Ada wali santri yang terkadang  dipanggil Kiai prostitusi, kadang disebut  Doktor prostitusi. Beliau adalah KH. Dr. Sunarto. Disertasinya berjudul “Kiai Prostitusi: Pendekatan Dakwah KH. Khoiron Syu’aib di Lokalisasi Prostitusi Kota Surabaya.

Beliau punya buku berjudul “Detik Detik Runtuhnya Dolly” dan  “Dakwah Networking”. Dari buku itu terselip kisah mantan preman  yang ikut andil dalam penutupan beberapa lokalisasi, termasuk  Dolly. 

Mantan preman itu  adalah Gatot Subiantoro. Dia telah malang melintang di dunia hitam dan sangat paham relung lokalisasi prostitusi dan dunia malam. 

Gatot Subiantoro dulu menyuplai wanita-wanita yang didapat dari desa-desa di Jawa Timur dengan ditampung di sebuah hotel. Selanjutnya dia mengklasifikasi kualitas wanita-wanita itu dengan KW 1, 2, 3. Para wanitq itu lalu dikirim ke berbagai lokalisasi prostitusi di seluruh Indonesia. “Dahsyatnya”, Pak Gatot Subiantoro ini sekaligus berperan sebagai “tester”nya.

Namun sang preman itu sejak tahun 2008, ketika musholla yang diwakafkan oleh seorang mantan mucikari (Hj. Siti Maryam) “Mushalla Nurul Iman” mulai ditempati shalat dan diadakan pengajian umum, Gatot Subiantoro di hatinya mulai menemukan Tuhannya, ia ikut panitia pengajian tersebut.

Kedekatannya dengan KH. Dr. Sunarto dan  KH. Khoiron Sueb, semakin memantapkan keyakinan agamanya sehingga tertanam dalam hatinya sebuah prinsip hidup “harta dan dunia bisa dicapai siapa saja tanpa batas, tapi umur manusia ada batasnya dan siapa yang tahu batas umur manusia, jika aku sewaktu-waktu mati bergelimang dosa, bagaimana nasibku di akherat.”

Dia insaf dan  mulai rajin ke Mushalla  Setiap Jum’at selalu mengawali berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat. Dia juga aktif di kegiatan sosial. Untuk memperkokoh keimanannya, pada tahun 2012,  Gatot Subiantoro  menunikan ibadah umroh ke tanah suci.

Saat berada di Makkah, di tengah Masjidil Haram, sang mantan preman itu melakukan thawaf dengan khusyu’ sambil memandangi ka’bah. Tubuhnya tiba-tiba lemas lunglai, dari kedua matanya bercucuran air mata, sambil menyandarkan tubuhnya dia teringat dosa-dosa masa lalu. Tangisnya seakan tak terbendung, hatinya luluh, tubuh lunglai. sambil terisak-isak dalam tangisnya, hati dan lisannya berucap penyesalan yang mendalam. 

Dia dulu yang memasok para wanita  ke sejumlah lokalisasi, namun sekarang  paling getol ikut berjuang menutup lokalisasi bersama para tokoh agama yang lain. Dengan dakwah networking   dari pihak pemerintah, ormas dan para tokoh agama  inlah lokalisasi di Kota Surabaya dapat ditutup, dan yang terakhir lokasisasi Dolly sebagai ikon bisnis seks terbesar se Asia tenggara mengalami keruntuhannya.

Gatot Subiantoro meski sudah umroh, namun di hati kecilnya masih ingin menunaikan ibadah haji, dan suara hatinya ini didengar Tuhan Allah SWT. Sekitar tahun 2018/2019 mendapatkan undangan Kerajaan Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji khusus. Rupanya Allah SWT yang maha mendengar mengabulkan doa setiap hambanya tidak terkecuali doa sang preman.

***

Dan foto beliau dengan salah satu bukunya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *