Sosok Pertama adalah Almaghfurlahu al-Muqri’ KH. Nawawi Abdul Aziz, Menantu KH. Munawwir bin Abdullah Rosyad Pendiri Pondok Pesantren An-Nawawi, Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon Bantul, Jogjakarta. Tokoh kedua adalah Almaghfurlahu al-Muqri’ KH. Maftuh Bastul Birri, Pendiri Pondok Pesantren Murottilil Kodran, Semen, Kediri, Jawa Timur dan Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ) Lirboyo Kota Kediri.

Keduanya ulama ini berasal dari Kutoarjo, sebuah kota kecil di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Beliau masih terhitung saudara dan terjalin hubungan erat sebagai guru dan murid. Dua tokoh yang patut menjadi panutan kita di akhir zaman ini.

Dikisahkan bahwa KH. Maftuh Bastul Birri rela pulang pergi Kediri – Jogjakarta untuk menyetorkan Qiro’at Sab’ah kepada gurunya tersebut. Hal ini dilakukannya karena beliau sudah menjadi menantu Almaghfurlahu KH. Marzuqi Dahlan, Lirboyo, Kediri dan merintis MMQ. Sebelumnya Kyai Maftuh sempat menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Jogjakarta dibawah asuhan KH. Ahmad Munawwir.

KH. Nawawi Abdul Aziz menyelesaikan setoran hafalan riwayat Hafs kepada KHR. Abdul Qodir Munawwir yang kelak akan menjodohkan dengan adik kandung beda ibu yakni Nyai Hj. Walidah Munawwir yang bersaudara kandung dengan KH. Ahmad Munawwir. Setelah menikah Kyai Nawawi harus berpisah dengan istri tercintanya karena harus melanjutkan studi kepada KH. Arwani Amin yang merupakan santri kesayangan almarhum mertuanya di Kudus

Berkat kegigihan serta doa tulus, KH. Nawawi Abdul Aziz kemudian berhasil menyelesaikan hafalan Qiro’at Sab’ah kepada KH. Arwani Amin Kudus, Penulis Faidhul Barokat fi Sab’i Al-Qiro’at. Hal ini dibuktikan dengan catatan tulisan tangan beliau yang pernah ditunjukkan langsung oleh KH. Muslim Nawawi Rabu, 25 Shofar 1375 H sekitar 11 Oktober 1955 saat sowan ke Pondok Pesantren An-Nur yang didirikan pada 1964.

Selain Hafidz Al-Qur’an, beliau juga seorang Khottot (Ahli Menulis Huruf Arab). Menurut pengakuan juniornya saat belajar di Kudus, KH. Sya’roni Ahmadi (kelak menjadi mertua KH. Ulil Albab Arwani Amin) bahwa saat mondok di Kudus Kyai Nawawi diminta oleh Penerbit Menara Kudus untuk menyalin Tafsir al-Ibriz, Tafsir Al-Qur’an berbahasa jawa karya KH. Bisri Mustofa (Ayahanda KH. Mustofa Bisri).

Kisah Kyai Arwani Amin dan KH. Nawawi Abdul Aziz telah kami abadikan di catatan kami sebelumnya dalam Catatan Ngaji Kyai Nawawi Ngrukem (Kisah Hikmah KH. Nawawi Abdul Aziz bersama KH. Arwani Amin)

Baca : Kisah Hikmah Kyai Nawawi Ngrukem Saat Nyantri Ke Kyai Arwani Amin

KH Maftuh Bastul Birri sendiri dalam Autobiorafinya juga mengatakan pernah tabarukan kepada Kyai Arwani yang menjadi mursyid Thariqah Naqsabandiyyah Kholidiyyah ini. Bahkan gurunya tersebut ikut mentashih Kitab Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdz al-Qur’ân ini, karyanya yang berbahasa jawa.

Setelah sekian lama berkhidmat untuk umat bangsa dan negara, keduanya berpulang ke Rahmatullah, KH. Nawawi Abdul Aziz pada 24 Desember 2014 di Jogjakarta pada usia 92 tahun (hijriyah) dan muridnya menyusul untuk bertemu ke hadirat Rasulullah SAW. KH. Maftuh Bastul Birri wafat di Kediri pada 4 Desember 2019 di usia 73 tahun (hijriyah).

Kedua Ulama Ahlu Al-Qur’an memang telah kembali ke Hadirat-Nya. Namun jariyah ilmunya tetap abadi sampai saat ini hingga Insya Allah hari akhir nanti. Semoga amal baiknya diterima disisi Allah SWT, mengambil hikmah dari perjuangan hidup mereka serta mampu melanjutkan estafet dakwahnya dalam membumikan kalam Illahi di bumi pertiwi.

Kutoarjo, 12 Juni 2020

*Profil Singkat KH. Nawawi Abdul Aziz
https://bangkitmedia.com/kh-nawawi-abdul-aziz-1925-2015-ra…/

*Profil Singkat Kyai Maftuh Bastul Birri
http://www.almunawwir.com/4185-2/

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *