Kota Palembang pada jaman Bari, merupakan wilayah yang penuh dialiri oleh sungai. Setidaknya terdapat lebih dari 100 anak-anak sungai yang semuanya bermuara ke Sungai Musi sebagai induknya. Dengan keadaan alam yang banyak sungai dan kehidupannya, sehingga Palembang dijuluki oleh orang-orang Eropa sebagai Venesia dari Timur. Palembang menjadi kota di atas pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh anak-anak sungai.
Oleh karenanya, selain di daratan, kehidupan sehari-hari masyarakat wong Palembang sangat tergantung kepada sungai, baik sebagai sarana transfortasi maupun bidang ekonomi perniagaan. Apalagi tinggal di rumah rakit. Disamping warga sekitar sungai dapat memanfaatkan airnya untuk keperluan kebutuhan sehari-hari, juga para pedagang kecil memanfaatkan berjualan keliling menjajakan barang dagangannya di atas perahu keluar masuk kampung menelusuri sungai-sungai.
Pedagang kecil di atas perahu inilah dalam istilah wong Palembang disebut “Perahu Batangan”. Pedagang tradisional melayari sungai keluar masuk kampung membawa barang perniagaannya dengan perahu (pasar terapung).
Yang dijual pula bermacam-macam barang dagangan keperluan sehari-hari, terutama buah-buahan. Apalagi kalau musim kacap (banjir), hal ini paling tidak dapat menguntungkan para pedagang Perahu Batangan, sebab apabila air pasang besar, sungai meluap dan air menggenangi daratan, biasanya orang-orang kampung yang bermukim di tepi sungai tidak repot-repot lagi untuk pergi belanja ke warung-warung atau mengancap ke pasar, cukuplah mereka belanja di perahu-perahu batangan. Keberadaan Perahu Batangan setidaknya cukup membantu dan berperan sekali dalam meringankan kebutuhan warga berbelanja pada waktu itu.
Suasana seperti ini dulu masih dapat kita saksikan, terutama di sekitar kawasan pusat kota. Seperti di Sungai Sekanak, Sungai Tengkuruk, Sungai Kebon Duku, Sungai Kemenduran, Sungai Kapuran dan lainnya. Perahu Batangan masih sering terlihat.
Pemandangan kehidupan tradisional di sungai-sungai Palembang tempo doeloe ini, agaknya sulit sekali kita jumpai lagi pada era masa kini. Perahu-perahu sulit melintas karena sungai-sungai sudah banyak yang ditimbun, menyempit dan dangkal.
Wallahu a’lam
No responses yet