Tahun 1970-an, kaum Nahdliyyin masih sebagian kecil yang punya minat “menjadi pegawai” alias birokrat, juga pada profesi dokter. Selain karena jaringan NU dibabat di struktur birokrasi, fokusnya masih pada pesantren. Alasan lain, biaya sekolah kedokteran mahal.

Namun, satu hingga dua dasawarsa berikutnya, kaum santri banyak yang kuliah di fakultas kedokteran. Beberapa putra dan cucu kiai NU banyak menempuh jenjang karir sebagai dokter. Yang paling menonjol dr. Fahmi Djakfar Saifuddin, putra KH. Saifuddin Zuhri, Menteri Agama Era Orde Lama dan tokoh elit NU. Dokter Fahmi ini yang menjadi teman diskusi Gus Dur sejak era 1970-an hingga akhir hayatnya.

Selain itu, ada dr. Umar bin KH. Wahid Hasyim. Dokter spesialis paru yang  kemudian diamanahi sebagai direktur RSUD Koja Jakarta (1988-1998), lalu di posisi yang sama di RSUD Pasar Rebo Jakarta (1998-2001). Ketika diberi jabatan, beliau masih ragu, namun Nyai Sholihah Wahid Hasyim, ibundanya, yang menyuruhnya tetap menerimanya. Di tangan adik Gus Dur itu, dua rumah sakit berkembang baik. Cicit lain dari trah Kiai Bisri Syansuri, Denanyar Jombang, dari jalur KH. Aziz Bisri Syansuri juga beberapa di antaranya yang menjadi dokter, menikah dengan dokter dari trah Kiai Nashrullah, Tambakberas, Jombang. Bahkan, menantu Kiai Nashrullah juga seorang dokter, yang pernah menjadi dokter teladan nasional beberapa tahun silam.

Kiai Shobari, salah santri KH. Hasyim Asy’ari yang kemudian turut mengajar di almamaternya dan menjadi salah satu guru Gus Dur punya putra bernama Dr. dr. Chamim Shobari Singoprawiro, Sp.OG(K)Onk. Nama terakhir ini kini selain menjadi Dokter Kandungan Konsultan Onkologi Ginekologi dengan pengalaman lebih dari 32 tahun, juga menjadi Direktur Brawijaya Hospital Saharjo. Santri? Jelas!

Masih banyak dokter yang berlatarbelakang keluarga ulama NU. Yang saya (sok) kenal, antara lain dr. H. Muhammad S Niam, FINACS, M.Kes, SP. B-KBD. Saat ini Gus Ni’am menjadi Ketua Perhimpunan Dokter NU alias PDNU. Beliau putra dari KH. Masduqi Mahfudz, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, 2000-2008. Dokter yang kiai, kiai yang dokter. 

Selain itu ada juga dokter lainnya yang berkhidmah di jejaring dokter NU, seperti dokter Haji Soemartono Samadikoen dan dokter Liliek Murtiningsih Mbak SasQa SasQa Mas Penggalih Mahardika Herlambang, Dokthir Heri Munajib, dll.

Kini, PDNU membuat terobosan ini. Semacam Halodoc. Silahkan unduh aplikasinya di PlayStation, eh Playstore, dan bisa konsultasi. Gratis. Hanya dibarter dengan bacaan Surat al-Fatihah agar beliau-beliau selalu sehat dan tidak lelah berkhidmah untuk ummah.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *