga aset kita habis terbakar, bisa dengan penipuan yang dilakukan rekan bisnis kita, dan masih banyak jalan yang mungkin terjadi menimpa kita, ketika kita enggan memenuhi perintah Allah berupa membayar zakat, memberi sedekah dan infaq kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan membutuhkannya.
Intinya, jika kran rezeki yang kita miliki ditutup rapat-rapat, siap-siap saja dengan ‘bau busuk’ harta kita.
Jamil Azzaini, dalam bukunya ‘Makelar Rezeki’ menegaskan bahwa di antara kunci kebahagiaan adalah menjadi makelar rezeki, artinya menyalurkan rezeki kepada orang lain yang membutuhkan.
Senada dengan Jamil, saya menyebutnya dengan istilah kran rezeki. Kran rezeki yang saya maksud adalah setiap rezeki yang kita terima selalu siap kita alirkan kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan demikian, rezeki yang kita miliki tidak pernah minimbulkan ‘bau tak sedap’, karena terus mengalir.
Ketika kita istikamah menjadi kran rezeki bagi orang lain, maka yakinlah, Allah pasti akan menambah jumlah ‘kran rezeki’ bagi kita, yang juga siap kita alirkan kepada orang-orang dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih besar lagi.
Rasulullah Saw. bersabda, “Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim) Dalam kalimat lain Rasulullah Saw juga pernah menyampaikan, “Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu.” (HR. Bukhari)
Ada banyak macam cara menjadi kran rezeki yang bisa kita lakukan, misalnya; menyantuni fakir miskin, memberi makan anak yatim, membiayai pendidikan anak-anak yang tidak mampu, membiayai pengobatan orang yang kekurangan, dan masih banyak lagi macam kebaikan lainnya yang dapat kita lakukan sebagai upaya kita menjadi kran rezeki.
Yakinlah, dengan menjadi kran rezeki bagi orang lain, maka Allah akan menambah lebih banyak lagi jumlah kran rezeki untuk kita. Sehingga kita benar-benar dapat menjadi orang yang memberi manfaat bagi orang banyak. Dan inilah tipe manusia terbaik menurut Rasulullah Saw.
* Ruang Inspirasi, Kamis, 15 Oktober 2020.
No responses yet