Jaringansantri.com -Tangsel. Jejak masuknya agama Islam di Nusantara,maka selain peran para ulama laki-laki juga diikuti berbagai peran yang tak kalah pentingnya dari para ulama perempuan Nusantara. Walaupun sumber atau objek penelitian tentang peran para ulama perempuan belum sebanyak para ulama pria,akan tetapi peranan para ulama wanita itu tidak bisa dipandang sebelah mata.
Secara umum arti ulama adalah seseorang yang alim,ahli fiqih,ahli tafsir,ahli hadits,dan ahli tassawuf.
Kalau kita cermati dalam perkembangan Islam di Nusantara itu secara umum lebih bercorak tassawuf atau tarekat. Hal ini akan nampak sekali kalau kita membaca sejarah perkembangan islam di era Walisongo. Dan di era ini para pendakwahnya didominasi oleh kaum laki-laki.
Sehingga dari hal itu timbul pertanyaan,apakah perkembangan Islam di Nusantara hingga saat ini hanya di pegang oleh kaum laki-laki saja ataukah ada peran muslimah Nusantara yang ikut berdakwah menyebarkan ajaran Islam,terutama pada abad ke 19. Karena pada saat itu yang paling utama dihadapi adalah tentang penjajahan Belanda dan Jepang.
Faktanya adalah ada keterlibatan kaum wanita muslimah yang ikut berperan serta dalam menyebarkan ajaran Islam yang kita kenal dengan ulama perempuan. Sebagai contohnya adalah Cut Nyak Dien dan Cut Meutia. Selama ini mungkin kita baru mengetahui kalau beliau ini hanya seorang panglima perang wanita dari Aceh. Sekilas mereka ini hanya berperan sebagai pejuang untuk merebut kemerdekaan dari Penjajahan Belanda daripada seorang yang alim,pendiri pesantren,atau memberi fatwa-fatwa terhadap permasalahan yang terjadi saat itu. Penyembunyian identitas keulamaan kaum wanita ini sengaja dilakukan agar sepak terjang mereka tidak mudah terlacak oleh mata-mata belanda. Selain itu di Pulau Jawa sendiri ada Pejuang sekaligus ulama perempuan yang bernama Nyai Ageng Tegalrejo (Nenek Pangeran Diponegoro) yang berperan penting dalam membentuk karakter kepribadian Pangeran Diponegoro. Selain itu salah satu Panglima Perang saat terjadi Perang Diponegoro adalah Nyai Ageng Serang (salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga) yang sangat mahir dalam ilmu agama. Perjuangan mereka sangat kontras dengan para kaum wanita setelahnya misalnya RA.Kartini,Rahmah El Yunusiyah,Dewi Sartika,hingga Nyai Aisyah Dahlan,Nyai Sholehah Wahid,Hajah Rasuna Said yang berjuang dalam bidang sosial kemasyarakatan.
Memang jika kita lihat diberbagai buku sejarah para pahlawan bangsa,para pahlawan wanita ini masih terbatas dalam penulisan biografi,jasa-jasa,atau peranan pentingnya bagi Bangsa Indonesia.
Sebagai pendiri pesantren putri pertama di Nusantara misalnya,ternyata ini berkat peranan dari istri KH.Bisri Syansuri,yaitu Nyai Khadijah sebagai pendirinya. Selain itu ada Nyai Khoiriyah Hasyim (salah satu putri KH.M.Hasyim Asy’ari) yang pernah menimba ilmu di Mekkah selama 20 tahun bersama suaminya yaitu KH.Muhaiminan lalu setelah pulang ke Nusantara aktif mengajar di pesantren dan aktif juga sebagai penulis,salah satu tulisannya yaitu tentang Pengertian Madzhab dan Toleransinya pernah dimuat dalam Majalah Gema Islam tahun 1962.
Selain itu di Aceh ada tokoh perempuan yang bernama Teuku Faqinah yang hidup sezaman dengan Cut Nyak Dien. Beliau seorang alim yang tinggal di wilayah Aceh Besar. Beliau ini dikenal sebagai pendakwah dan pengatur strategi perang melawan Penjajah Belanda.
Diera setelah kemerdekaan NKRI,ketika siaran-siaran televisi booming dengan siaran-siaran agama,mulai muncul istilah ulama perempuan.
Dari era itu maka mulai dikenallah ulama-ulama perempuan dari berbagai daerah,misalnya :
1. Tuan Guru Haji Muna atau Maemunah (Maluku,1962-2008)
Nama daerah asalnya di Morella. Beliau mengajarkan agama Islam dengan mendekatkan pada realitas alam,misalnya tanda-tanda waktu sholat,fajar pertama,fajar kedua,dan seterusnya kemudian hingga tata cara membaca doa-doa. Murid-muridnya (laki-laki dan perempuan) itu terhimpun dalam majelis dzikir. Beliau lebih dikenal dengan guru hakekat.
2. Nyai Masriyah Amva
Beliau adalah pemimpin pesantren Kebun Jambu Al Islami Babakan Ciwaringin Cirebon. Selain dikenal sebagai orang yang teguh memperjuangkan pesantren perempuannya,beliau telah melahirkan karya puisi religinya yang sudah dibacakan di dalam sampai luar negeri.
3. Nyai Sholehah Munawaroh Bisri (istri KH.A.Wahid Hasyim) yaitu ibundanya KH.Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Yang dikenal aktif baik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat maupun sosial kemasyarakatan. Nama lainnya Hj.Lutfiyah Sungkar,dll. (Narasumber: Alai Najib, peresume: Deni Fajar S)
No responses yet