Di momen-momen tertentu , banyak orang Islam melakukan ziarah kubur di Maqam tokoh dan Ulama, apalagi di musim tahun politik (pilpres dan pileg), sehingga tidak terkecuali pula para kompetitor perpolitikan di Negeri ini juga bersafari ziarah ke sana kemari. Tentu, mereka punya niat dan maksud tujuan yang beda-beda. Akan tetapi, apapun itu niatnya, dzahirnya adalah bahwa ziarah maqam pahlawan dan ulama adalah perbuatan terpuji.

Lalu, apakah mereka semua paham dan mengerti Sopan Santun dalam berziarah kubur?

Sebuah Kitab Tafsir Al-Qur’an ternama yang diberinya judul “Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan” atau yang lebih dikenal sebagai Tafsir Qurthubi saja, menjelaskan; bahwa Ketika Imam Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi (w. 671 H) menafsiri Surah At-Takaatsur (Bermegah-megahan), beliau mengajarkan sopan santun menziarahi Kuburan. Beliau mengatakan;

يقصد بزيارته وجه الله تعالى ، وإصلاح فساد قلبه ، أو نفع الميت بما يتلو عنده من القرآن والدعاء ، ويتجنب المشي على المقابر ، والجلوس عليها ويسلم إذا دخل المقابر ، وإذا وصل إلى قبر ميته الذي يعرفه سلم عليه أيضا ، وأتاه من تلقاء وجهه ; لأنه في زيارته كمخاطبته حيا ، ولو خاطبه حيا لكان الأدب استقباله بوجهه ; فكذلك هاهنا .

  1. Tujuan ziarah Kubur itu haruslah Hanya Karena Allah ta’ala saja (lillahi ta’ala).
  2. Ingin memperbaiki kerusakan pd hatinya.
  3. Memberi kemanfaatan kepada Mayit; dengan membacakan Al-Qur’an dan memanjatkan Doa di hadapannya.
  4. Meninggalkan perbuatan jalan-jalan (melangkahi) di atas kuburan-kuburan.
  5. Meninggalkan perbuatan duduk-duduk persis di atas pusara kuburan.
  6. Ketika sampai pd pekuburan mayit yg dikenalinya, maka ia jga mengucapkan salam kepadanya (secara khusus).
  7. Ia mendatangi dan berdiam diri khusyu’ persis di (samping kanan) hadapan pusarannya (bagian mukanya mayit).

Karena menziarahi kuburannya itu sama seperti berkomunikasi dengannya saat hidup di dunia.

Bila ia berkomunikasi dgnnya saat masih hidup, dan sopan santunnya adalah dengan menghadapkan muka ke mukanya, maka begitu pula di sini sopan santunnya juga demikian.

َ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hasyr: 10).

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *