Anbiya’ atau para Nabi dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW itu hanya punya satu misi yaitu membumikan tauhid. Dari awal sampai wafat, para Nabi ajarannya ya itu saja, gak berubah, gak kurang dan gak lebih. Bagai sebuah rantai, ajaran para anbiya itu sambung menyambung dan sama semuanya secara aqidah.

Makanya, Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir itu nanti akan jadi saksi di depan Gusti Allah bahwa para nabi terdahulu itu telah melaksanakan tugasnya dalam membumikan tauhid. Artinya, bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW menyaksikan sendiri dan memahami sendiri bahwa risalah yang dibawa para Nabi itu sama persis, tidak berubah. Kanjeng Nabi Muhammad hanya sebagai penerus dan pewaris ajaran nabi terdahulu.

Salah satu warisan ajaran nabi terdahulu itu adalah haji ke baitullah. Konon sejak Nabi Adam pun sudah ada yang namanya haji tiap tahun. Lalu dilanjutkan Nabi Ibrahim, hingga Nabi Muhammad SAW. Nah, dengan haji ini, kita meniru langkah para Nabi sekaligus menunjukkan ketersambungan ruhani dengan para Nabi.

Sehingga, hikmah adanya haji itu adalah napak tilas sekaligus meneruskan jejak dan langkah para Nabi dalam usahanya membumikan tauhid. Seakan melalui haji ini, umat Islam dibaiat bahwa dirinya bersumpah untuk terus memegang teguh Millah Nabi Ibrahim as. Makanya haji ini sangat penting dan diwajibkan, bahkan yang belum mampu, wajib punya niat untuk bisa berangkat haji. Ini juga jadi hikmah tentang pentingnya sanad keilmuan dalam agama. Nabi Muhammad saja ajarannya bersanad hingga Nabi Adam kok, kalo belajar agama kok gak punya sanad ya bid’ah namanya.

Haji ini sekaligus jadi pembeda dengan umat agama samawi lain. Umat Yahudi dan Umat Nasrani yang mengaku punya hubungan sanad dengan Nabi Ibrahim, nyatanya tidak punya bukti bahwa ajarannya sekarang mengikuti ajaran Nabi Ibrahim. Makanya, gak ada ceritanya Paus dipanggil Bang Haji.

Sedikit berpromosi, dalam Ratibul Haddad yang dikeluarkan Sarkub, di bagian tawassul, ada doa agar kita bisa berhaji ke Baitullah dan ziarah ke makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Maka, kalo bisa Ratibul Haddad tersebut dibaca minimal sekali sehari. Semoga dicatat jadi niat dan amal kita berhaji. Aamiin.

Mugi manfaat.

#AyoNyarkub #ArbainFiUshuliddin #ImamGhozali

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *