Hakekatnya, dunia ini adalah panggung besar kehidupan. Dalam setiap episode kehidupan selalu diwarnai dengan aneka peran dan peristiwa yang datang silih berganti. Manusia, sebagai salah satu pemain harus melakoni perannya sesuai dengan script yang telah diatur oleh Sang Maha Sutradara, yakni Allah Swt. Peran yang dimainkan setiap manusia dalam lakon kehidupan ini tidak akan berlangsung lama. Pun peristiwa yang menyertainya, hanya sesaat kemudian diganti oleh pemeran lain dengan peristiwa yang berbeda pula.

Saya mengibaratkan kehidupan di dunia ini layaknya sebuah pementasan akbar di atas panggung yang sangat besar. Lazimnya sebuah pementasan, tentu ada unsur-unsur yang menyertainya. Di antara unsur-unsur pokok yang menyertai antara lain; sutradara, pemain dan script (skenario).

Dalam kehidupan ini, sebagai sutradara atau pengatur alur cerita kehidupan adalah Allah Swt. Sebagai pemeran utama adalah manusia. Dan acuan dalam melakoni perannya, atau scriptnya adalah kitab suci atau ajaran agama.

Seorang pemain harus melakoni perannya sesuai script, karena kalau tidak, tentu akan mendapat teguran dari sang sutradara. Demikian halnya, manusia ketika menjalani kehidupan di dunia ini harus taat dan patuh pada aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah dalam kitab suci-Nya, atau yang telah diajarkan oleh rasul-Nya. Kalau dia melenceng dari aturan-aturan yang telah Allah tetapkan, maka Allah tidak segan-segan akan menegurnya dengan berbagai cara.

Salah satu bentuk teguran Allah kepada manusia, karena menjalani perannya tidak sesuai dengan sekenario Allah adalah diberikannya ujian hidup dengan berbagai bentuknya. “Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang paling baik amalnya”. (Q.S. Al-Mulk: 2)

Bentuk ujian hidup bermacam-macam. Bisa berupa penyakit, kematian, kecelakaan, bencana alam, kesulitan ekonomi, kesulitan mendapat jodoh, kegagalan berumah tangga, susah mendapat keturunan, dan masih banyak macam ujian lainnya yang diberikan Allah kepada umat manusia.

Sesuai pernyataan ayat di atas, sesungguhnya segala macam ujian yang ditimpakan kepada manusia, hakekatnya adalah untuk mengetahui sejauh mana keimanan serta ketakwaan mereka kepada Allah Swt. Apakah dengan hadirnya ujian dan cobaan akan lebih mendekatkan manusia dengan Allah? Ataukah justru sebaliknya, datangnya ujian dan cobaan justru semakin menjauhkan manusia dari-Nya?

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang-orang yang ketika ditimpa musibah serta ujian dari Allah, terus menerus mengeluh, mengutuk keadaan, meratap penuh kesedihan, bahkan tidak jarang ‘menggugat’ keadilan Allah. Mereka seolah tidak menerima keputusan Allah. Mereka adalah orang-orang yang selalu melihat segala sesuatu dengan pandangan negatif. Ibaratnya, mereka selalu su’uzhan, berburuk sangka kepada Allah. Mereka tidak pernah menyadari bahwa dalam setiap ujian dan cobaan yang mereka alami, ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Ada rencana Allah yang jauh lebih baik dari yang mereka sangkakan. Mereka inilah yang selalu jauh dari pertolongan Allah. Mereka telah memainkan perannya dengan sangat buruk, sehingga Sang Sutradara sangat kecewa dan pada gilirannya akan memberi nilai rendah berupa dosa yang akan menyengsarakannya.

Di samping mereka yang selalu mengeluh ketika mendapat ujian dari Allah, kita juga sering mendapati orang-orang yang begitu sabar dan ikhlas menerima segala keputusan Allah. Ada orang yang menderita sakit bertahun-tahun, tetapi kondisinya tidak menghalangi ketaatannya untuk terus beribadah kepada Allah, justru semakin menambah kedekatannya kepada Sang Khaliq. Ada pasangan suami istri yang sudah menikah lebih dari sepuluh tahun dan belum dikaruniai keturunan, alih-alih memicu perselisihan, justru semakin merekatkan hubungan satu sama lain. Keharmonisan rumah tangganya tidak tergoyahkan oleh ketidakhadiran seorang anak. Justru mereka semakin giat dan rajin memohon kepada Allah dengan memperbanyak ibadah; qiyamul lail, puasa sunnah, sedekah dan amal ibadah lainnya. Mereka ini yang selalu melihat sisi positif dari ketetapan Allah. Mereka selalu ber-husnudzdzhon, berbaik sangka kepada Allah. Mereka yakin sepenuh hati bahwa segala keputusan dan takdir Allah adalah yang terbaik buat para hamba-Nya. Mereka inilah yang akan selalu ditolong Allah. Mereka telah memainkan perannya dengan sangat baik, sehingga Sang Sutradara pun akan sangat bangga dan pada gilirannya nanti mereka akan diganjar dengan nilai tinggi berupa pahala yang besar di sisi Allah Swt, yakni surga.

So, jadilah pemeran utama yang baik, sehingga Sang Sutradara akan memberikan reward yang luar biasa!

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *