Republik Arab Suriah sekarang dibatasi oleh Turki, Irak, Jordania, Israel, Lebanon, dan Laut Mediterania. Luas tanahnya mencapai 185,180 km (71,498 mil), penduduk berdasarkan data tahun 1986 berjumlah 10.931.000; 59 orang per kilometer, 49% hidup di kota dan 51% di pedalaman.
Wilayah negeri ini merupakan lokasi persimpangan yang sangat strategis secara geopolitik, terutama dalam menghubungkan dunia Arab dan dunia Eropa melalui jalur Laut Mediterania. Kekuatan militer Syria memberikan andil yang sangat penting bagi wilayah
wilayah Timur Tengah melalui perbatasannya di Mediterania. Ia merupakan negara kesatuan republik yang memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, sekalipun ia banyak terlibat pada berbagai masalah politik di kawasannya. Walaupun negara Syria modern belum menunjukkan kestabilan sejak Perang Dunia I, Syria telah mampu membangun wilayahnya sejak waktu itu dan sampai sekarang telah menjadi salah satu negara yang cukup disegani di Timur Tengah (Ajid Thohir 2009: 121-122)
Nama Syria adalah untuk menunjukkan Syria Besar (sekarang terdiri dari Syria, Lebanon, Israel, dan Yordania). Wilayah ini sering sekali menjadi daerah objek taklukan oleh bangsa kuat sekitar wilayah Laut Tengah, karena lokasinya sangat strategis sebagai pusat perdagangan dunia dan sebagai rute perdagangan serta rute penyerbuan antara Mediterania dan Mesopotamia, dan antara barat daya Asia dan timur laut Afrika. Penduduk Syria sebenarnya terdiri dari variasi bangsa Semit, termasuk Pheonikan, Canatis, Yahudi, Aramaen, dan rumpun pengembara dari Semenanjung Arab. Daerah Syria oleh para ahli sejarah kebudayaan dipandang sebagai wilayah yang teguh pendirian peradabannya. Kawasan ini tetap menunjukkan jati dirinya dan telah sukses menentukan dirinya pada masa kekuasan Mesir, Hittes, Ayria, sebelum akhir bergabung dengan Kekaisaran Romawi pada tahun 63 M, termasuk pada masa kekuatan Islam Persia dan Turki.
Pada tahun 1516, Syria ditaklukkan oleh Sultan Salim I yang memerintah Turki Usmani di Istanbul dan akhirnya Syria masuk sebagai bagian dari Kekaisaran Usmani sampai Perang Dunia Pertama (Amany Lubis dkk 2005: 192). Ketika nasionalisme Arab bertambah kuat, oposisi mendukung pemberontakan Arab-Syria terhadap Turki oleh Inggris sangat diperhitungkan, sehingga terjadilah pengusiran terhadap orang-orang Turki yang kemudian menghasilkan wilayah independen yang dikehendaki pemberontak oleh orang Arab- Syria sendiri atas dasar nasionalismenya. Ketika tentara Inggris membagi-bagikan wilayah perbatasan Timur Tengah pusat dan daerah wilayah baru membentuk negara kekuasaannya masing-masing. Perserikatan nasional yang mungkin di bawah tekanan akhirnya menyetujui hak Perancis terhadap wilayah Syria pada tahun 1922. Pada tahun 1946, kemerdekan telah dicapai setelah perjuangan yang panjang.
Sejarah Pemberangusan Aktivis Islam
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar ra dalam perang Yamamah, tentara Islam membebaskan Syria tahun 633. Pembebasan Syria dilanjutkan oleh Khalifah Umar ibn Khattab, mengalahkan kekuatan Bizantium di Ajnadain bulan Juli 634. Tentara Islam berhasil penaklukkan kota Damaskus hingga hampir seluruh wilayah Syam dikuasai oleh Khalifah tahun 637.
Pasca runtuhnya pemerintahan Kekhalifahan Usmani, Syria kemudian diberikan kemerdekaan oleh penjajah Barat. Penguasa Syria pun menjadi kaki tangan Barat. Sebagai agen penjajah kolonial Barat, ada tugas penting yang harus dijalankan penguasa boneka. Pertama, menjamin bahwa sistem pemerintahan yang ada adalah sistem sekular, monarki, atau sosialis; yang penting jangan pemerintahan Islam. Kedua, mencegah munculnya kekuatan politik dari kelompok dan umat Islam yang ingin menegakkan pemerintahan Islam. Tidak mengherankan kalau para penguasa sekular, monarki, atau sosialis di negeri Islam, termasuk Syria, bertindak represif terhadap kelompok politik Islam yang ingin menegakkan hukum Allah secara menyeluruh dalam pemerintahan Islam. Hal inilah yang dialami oleh gerakan Islam Syria.
Sikap represif terhadap kelompok Islam ini semakin menonjol saat Syria dipimpin oleh rezim partai Baath. Bagi rezim partai Baath, kelompok politik Islam yang ideologi merupakan ancaman utama bagi kekuasaan mereka. Apalagi, secara ideologis, antara Baath dan Islam bertolak belakang. Partai Baath adalah partai nasionalis sekuler Arab yang menyerukan sosialisme Arab. Partai Baath ini berkembang terutama di Syria dan Irak
Pendirinya adalah Michael Aflaq, seorang Kristen, dan Shalah al-Baithar yang mengaku muslim. Ia menyelesaikan studinya di Paris tahun 1932. Partai Baath mendominasi pemerintah Syria terutama sejak 8 Maret 1963. Sampai saat ini, rezim Baath masih memegang kekuasaan penuh di Syria.
Sebelum ancaman utama, gerakan-gerakan Islam pada masa rezim partai Baath mengalami penindasan yang luar biasa. Banyak aktivis Islam yang ditangkap, disiksa, sampai dibunuh. Dua kelompok Islam yang paling banyak ditekan di Syria adalah Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Ikhwanul Muslim memilih perlawanan bersenjata untuk menumbangkan rezim Baath. Oleh karena itu, Ikhwanul Muslimin memilih mempersiapkan barisan tempurnya untuk melakukan penyerangan terhadap pimpinan kelompok Alawi, agen keamanan, dan para politik pendukung Presiden Hafiz al-Asad. Pada tahun 1979, terjadi penyerangan terhadap sekolah sekuler militer di Aleppo dan kantor partai Baath. Pihak yang dituduh melakukan ini adalah Ikhwanul Muslimin.
Tidak hanya itu, kelompok Islam ini melakukan demontrasi besar dan aksi boikot di Hama, Homs, dan Aleppo pada Maret 1980. Kelompok Islam pun dituduh ingin membunuh Hafiz al-Asad. Dengan alasan tersebut, rezim Baath mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap aktivitas Islam di Syria. Banyak tahanan yang dibunuh dan aktivis Islam, lewat pengadilan yang direkayasa, banyak vonis hukuman mati. Bahkan, para aktivis Islam yang tidak memilih jalan kekerasan seperti Hizbut Tarir pun menjadi target pembantaian rezim ini. Penjara di Syria penuh dengan pejuang Islam yang ingin menegakkan Daulah Khilafah ini. Banyak di antara mereka yang dihukum mati dan dibunuh.
Trias Politika
Setelah kemerdekaan, nama resmi bagi Syria adalah Republik Arab Syria. Kepala negara dan pemerintahan adalah presiden yang paling berkuasa di negara itu. Konstitusi 1973 menyatakan bahwa Syria adalah negara “demokrasi Rakyat Sosialis”. Presiden dipilih oleh rakyat sekali dalam tujuh tahun. Dewan rakyat yang beranggota 195 orang adalah pembuat ndang-undang yang dipilih sekali empat tahun. Di bawah konstitusi Syria, presiden yang juga pemimpin partai Baath mengontrol mekanisme politik pemerintahan Syria. Partai politik sosial Arab ini bersama empat partai lain membentuk organisasi sosial yang disebut Front Progresif Nasional untuk perjungan cita-cita paham sosialisme. Di samping peradilan umum di tubuh organisasi pemeritahan Republik Arab Suriah terdapat juga peradilan agama. Setiap komunitas agama mempunyai peradilan untuk mengurus masalah perkawinan, perceraian, dan harta warisan (Suyuthi Pulungan 1995: 184).
Syria termasuk negara sosial yang membuka hubungan politik dan diplomatik serta militernya dengan Uni Soviet, sekalipun ia banyak mendapatkan impor barang dari Eropa barat dan Jepang, Romania, dan Uni Soviet, merupakan pusat ekspor Syria. Negara ini nampaknya ingin konsisten dalam menyeimbangakan deposito perdagangan (Ajid Thohi 009: 131).
No responses yet