Isu Ibadah Haji dan PPN Sembako
Akhir-akhir ini, ada sebagian orang yang tidak puas akan cara kerja pemerintah, akan tetapi kepuasannya mereka itu, tidak sesuai dengan realita dilapangan, malah ada orang tersebut ingin membawa masyrakat untuk benci terhadap kepala Negaranya sendiri. Diantaranya adalah dengan memmbuat isu-isu muslihat diantaranya adalah isu ibadah Haji dan isu PPN Sembako.
Jacques Derrinda Teori Dekontruksi
Untuk memahami itu semua, tentunya kita harus memahami isi dari perkataan orang tersebut. Dengan menggunakan Teori Dekontruksi Jacques Derrinda, ini akan membongkar pemaknaan teks yang baku, karena ini sangat berbahaya karena cendrung digunakan untuk membangun makna tunggal. Akibatnya menutup diri hanya pada pemaknaan komunitas saja. Contohnya isu haji dan isu PPN sembako ini sangat gencar di ramaikan oleh sebagian orang atau komunitas tertentu. Dengan adanya isu tersebut mungkin saja ia ingin menampilkan sebagai orang yang mampu melampui dirinya agar bisa membentuk sendiri sejarahnya.
Dengan adanya Dekonstruksi dapa terjadinya perubahan persepsi politik maupun budaya karena mengajak untuk mengktirisi gagasan-gagasan yang sudah dianggap semestinya. Sehingga, akan tercipta mengubah cara pandang seseorang atau pembacara , sehingga teks membantu membentuk platfrom dalam politik, tradisi dan pesan.
Sehingga kita tidak langsung percaya terhadap teks atau isu mengenai ibadah haji dan PPN Sembako, karena aspirasi utama dekontruksi adalah kebebasan, bebas untuk menolak, dekontruksi datang untuk mengusik sehingga membuat resah, mengusik apa yang telah disahkan oleh tradisi dan dijaga oleh sejarah.
Maka strategi yang dipilih, ialah menelusuri asal usul konsep yang terstruktur, karena terstruktur konsep itu dianggap setia dan seakan-akan satu-satunya pembawa pesan teks yang paling benar. Penelusuran itu harus membantu untuk bisa melihat apa yang telah disembunyikan oleh sejarah atau yang dilarangnya dengan menyusun kembali sejarah melalui unsur-unsur yang ditindas.
Dominasi Muslihat
Berlangsung dekontruksi hanya mungkin bila pembaca tidak percaya begitu saja pada kepenuhan makna teks, bila curiga terhadap makna teks yang tunggal, dengan kata lain pembaca harus mampu mengambil jarak kritis agar teks bisa terbaca lebih jelas, Dekontruksi bukan kritik, bukan pula kritik terhadap kritik karena dekonstruksi tidak melampui teks yang di bahas, tidak pula keluar menjorok melebih teks, ia merupakan pemikiran dari dalam. mungkin saja mereka lagi sedang enak-enaknya melakukan kegiatan dominasi penuh muslihat, kenapa saya bilang seperti itu, karena mereka berdua sudah melakukan sebuah paham politik untuk melakukan penaklukan atau penguasaan dalam hal ini bisa terjadi melalui eksploitasi terhadap agama, ideologi, kebudayaan dan wilayah, dengan maksud agar mendapatkan keuntungan (dominasi).
Apabila dominasi beroperasi melalui agama, maka korban biasanya adalah orang awam, yang nantinya akan menimbulkan rasa bersalah bila tidak mematuhinya, sehingga lambat laun kejadian ini, akan berlanjut menjadi motivasi pribadi. Kalau kejadian ini, sampai terjadi atau dihayati, maka orang awam tersebut tidak secara langsung merasakan, atau secara tidak sadar ia sudah menyetujuinya.
Kehawatiran saya melihat kejadian yang seperti ini, ditakutkannya adalah sebuah dominnasi yang ingin masuk dengan cara menyelinap ke orang atau perseorangan atau kelompok yang bertujuan untuk memberikan motivasi atau aspirasi pribadi.
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah keperihatinan terhadap rekayasa mengenai isu ibadah haji, dan isu PPN Sembako. Sehingga dengan adanya tulisan ini warganet bisa semakin kritis terhadap bujukan, rayuan, gagasan yang seakan membantu, namun sebetulnya memasang perangkap kepatuhan, fanatisme, radikalisme, konsumerisme, atau politik pencitraan.
Empat Kejahatan
Ricoeur membedakan kejahatan menjadi empat jenis, yaitu moral, kriminal, metafisik, dan politik. Kejahatan yang memiliki dampak luas dan jangka panjang adalah kejahatan politik, karena korbannya banyak, meliputi etnis, agama, gender atau lawan politik. Jangka panjangnya adalah akan meninggalkan trauma lama bagi korbannya dan mampu menyembunyikan mekanisme kejahatan yang pada gilirannya bisa berulang dimasa depan.
Dengan kejadian yang seperti ini, tentunya diperlukan ingatan sosial, supaya bisa menagih hutang dimasa lalu yang belum tuntas. Ini bukan berarti ajang untuk balas dendam, tetapi menghidupkan ingatan sosial untuk membangun bersama proyek perdamaian. Sehingga dengan kejadian yang seperti ini tentunya bukan untuk mengulangi kekeliruan masa lalu yang tragis, lebih jauh itu, tentunya dengan ingatan sosial ini mampu untuk membuka kedok kejahatan.
Dalam hal ini Ricoeur mengemukakan adanya eksterioritas kejahatan, artinya kejahatan bukan hanya masalah niat jahat, akan tetapi ada faktor di luar diri manusia yang mengkondisikan untuk berbuat tindak kejahatan.
Maka membongkar kebohongan politik menjadi sangat relevan karena sumber kejahtaan itu bukan hanya masalah niat orang perseorangan atau kelompok, tetapi di usung oleh sistem dan situasi. Sistem adalah buah tindakan manusia yang bisa dipelihara atau di bongkar. Maka pilihan dan keberpihakan dalam sistem tersebut akan menentukan besar kecilnya dampak kejahatan yang akan ditimbulkannya. Membuka partisipasi dengan menjamin ruang public aka terhindar dari model pengambilan keputusan yang diskriminatif.
No responses yet