Categories:

Oleh: Almas Heba, Sani Abdul Hasyim

Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Jl. Limau II No. 2, RT.3/RW.3, Kramat Pela, city

hebaalmas36@gmail.com. abdulhalimsani@gmail.com

Abstrak

Pondok pesantren memang menjadi salah satu pendidikan yang cukup terpandang dengan segi keagamaannya, bahkan sudah tersebar luas di berbagai kota. Keberadaan pesantren ini menjadi pandang yang menarik bagi orang tua untuk memasukkan anak mereka di antaranya terdapat anak-anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesantren usia dini menurut Islam dan penerapannya terhadap masa depan anak. Tujuan penelitian ini berfokus pada pesantren usia dini untuk memberitahukan pada orang tua juga anak bahwa menuntut pelajaran Islam memang diperlukan dari sejak usia dini agar mereka dapat sukses dengan Ridho Allah. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu observasi pada salah satu pondok pesantren usia dini di Cianjur Jawa barat yang menunjukkan adanya perubahan dan kebahagiaan pada anak-anak santri yang menempuh pendidikan pesantren sejak usia dini.

Kata kunci: orang tua, pendidikan, pondok pesantren, usia dini.

Abstract

Islamic boarding schools have indeed become one of the most respected education in terms of religion, and have even spread widely in various cities. The existence of this pesantren is an attractive view for parents to include their children, including early childhood children. This study aims to determine early age pesantren according to Islam and its application to the future of children. The purpose of this study focuses on early age pesantren to inform parents and children that demanding Islamic lessons is necessary from an early age so that they can succeed with the Pleasure of Allah. The research method used was observation at one of the early age Islamic boarding schools in Cianjur, West Java, which showed changes and happiness in student children who took pesantren education from an early age.

Keywords: parents, education, Islamic boarding school, early age.

  1. PENDAHULUAN

Usia dini adalah masa berkembang yang penuh dengan keaktifan juga ke kretivan anak untuk tumbuh kembang lebih baik dan terdidik, salah satu perkembangan yang terjadi pada usia dini yaitu proses untuk pengetahuan yang tinggi . perkembangan pada usia dini tentu pertama kali diperoleh dari keluarganya, orang tua adalah landasan pertama dan terbaik bagi anak untuk belajar yang memiliki peran dalam penyaluran ilmu terhadap anak.

Peningkatan presentasi belajar pada proses tumbuh kembang anak memang memerlukan perhatian yang cukup baik, agar mendapatkan didikan yang baik tidak sedikit orang tua memilih anaknya ke pondok pesantren agar saat dewasa mereka dapat berkembang dengan penuh keadilan juga tentunya setiap orang tua ingin anak yang sholeh juga sholehah agar dapat membawa bekal ke akhiran.

Pesantren adalah ruang bidang ilmu agama yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan, dan menerapkan agama Islam pada kehidupan terkhususnya pada keseharian seseorang. Pesantren juga terkenal sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia dalam penyebaran ilmu agama melalui dakwah-dakwahnya. Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya mengetahui tentang agama dan penerapannya bahkan karna penyebarannya yang sudah meluap sekarang kita dapat merasakan pendidikan pondok pesantren di mana saja.

Pesantren awalnya didirikan tidak ada yang tahu pasti namun diketahui pada abad ke 15M yang dikenal sebagai agama nusantara oleh seorang Kyai yang memiliki sikap dalam mengusai agama Islam, sikap keikhlasan, juga ketekunan dalam menyebarluaskan agama Islam. Menurut Penulis Departemen Agama dalam (Agama, 2003) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamannya terjadi interaksi antara Kyai dan Ustadz para santri mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengkaji dan membahas buku-buku keagamaan karya ulama terdahulu.

Lembaga pesantren juga telat mendapatkan perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat dengan mencantumkannya dalam GBHN dan UU sisdiknas agar ditangani secara khusus, selain itu juga agar mendapatkan kebijakan pemerintah departemen agama RI melalui Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam telah menambah direktorat baru yakni Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Salam, 2021).

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh (Muniroh, 2015) di Jawa tengah terkait santri di bawah 7 tahun dipesantrenkan oleh orang tuanya akibat mereka bercerai. Namun kasus lain lagi pada tahun 2012 di salah satu pondok pesantren Cianjur menjadi lembaga didik anak usia dini untuk memperdalam ilmu agama dan orang tua memilih memasukkan anaknya ke dalam pondok pesantren karna sudah menjadi tradisi keluarga yang turun temurun.

Tinggal dipondok pesantren dalam usia dini sangat memungkinkan untuk terjadinya persoalan psikologis. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa anak yang dikir ke pesantren dalam usia yang terlalu dini menunjukkan kehilangan kedekatan dasar (primary attachments) dan ada yang mengalami gangguan mental dengan kejadian semasa ditinggal dipondok (Scaverian, 2011: 138). kemampuan untuk berperilaku sopan, berakhlak, dan mengatur emosi memang perlu pengarahan yang tepat karna tampaknya pada zaman ini sudah tidak lagi dipandang sebagai nilai-nilai dalam kehidupan.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat diartikan bahwa salah satu instansi yang menekankan pembentukan sifat-sifat spiritual adalah pesantren yang mencoba memakai presepektif Islam yakni pendidikan harus berfungsi sebagai pengembangan moral terhadap Allah, diri sendiri, dan lingkungan (Fuaturosida, 2013).

  • METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara sebagai berikut :

  1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati suatu fenomena secara akurat melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Pada observasi kali ini menggunakan observasi partisipan yang mana ikut serta dalam bagian kegiatan pengamatan saya.

Dari hasil observasi saya pada salah satu pondok pesantren anak-anak sekolah dasar di Jawa barat Cianjur membuktikan bahwa ada banyak sekali santri usia dini yang memiliki semangat untuk menimba ilmu agama.

Ketika para santri putra dan putri berada di asrama rasanya seperti sebuah perkumpulan keluarga baru dari berbagai kota dan daerah bahkan yang paling jauh pada saat itu dari Palembang. Terkadang ada beberapa anak yang menangis karna rindu keluarganya, rumahnya, kegiatan di rumah dan lainnya, tetapi pada saat itu terlihat solidaritas persaudaraan antar santri.

Menurut saya pilihan untuk anak masuk ke pondok pesantren ada baiknya karna anak dapat tumbuh dengan lebih berani, mandiri dan bertanggung jawab. Namun ada beberapa tanggapan yang justru memandang hal itu bukan jalan yang baik karna akan memicu rasa canggung kepada anak akibat sedari kecil sudah tidak serumah dengan orang tuanya, dan akhirnya anak berpikir kalau orang tua sudah tidak menyayanginya lagi.

Pimpinan pesantren di sana sangat luar biasa dalam mendidik santri santrinya, ketika ada orang tua maupun anak memiliki tanggapan buruk seperti di atas, maka pada saat itu ibu pimpinan pondok akan membantu memberikan pemahaman tentang tanggapan buruknya itu. Sehingga anak atau orang tua menjadi lebih yakin dan leluasa untuk menitipkan anaknya di pondok pesantren. Walaupun para santri anak ini bersekolah dan belajar agama mereka juga memiliki rutinitas yang dapat meningkatkan rasa nyaman santri di pondok seperti setiap malam minggu diadakan menonton bersama, seminggu sekali berenang dan lainnya. Di luar kegiatan itu pada waktu subuh para santri akan melakukan salat subuh berjamaah di mesjid, setelah salat melakukan penyetoran ayat suci Al-Quran kemudian dilanjut dengan bersekolah.

  • PEMBAHASAN

pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta menyebarkan ilmu agama Islam (Mulyanah et al., 2015). Sebagai umat muslim sudah sepatut untuk menyebarkan agama Islam melalui dakwah, hal ini selaras dengan dalil dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman yang terjemahannya (tafsiriyah) sebagai berikut: Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Dalam sebuah pondok pesantren sudah pasti mengharuskan setiap santrinya untuk bisa berdakwah agar dapat menyampaikan ajaran agama Islam.

Dalam kasus penelitian saya terbukti bahwa pondok pesantren pada usia dini sudah ramai dan ada, bahkan beberapa anak merasa lebih baik dan bahagia saat di pondok pesantren.

Tentu saja hal ini berpengaruh pada perkembangan dan masa depan anak, menurut pengamatan saya pada salah satu alumni dari pesantren tersebut ada sekitar 60% alumni yang hidup lebih mandiri. Kemandirian memang lebih baik di ajarkan sepada anak sedini mungkin dengan sesuai kemampuannya untuk membentuk mentalitas yang dipupuk  sejak dini agar kelak setelah dewasa tidak menjadi beban orang lain juga dapat berdiri pada kaki mereka sendiri (Linton et al., 2020).

Pendapat Ali dan Asrori (2005:110), mengatakan kemandirian

merupakan individu yang dapat mengambil keputusan dengan dilandasi

oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya dengan kata

lain bertanggungjawab atas keputusan dan tindakannya, kemandirian dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang tidak bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan urusan dan cobaannya, serta meyakini potensi diri dalam bertanggung jawab dengan penuh percaya diri dan berkomitmen. Kemandirian juga dapat dibentuk dalam diri seseorang manakala dalam seluruh aktivitasnya pengaruh dan arahan sikap orang lain lebih kecil di banding dengan dorongan yang berasa dari dalam dirinya.

Kemandirian inilah yang sebenarnya menjadi sikap mental dasar yang penting untuk menuntun hidup seorang santri menjadi manusia yang bertekad dengan sikap kemandirian ini akan menjadi faktor mendasar yang dapat memunculkan keberanian untuk melangkah lebih jauh, memimpin dan mencoba banyak hal baru. Maka dengan hal ini tahap awal yang harus dilakukan dalam membangun kemandirian santri dengan semangat menuntut ilmu agar kemandirian mudah dibangun.

Hasil dari urian pembahasan di atas memberikan kesempatan pada anak-anak untuk memberanikan diri memperluas pendidikannya di pondok pesantren dan memiliki jiwa yang besar untuk menuntut ilmu agama dalam dirinya, kemampuan untuk berasrama adalah salah satu sikap keberanian yang dimunculkan oleh tekad yang kuat.

  • KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan dukungan pembahasan yang terurai maka dapat disimpulkan bahwa menuntut ilmu agama di pondok pesantren pada usia dini sudah seharusnya di lakukan, karna akan mencetak generasi muda yang penuh keberanian, keadilan, bertanggung jawab dan menjunjung keislaman.

Dengan adanya keterlibatan pendidikan sosial pada lingkungan pesantren maka seorang anak sudah pasti akan mengemban ilmu sosial juga yang mempengaruhi masa depan anak menjadi pengusaha, mereka akan berani memulai atau membuka usaha sendiri dan berpikir secara rasional. Selain itu anak-anak juga akan mendapatkan cukup perhatian dalam pertumbuhannya karna pimpinan pesantren yang mengamati langsung sikap dan tingkah laku anak, maka para pimpinan maupun pengurus pondok dapat mengetahui potensi anak dalam belajar, juga problematika anak pada orang tua yang tidak memberinya cukup kasih sayang pasti akan terpenuhi dengan lingkungan pesantrennya.

  • SARAN

Para orang tua sudah seharusnya menentukan masa depan anak melalui di mana mereka menuntut ilmu, di mana mereka bisa menemukan langkah kaki mereka, juga sudah seharusnya para orang tua maupun wali memberikan pendidikan yang baik juga bagus pada anak. Maka tidak ada salahnya un tuk mencoba memberikan kesempatan pada anak agar menuntut ilmu agama lebih baik lagi dengan masuk pondok pesantren.

Dan untuk para anak yang sedang menempuh pendidikannya saat ini di pondok pesantren, lakukanlah dengan sebaik mungkin, tunjukan potensi dan bakat kalian. Untuk melangkah lebih maju perlu banyak waktu maka berlarilah dan kejar ilmu itu dengan bersungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA

Agama, D. (2003). Pola Pembelajaran di Pesantren. 75.

Fuaturosida, R. (2013). Attachment Anak Usia Dini di Pondok Pesantren. Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 10(2). https://doi.org/10.18860/psi.v10i2.6366

Linton, J. D., Klassen, R., Jayaraman, V., Walker, H., Brammer, S., Ruparathna, R., Hewage, K., Thomson, J., Jackson, T., Baloi, D., Cooper, D. R., Hoejmose, S. U., Adrien-Kirby, A. J., Sierra, L. A., Pellicer, E., Yepes, V., Giunipero, L. C., Hooker, R. E., Denslow, D., … Anane, A. (2020). kemandirian santri. Sustainability (Switzerland), 14(2), 1–4. http://www.unpcdc.org/media/15782/sustainable procurement practice.pdf%0Ahttps://europa.eu/capacity4dev/unep/document/briefing-note-sustainable-public-procurement%0Ahttp://www.hpw.qld.gov.au/SiteCollectionDocuments/ProcurementGuideIntegratingSustainability.pd

Mulyanah, M., Sumarna, E., & Firdaus, E. (2015). Pola Pembinaan Program Pesantren Anak Usia Dini Pada Pondok Pesantren Nurul Barokah Periode 2014-2015. TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 2(2), 104. https://doi.org/10.17509/t.v2i2.3448

Muniroh, S. M. (2015). Psikologi Santri Usia Dini. Jurnal Penelitian, 11(1). https://doi.org/10.28918/jupe.v11i1.418

Salam, R. (2021). Pendidikan di Pesantren dan Madrasah. IQRA : Jurnal Pendidikan Agama Islam Pendidikan di Pesantren dan Madrasah, 1(1), 9. https://doi.org/10.26618/iqra

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *