Depok, Jaringansantri.com – Genealogi Intelektual (Sanad) Ulama Betawi tidak bisa dilepaskan dari “sanad besar” ulama-ulama Nusantara—Timur Tengah di abad ke-19 M dan 20 M secara umum. Hal ini disampaikan oleh Ah. Ginanjar Sya’ban dalam kajian INC di rumah Menaker RI Hanif Dhakiri Cipayung Depok. Ahad, 14 Oktober 2018.

“siapa yang bisa tanda petik, memegang dan menguasai jaringan ini, maka jaringan ulama-ulama betawi saat ini, baik betawi pribumi atau betawi habaib, itu bisa dipegang,” ujar Ginanjar.

Kajian rutin yang biasa digelar di sekertariat INC Tangsel ini, mengangkat tema “Jejak Islam di Batavia (Depok-Bekasi) : dari Walisongo sampai Tegaknya NKRI”. Dihadiri juga oleh tuan rumah Pak Hanif Dhakiri, dan beberapa pembicara lainnya, Zainul Milal Bizawie, Dr. Fathi Royani serta Raden Salamun (mantan Ketua PCNU Depok).

Ginanjar menyebutkan, yang paling berpengaruh dalam perkembangan tradisi pemikiran Islam dan menjadi poros utama sanad Ulama Betawi adalah (1) Syaikh Junaid Betawi, (2) Sayyid Utsman Mufti Betawi, (3) Syaikh Raden Mukhtar Atharid Natanagara Bogor, (3) Guru Manshur, (4) Guru Mughni, (5) Guru Marzuqi, dll.

Hampir semua sanad ulama-ulama Betawi bertalian dan menyambung kepada lima ulama besar di atas. Dari kelimanya, terbentang jaringan intelekatual ulama Betawi generasi berikutnya, mulai dari Betawi Raya, Tangerang, Bogor-Depok, dan Bekasi.

“Makanya sampai sekarang ini majlis ulama betawi pasti nyambungnya ke lima orang ini. Siapa yang ingin mengetahui lebih dalam seluk beluk majlis ulama Betawi rujuklah lima tokoh ini,” tandas direktur INC ini.

Sementara Zainul Milal Bizawie mengulas bagaimana Depok menjadi wilayah strategis dalam perkembangan politik Islam pada masanya. “Depok ini memiliki posisi yang strategis. Dimana menjadi pintu dimana istana pajajaran berada. Karena masa wali songo untuk masuk ke Pajajaran pintunya ya Depok ini,” katanya.

Bahkan, kata Gus Milal, Sunan Kalijogo juga pernah masuk daerah Pajajaran melalui pintu ini. Sebelumnya ada murid Syekh Quro, saudara dekat Siliwangi, yang sudah masuk ke Pajajaran melalui Depok ini. Murid tersebut bernama Ki Langkap Kahfi, masih paman Prabu Siliwangi.

“itu merupakan Guru dari Sunan Kalijaga. Situsnya banya ditemukan di Lemah Duwur Tapos, hulu kali Sunter. Di sini ada petilasannya yang dulu pernah diadakan pertemuan dewan wali. Khususnya sunan Kalijaga dengan gurunya itu,” tandasa sejarawan santri ini.

Kemudian pada era berdirinya Bante, era Maulana Hasanuddin. Ia mengatakan “Maulana Hasanudin diperintah Sunan Gunung Jati untuk mengislamkan Pajajaran. Tapi di daerah Depok sini masih ada keluarga Siliwangi yang masih menentang. Dan Mengirimkan Raden Wujud Beji yang makamnya ditemukan di daerah Beji.”

Periode berikutnya adalah periode Mataram. “masa Mataram Sultan Agung melawan Kolonial. Depok ini menjadi pusat pergerakan inteligen. Di sini muncul ratu pambayun yang di daerah Tapos sana ada makam Pambayunan, putri dari Sultan Agung Sendiri yang dulu pernah menikah dengan Ageng Mangir,” jelas gus Milal.(Sholihul Huda/Damar)

One response

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *