Dalam berbagai literatur yang beredar nama beliau sering ditulis dengan ‘Alamuddin Abul Faidh Muhammad Yasin Ibn Isa al Fadani Musnidul ‘Ashr yaitu seorang ulama besar Indonesia yang sangat diperhitungkan dalam kajian keislaman edisi terakhir di Timur Tengah secara khusus dan tentunya dunia Islam secara menyeluruh.

Bahkan menurut para ilmuwan Islam Kontemporer, setelah wafatnya Syekh Yasin Padang, sanad di dunia Islam turun satu tingkat dari sanad ‘ali ke sanad nazil, dari level kakek ke derajat cucu dalam sanad hadits, karena beliau pemilik sanad tertinggi dalam kajian sanad Kontemporer. Sehingga Syekh Mahmud Said Mamduh Mesir menyebutkan betapa Syekh Yasin Padang sangat layak digelar dengan Musnidul ‘Ashr atau Musnid Dunya sebagai Tokoh Kunci Sanad karena Syekh Yasin Padang memiliki guru melebihi 500 orang, bahkan ada yang menyebutkan 700 orang dengan sanad yang bersambung kepada Rasulullah.

Selain sebagai rujukan sanad dunia, keberadaan Syekh Yasin di Mekkah juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia dan Alam Melayu tentunya, terbukti dengan banyak karya tulisnya yang menjadi rujukan di dunia Islam termasuk di Al Azhar Kairo Mesir, dalam berbagai cabang keilmuan, khusus dalam bidang sanad hadits beliau dianggap oleh para ulama sebagai rajanya.

Syeikh Yasin Padang menulis banyak kitab dalam bahasa Arab sebanyak 98 judul ada dalam puluhan jilid satu judul, dan ada yang hanya satu jilid saja. Di antara tulisannya yang berjilid-jilid adalah ulasan beliau terhadap Kitab Sunan Abu Daud dalam 20 jilid yang Berjudul Dur Mandhud, namun cetakan ini belum masuk ke Indonesia. Di antara karya tulisnya yang banyak beredar di pesantren-pesantren Indonesia adalah Fawaid Janiyah sebuah kajian terhadap Qawaid Fikih dalam Mazhab Imam Syafi’i.

Selain sebagai ulama dan intelektual yang produktif, Syekh Yasin Padang juga memiliki banyak murid yang juga tersebar, dan umumnya menjadi ulama-ulama kharismatik sebut saja misalnya: Syeikh Ismail Zain al Yamani, Syekh Muhammad ‘Alawi al-Maliki, Syekh Muhajirin Amsar Bekasi, Syekh Sa’id Mamduh Mesir, Syekh Ali Jum’ah Mesir, Syekh Ahmad Ma’bad Abdul Karim, Syekh Sa’ad Jawish, Muallim Syafi’i Hazami Betawi, KH Sahal Mahfudz, Syeikh Hamid al Kaaf, KH Maimun Zubair dan banyak para ulama lainnya di seluruh dunia.

Syekh Yasin Padang sebaya dengan Syekh Muda Waly Aceh, mereka berdua pernah berguru kepada Syekhul Masyayikh Mesjidil Haram yaitu Syekh Ali Husein al Maliki, pentahqiq/editor Kitab Asybah Wannazhair, sehingga ketika Abuya Muhibbuddin Waly berjumpa dengan Syekh Yasin Padang, maka teringatlah akan temannya Syekh Muda Waly yang merupakan teman akarabnya, sehingga seluruh sanad hadits diijazahkan oleh Syekh Yasin kepada Abuya Muhibbuddin Waly. Teman lainnya dari Syekh Yasin Padang adalah Tuan Guru Pancor atau Syekh Zainuddin Abdul Majid, pendiri Nahdhatul Wathan. Adapun Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah pentahkik Internasional dalam beberapa karyanya menisbahkan dirinya sebagai murid Syekh Yasin Padang adalah sebagai bentuk ketawadhu’an beliau, karena kedu-duanya merupakan ulama besar kebanggaan dunia Islam yang lahir dalam usia yang sama.

Semoga Allah subhanahu wata’ala mencurahkan limpahan keberkahan kepada Al Muhaddits Al Faqiih al Ushuli al Musnid al Mutafannin Syeikh Yasin al-Fadani.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *