Suatu pagi mahasiswa Agama-agama di Asia mengerjakan ujian akhir semester di musim panas. Saya memperhatikan keseriusan mereka belajar dan mengerjakan soal-soal.
Saya pun membaca kesan dan tanggapan mereka terhadap mata kuliah ini. Mereka berasal dari berbagai latar belakang keyakinan dan tradisi, termasuk Muslim dan beberapa yang tidak percaya Tuhan.
Salah satu mahasiswa Muslim misalnya menulis, saya merasakan bahwa belajar tentang keyakinan-keyakinan yang berbeda membantu kita lebih terbuka dan memahami orang lain. Memahami pandangan-pandangan yang berbeda sangatlah penting karena setiap orang akan hidup berdampingan tanpa saling menghakimi.
Seorang mahasiswa yang ateis, menulis, tujuan saya belajar agama-agama adalah saya bisa memahami hubungan antara agama-agama dan apa yang saya lakukan dan alami dalam kehidupan. Meskipun saya ateis dan tidak mempercayai satu agamapun, saya berpendapat belajar agama sangatlah penting. Saya lebih memahami sekarang mengapa orang-orang meyakini agama. Sekarang saya lebih bisa memahami mengapa orang-orang melakukan agama mereka, seperti apa adanya.
Seorang mahasiswa yang mengaku tidak religius, setelah belajar mata kuliah ini, menulis kesan: “Saya sekarang menyadari banyak alasan orang belajar agama-agama: untuk mengetahui mengapa berbagai peristiwa terjadi, memenuhi rasa memiliki, dan banyak alasan lain. Setelah belajar Islam, saya tertarik akan belajar lagi tentang Islam, tentang rukun-rukun Islam, tentang zakat, haji, dan lainnya. Saya ingin menerima orang lain seperti apa yang mereka yakini.
Mahasiswi yang lain, memahami bahwa setiap agama yang dipelajari mengajak pengikut-pengikutnya untuk menjadi manusia yang lebih baik, warga yang lebih baik, rohani yang lebih baik (atau justru kebebasan dari siklus kehidupan/ better non souls).
Seorang mahasiswa yang mengakui beragama Hindu, menulis kesannya, saya memahami mengapa Muslim berdosa ketika menyembah selain satu Tuhan Allah, dan mengapa mereka menekankan bahasa Arab terhadap Al-Quran. Saya terpesona dengan ajaran Islam dan ingin belajar lagi lebih dalam.
Seorang mahasiswa yang mengaku Katolik merasa senang belajar ada banyak kesamaan dengan agama-agama lain, termasuk Islam, tentang satu Tuhan, dosa dan pengakuan dosa, hubungan dengan Abraham/Ibrahim, dan memiliki Nabi atau Utusan Tuhan yang serupa dengan Jesus Christ.
Saya sekarang lebih memahami dan menghormati Islam dan para pemeluk Islam.
Itulah beberapa kesan, masih banyak yang lain. Saya senang, haru, membaca kesan dan tanggapan para mahasiswa ini. Mereka ini beberapa puluh mahasiswa dari sekitar 3 ribu mahasiswa/i yang pernah saya asuh dalam banyak mata kuliah yang lain: S1, S2 dan S3, di kampus ini. Terima kasih Ya Allah atas kesempatan dan pengalaman berharga ini.
No responses yet