Categories:

Nanda Afika Fary, Ananta Cayla Permata Hasmy, dan Bunga Erly Audini

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka

Jl. Limau II No.2, RT.3/RW.3, Kramat Pela, Kec. Kby Baru, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130

Email : nafika048@gmail.com, caylaananta3@gmail.com, b.erlya012@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mempelajari Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Kecerdasan Emosional pada anak. Dengan memahami dampak ini, kita dapat membangun lingkungan belajar yang lebih baik dan mendukung perkembangan karakter siswa. Kesimpulan dari artikel tersebut bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki pengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa yang berdampak pada prestasi belajar mereka. Namun, perlu diingat bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mungkin tidak selalu konsisten dan dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain, seperti keadaan internal dan eksternal siswa.

Kata Kunci : Aqidah, Akhlak, dan Kecerdasan Emosional

ABSTRACT

The purpose of writing this article is to study the effect of Aqidah Akhlak Learning on Emotional Intelligence in children. By understanding this impact, we can build a better learning environment that supports students’ character development. The conclusion of the article is that Aqidah Akhlak learning has an influence on students’ emotional intelligence which has an impact on their learning achievement. However, keep in mind that the effect of emotional intelligence on learning achievement may not always be consistent and can be influenced by other things, such as students’ internal and external circumstances.

Keywords: Aqidah, Morals, and Emotional Intelligence

PENDAHULUAN

Setiap individu memiliki berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan emosional, kecerdasan kognitif, dan kecerdasan spiritual. Semua jenis kecerdasan ini berbeda hanya dalam tingkat kecerdasan. Keyakinan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan emosional sangat penting di era saat ini. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, memahami, mengelola, dan memimpin perasaannya sehingga mereka dapat berempati dan menghargai orang lain, dan menggunakannya untuk mengatasi dorongan emosinya dalam kehidupan sehari-hari (Dyanisa, 2008)

Menurut Yusuf (2009) dalam (Yunia et al., 2019) Kecerdasan emosional sangat penting untuk sukses dalam kehidupan sosial, akademik, dan profesional. Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya, mengatasi masalah atau kesulitan dalam melakukan tugas perkembangannya, seperti membentuk identitas dalam dirinya, dan mencapai kemandirian untuk dirinya sendiri. Meskipun kecerdasan emosional sangat penting, tidak semua anak dengan kecerdasan emosional juga memiliki akhlak yang baik. Ini karena beberapa faktor penting dalam mengenali kecerdasan emosional untuk mengendalikan emosi, seperti mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi (pengendalian diri), memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membangun hubungan.

Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan memahami perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, serta kemampuan memotivasi keterampilan diri, merasa nyaman dengan diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang-orang lainnya. Kecerdasan emosional ini adalah persiapan yang paling penting anak-anak atau remaja menghadapi tantangan di masa depan, karena kecerdasan emosional, seseorang akan mampu meraih kesuksesan dalam hidup, menghadapi berbagai tantangan, termasuk tantangan untuk sukses secara akademis. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang tersusun dari berbagai kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi rasa frustasi dan mengendalikan kebutuhan atau dorongan hati yang impulsif, mampu mengatur kebutuhan reaktif, dan tidak melumpuhkan kemampuan berpikir dan memproses. (Novianty, 2016)

Masa anak ialah masa awal kehidupan setiap manusia, pada masa tersebut menjadi dasar perkembangan pada tahap selanjutnya, terjadi masa pertumbuhan yang kompleks, dan waktu yang tepat untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya. Pembentukan akhlak dibentuk sejak dini. Akhlakul karimah ialah kebiasaan berbuat baik secara berulang yang dibentuk secara sadar. Akhlak adalah suatu kondisi jiwa manusia yang berusaha melakukan suatu kebaikan ataupun keburukan. Akhlak mampu menjadi kebiasaan berperilaku bagi seseorang dalam bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan akhlak sejak dini menjadi hal yang utama untuk menghadapi kehidupan di masa depan. (Rantikasari et al., 2023)

Fakta kehidupan saat ini menunjukkan bahwa masih banyak anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Ditambah lagi, karena teknologi berkembang dengan cepat, hal-hal negatif lebih mudah mempengaruhi anak dan membuat mereka semakin rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Banyak anak saat ini melupakan hormat kepada guru dan orangtua mereka dan suka berkelahi dengan orang lain. Akibatnya, kecerdasan emosional sangat berkaitan dengan akhlak dalam hal kemajuan Pendidikan. Begitu pun dengan akhlak, kebanyakan orang tidak menganggapnya sebagai penilaian yang penting dalam kehidupan. Namun, ada baiknya ketika seorang anak berpendidikan tetapi memiliki akhlak yang baik, sehingga membawa dampak positif baik untuk dirinya maupun orang lain. Dengan demikian, faktanya adalah bahwa banyak orang yang berilmu tetapi tidak memiliki akhlak yang baik, yang berdampak buruk pada lingkungannya. Pada dasarnya, akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang sudah ada dalam jiwa seseorang dan menjadi kepribadian seseorang, yang memungkinkan mereka untuk melakukan berbagai macam tindakan secara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat, dan tanpa memikirkan sebelumnya. Karena akhlak merupakan bagian terpenting dari kehidupan, semua orang memiliki akhlak yang sama.  Ada dua jenis akhlak: akhlakul karimah dan akhlak tercela. Jadi, baik atau buruknya seseorang dapat dilihat dari tindakan dan gerak lahiriahnya. (Lestari et al., 2021)

Baik faktor eksternal maupun internal mempengaruhi akhlak setiap individu. Keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah faktor eksternal yang mempengaruhi akhlak seorang anak, dan kecerdasan emosional adalah faktor internal yang mempengaruhi akhlak. Setiap pengalaman yang melibatkan emosi ekstrim akan memiliki dampak yang lebih nyata pada perilaku (akhlak) anak dan perkembangan kepribadian mereka dalam jangka waktu yang lebih lama.

METODE

Untuk metode yang digunakan ialah metode deskriptif digunakan dengan melakukan studi pustaka. Karya kepustakaan ialah objek penelitiannya, yang terdiri dari buku, jurnal ilmiah, artikel media massa, dan data statistika.(Sama et al., 2021)

Penelitian  ini  menggunakan  pendekatan  kualitatif  yang  bersifat  studi pustaka  atau  library  research.  Ruang  lingkup data yang digunakan adalah artikel jurnal penelitian. Sumber pengambilan data berasal dari penelusuran jurnal nasional melalui  website Google Scholar. (Andresta et al., 2023)

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Menurut Syifa Fauziyah, pembelajaran adalah proses di mana peserta didik berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar di lingkungan belajar. Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik memperoleh pengetahuan, menguasai keterampilan tabiat, membangun sikap dan kepercayaan. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar dengan baik. Pembelajaran berisi tentang Aqidah Akhlak dapat membantu siswa memperoleh pemahaman dasar tentang rukun iman, praktik dan kebiasaan islami yang sederhana sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan disimpan sebagai pelajaran untuk masa depan (Syifa Fauziyah, 2016)

  • Kecerdasan Emosional

Perlu diketahui bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri maupun dalam hubungan Anda dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dalam ranah emosional, yaitu kemampuan menangani rasa frustasi, mengendalikan emosi, bersikap optimis, dan membina hubungan atau empati dengan orang lain. Agar individu mampu mengendalikan emosinya, ia harus memahami bahwa setiap tindakan mempunyai dampak bagi dirinya dan orang lain. Orang yang tangguh menghindari perilaku negatif karena mereka mampu mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan dan mengambil keputusan yang baik.

Upaya menerapkan kecerdasan emosional dalam hidup Anda akan berdampak positif pada kesehatan fisik, keberhasilan akademis, kemudahan berhubungan dengan orang lain, dan peningkatan ketahanan. Pengelolaan emosi merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional yang secara tidak langsung mempengaruhi aspek resiliensi yaitu kreativitas.

Secara umum manusia mempunyai paling sedikit tujuh (tujuh) fungsi emosi. Masing-masing fungsi tersebut berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia karena membantu beradaptasi dengan lingkungan. Lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut: (1) Menghasilkan respons otomatis untuk bersiap menghadapi krisis, (2) Menyesuaikan respons terhadap kondisi khusus, (3) Memotivasi tindakan yang bertujuan mencapai tujuan tertentu, (4) Mengkomunikasikan niat kepada masyarakat, (5)) Meningkatkan hubungan sosial, (6) mempengaruhi ingatan dan evaluasi peristiwa, (7) meningkatkan ingatan terhadap kenangan tertentu.

  • Macam-macam Emosi

Goleman mengatakan bahwa emosi ada banyak macamnya, namun secara garis besar emosi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu emosi menyenangkan atau emosi positif, seperti; (1) Kesedihan; kesakitan, kesuraman, melankolis, melankolis, cinta diri, putus asa. (2) Ketakutan; kecemasan, ketegangan, kekhawatiran, kegelisahan, perasaan sangat takut, waspada, gelisah, (3) Kenikmatan; kegembiraan, kebanggaan, kebahagiaan, kegembiraan, keceriaan, kepuasan, (4) Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, rasa hormat , emosi, kebaikan (5) kejutan, keterkejutan, keterkejutan, (6) kejengkelan, penghinaan, jijik, jijik, ketidaksukaan, (7) rasa malu: malu, jengkel. Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Dengan demikian, berbagai emosi mendorong individu untuk bereaksi atau melakukan tindakan sebagai respons terhadap rangsangan yang ada.

  • Faktor Yang Mempengaruhi Emosi

Kecerdasan emosional bertujuan untuk memberikan dampak positif terhadap kehidupan dan perkembangan karena fungsi kecerdasan emosional sangat dibutuhkan di zaman sekarang (putri khaerunnisa maraeni, 2017 ). Kecerdasan emosional tidak muncul dan berkembang secara spontan. Sebaliknya, ada faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah faktor internal dan eksternal (putri khaerunnisa maraeni, 2017 ).

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dan mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal memiliki dua faktor yaitu dari jasmani dan psikologis. Faktor jasmani terdiri dari fisik dan kesehatan seseorang, dan psikologis terdiri dari pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi (putri khaerunnisa maraeni, 2017). Namun, berbeda dengan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, dan komunitas (putri khaerunnisa maraeni, 2017).

Adapun uraian dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut :

  1. Faktor Lingkungan Keluarga

Kehidupan keluarga adalah sumber utama pembelajaran emosi. Orang tua dan peran mereka sangat penting karena mereka adalah orang pertama yang akan mengidentifikasi dan menginternalisasi anak untuk membentuk kepribadiannya. Hal tersebut dimulai dengan menanamkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, empati, dan kepedulian.  Apabila kebiasaan ini telah tertanam pada diri anak sejak kecil, maka akan membantu mereka menangani dan menyelesaikan masalah (putri khaerunnisa maraeni, 2017).

  • Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menerapkan program pengajaran, bimbingan, dan latihan untuk membantu siswa mencapai potensinya dalam berbagai aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, dan sosial. Belajar merupakan komponen penting dalam perkembangan emosi anak, dan lingkungan sekolah berfungsi sebagai wadah untuk belajar bersama-sama dan merupakan faktor lanjutan dari apa yang telah dipelajari anak dari keluarga. Selain itu, peran sekolah dan guru sangat menentukan bagaimana seorang siswa berpikir, bersikap, dan berperilaku dengan orang lain. Sekolah juga memiliki peran dalam mempengaruhi perkembangan emosi anak (putri khaerunnisa maraeni, 2017).

  • Faktor Lingkungan Masyarakat

Kecerdasan emosional juga dapat dipengaruhi oleh masyarakat atau lingkungan masyarakat. Sebuah lingkungan di mana sebagian besar orang-orang pendidikannya tinggi dapat memberikan emosi yang positif bagi seseorang, sehingga membuatnya bersemangat untuk melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya ((putri khaerunnisa maraeni, 2017).

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor masyarakat di sekitar siswa. Keluarga siswa memiliki keluarga yang sangat mempengaruhi kecerdasan emosional mereka (putri khaerunnisa maraeni, 2017).

  • Akhlak

Akhlak pada hakikatnya adalah sifat-sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang terwujud sebagai kepribadian yang khas, sehingga menghasilkan tindakan yang spontan dan tanpa usaha tanpa perenungan terlebih dahulu atau perlu musyawarah. Moral merupakan aspek integral dari setiap manusia, karena merupakan esensi fundamental kehidupan. Akhlak-akhlak ini dapat digolongkan menjadi berbudi luhur yang disebut dengan “akhlakul karimah”, atau tercela yang dikenal dengan “akhlaktercela”. Oleh karena itu, karakter dan perilaku lahiriah seseorang berfungsi sebagai indikator yang jelas mengenai kedudukan moralnya, yang membedakan antara yang baik dan yang jahat.

Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak berada dalam jiwa manusia sebagai naluri bawaan, yang mampu dengan mudah dan alamiah melahirkan tindakan. Namun, tindakan-tindakan ini menjadi tertanam dalam diri seseorang, terhubung erat dengan esensi jiwa mereka. Oleh karena itu, terlibat dalam perilaku amoral memerlukan perenungan yang cermat dan pemikiran yang matang.

KESIMPULAN

Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki pengaruh positif terhadap kecerdasan emosional pada anak. Pembelajaran aqidah akhlak mungkin memberikan fondasi yang kokoh bagi pengembangan kecerdasan emosional karena memperkenalkan konsep-konsep seperti empati, toleransi, dan kasih sayang. Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai ini, anak-anak dapat mengatasi konflik interpersonal, mengelola stres, dan berinteraksi secara lebih positif dengan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara pembelajaran aqidah akhlak dan perkembangan kecerdasan emosional pada anak. Melalui pendekatan pembelajaran ini, anak-anak dapat mengembangkan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai moral dan spiritual dalam agama serta meningkatkan keterampilan dalam mengelola emosi mereka.

Kesimpulan ini menegaskan bahwa integrasi pembelajaran aqidah akhlak dalam kurikulum pendidikan anak dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan moral anak-anak, sehingga membentuk generasi yang lebih seimbang secara spiritual dan emosional. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan dan guru untuk memperhatikan peran kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak.

DAFTAR PUSAKA

Andresta, T., Budianto, E. W. H., & dewi, N. (2023). Bank Muamalat Indonesia: Studi Pustaka (Library Research). https://doi.org/10.5281/zenodo.10077344

Dyanisa, T. (2008). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Agresif Pada Masyarakat di Nagari Muaro Paneh Kabupaten Solok Selatan. Skripsi. Padang: Universitas Putra Indonesia YPTK.

Lestari, F. A., Sagala, H. H., & Nurrohman, W. (2021). Literature review: pengaruh kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa. EDU SOCIETY: JURNAL PENDIDIKAN, ILMU SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 1(3), 392–399.

Novianty, A. (2016). PENGARUH POLA ASUH OTORITER TERHADAP KECERDASAN EMOSI PADA REMAJA MADYA THE INFLUENCE OF AUTHORITARIAN PARENTING TO EMOTIONAL INTELLIGENCE IN MIDDLE ADOLESCENT. In Jurnal Ilmiah Psikologi (Vol. 9, Issue 1).

PUTRI KHAERUNNISA MARAENI-FITK. (n.d.).

Rantikasari, I., Rohmah, U., & Diana, R. (2023). Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini melalui Komunikasi Verbal Edukatif. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7, 6365–6375. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i5.3742

Sama, H., Licen, L., Saragi, J., Erline, M., Kelvin, K., Hartanto, Y., Winata, J., & Devalia, M. (2021). STUDI KOMPARASI FRAMEWORK NIST DAN ISO 27001 SEBAGAI STANDAR AUDIT DENGAN METODE DESKRIPTIF STUDI PUSTAKA. Rabit : Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Univrab, 6, 116–121. https://doi.org/10.36341/rabit.v6i2.1752

Syifa Fauziyah 1111011000089 Watermark. (n.d.).

Yunia, S. A. P., Liyanovitasari, L., & Saparwati, M. (2019). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kenakalan Remaja pada Siswa. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 55–64.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *