Pernah gak kita bertanya-tanya, kenapa kucing itu bernama “kucing”, kenapa air itu bernama “air”, kenapa udara itu bernama “udara”? Kenapa kok gak diistilahkan yg lain? Darimana istilah itu? Padahal kucing gak pernah minta dinamai kucing, air gak pernah minta dinamai air, udara gak minta disebut udara. 

Ternyata itu semua cuma istilah buatan manusia atas apa yang telah diciptakan Gusti Allah untuk mempermudah komunikasi sesama manusia. Sedangkan semua ciptaan Gusti Allah sendiri asalnya tidak punya nama, tidak berbahasa, tidak punya istilah, tidak berupa huruf, namun bisa kita rasakan dalam hati walau tidak berupa sesuatu yang bisa kita pahami wujudnya pada asalnya. Seperti pas kita kecil sebelum tau apa-apa, kalo kita rasakan desirnya udara di kulit kita, kita merasa ada sesuatu yg mengenai kita, tapi kita gak paham lha wong udara gak ada wujud fisiknya. Setelah kita bertanya dan sekolah, baru kita tau bahwa itu disepakati antar manusia namanya udara.

Semua ciptaan Gusti Allah ini dinamakan ayat kauniyah, yang menjadi tanda adanya Gusti Allah. Ayat kauniyah ini ada karena Gusti Allah punya sifat Kalam. Sifat Kalam Gusti Allah sendiri bersifat Qodim, tidak rusak, bukan ciptaan, sehingga tidak berbahasa, tidak berhuruf, tidak berupa suara, tidak berupa satu bentuk apapun. Lha wong namanya sifat, pasti tidak berbentuk fisik tapi bisa kita pahami dengan hati. Dan sifat itu melekat pada Gusti Allah yang tidak bertempat, tidak berarah dan tidak relevan waktu bagi-Nya. Sehingga sifat Kalam Gusti Allah ini pasti tidak berupa suara, bahasa, huruf atau istilah tertentu yang putus nyambung. Kalam Gusti Allah pasti kekal, qodim, tidak berawal dan tidak berakhir.

Seperti dawuh Imam Hanafi dalam Al Fiqhul Akbar

يتكلم لا ككلامنا، نحن نتكلم بالآلات والحروف والله تعالى يتكلم بلا حروف ولا ءالة

“Gusti Allah mempunyai sifat Kalam yang tidak menyerupai pembicaraan kita. Kita berbicara menggunakan alat-alat pembicaraan dan huruf-huruf, sedangkan Kalam Gusti Allah bukan huruf-huruf dan tanpa alat-alat pembicaraan”

Maka ketika Gusti Allah menghendaki sesuatu ada, sesuatu itu langsung ada tanpa ada perantara apapun. Sedangkan dalam ayat “Kun fayakun”, maka hal itu istilah yang diciptakan Gusti Allah untuk mendekatkan pemahaman kita.

Maka dari itu, Imam Ghozali dawuh dalam muqoddimah Bab Kalam ini

“Gusti Allah punya kehendak untuk memerintah dan melarang, berkehendak dengan sifat Kalam Azali dan Qodim, berdiri dengan Dzat-Nya sendiri, tidak sama dengan pembicaraan makhluk, seperti halnya tidak sama Dzat-Nya dengan wujud makhluk. Sehingga Kalam itu tidak berupa suara yang muncul dari pita suara yang bisa berhenti, bukan berupa huruf-huruf yang terputus-putus antara satu dengan yang lain dan juga bukan sesuatu yang dihasilkan dari gerakan bibir”

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *