Sejatinya Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Perti, Nahdhatul Ulama, Muhammaddiyah, Al Washliyah Medan dan bahkan Nahdhatul Wathan Lombok berasal dari rahim yang sama. Dapat dipastikan hampir semua organisasi tersebut baik berhaluan tradisionalis maupun pembaharuan memiliki jalur yang sama, dari satu guru kebanggaan nusantara yang pernah menjadi Imam di Mesjidil Haram dan Mufti dalam Mazhab Imam Syafi’i, menantu dari Syekh Salih Kurdi yaitu Syeikh Ahmad Khatib al Minangkabau.
Syeikh Ahmad Khatib yang terkenal itu berguru kepada Syekh Sayyid Bakri Syatta pengarang Kitab I’anatutthalibin yang merupakan Hasyiah terhadap Fathul Mu’in Karya Syekh Zainuddin dari Malabar India. Sedangkan guru lainnya dari Syekh Ahmad Khatib adalah Syekh Sayyid Zaini Dahlan yang merupakan Ulama senior Mekkah Madinah dikenal dengan gelar Syaikhul Masyayikh.
Adapun sanad dari Syekh Sayyid Zaini Dahlan banyak beredar dan telah masyhur adanya seperti yang dijelaskan oleh Syekh Yasin Padang dalam banyak karyanya. Sebagai organisasi yang berpaham Ahlussunnah Waljama’ah dan bermazhab Syafi’i, Perti dalam hal ini didirikan oleh ulama-ulama Sumatera Barat di antaranya ada Syekh Sulaiman al Rusuli Candung, Syekh Jamil Jaho’, Syekh Khatib Ali Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah, dan beberapa ulama Padang lainnya adalah murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, bahkan ayahnya Buya Hamka yaitu Syekh Abdul Karim Amrullah atau dikenal dengan Haji Rasul yang memimpin pembaharuan di Padang adalah murid kesayangan Syekh Ahmad Khatib juga.
Demikian pula organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan oleh Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, KH A. Wahab Chasbullah juga keduanya merupakan murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Sehingga tidak mengherankan bila sanad Syekh Hasyim Asy’ari tersambung dengan jalur Syekh Ahmad Khatib. Sedangkan Oraganisasi Al Washliyah yang berasal dari Sumatera Utara didirikan oleh para ulama seperti Syekh Hasan Makhsum, Syekh Muhammad Yunus(bukan Prof Mahmud Yunus Padang), Syekh Arsyad Thalib Lubis, dan ulama lainnya, juga murid dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, apalagi Syekh Hasan Maksum yang selanjutnya menjadi Multi di Deli bermukim 20 tahun di Mekkah untuk menimba ilmu pada Syekh Ahmad Khatib.
Sedangkan organisasi terbesar setelah NU adalah Muhammaddiyah yang didirikan oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan dengan nama kecilnya Muhammad Darwis merupakan Murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, bahkan Kiyai Hasyim Asy’ari dan Kiyai Ahmad Dahlan pernah sama sama berguru kepada Syekh Saleh Darat pengarang yang terkenal itu.
Terakhir, tentu setiap organisasi memiliki titik titik perbedaan, namun Syekh Abdul Karim ayah Buya Hamka berkata kepada Syekh Sulaiman al Rusuli pendiri Perti “Apalah arti kita berbeda, padahal kita menimba pada kolam yang sama”, maksudnya mereka semua berguru pada ‘allamah Syeikh Ahmad Khatib Abdul Latif al Mingkabau al Syafi’i.
One response
Jika berkenan , bisa ada yg menulis sejarah pesantren tua di indonesia