Oleh : Raffie Muhammad Fauzan, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma
“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.” (QS al-Isrâ’ [02]: 70)
Sejatinya manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di antara ciptaan Allah yang lainya, manusia dengan otaknya dapat berpikir, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan otaknya pula manusia dapat berinovasi dalam menciptakan sesuatu yang baru, dan manusia juga merupakan makhluk sosial yang saling melengkapi. Tapi dalam kesempurnaan manusia ternyata Allah tidak menciptakan semua manusia di dunia ini dengan sangat sempurna, setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan Allah telah menentukan takdir setiap manusia yang hidup di dunia ini. Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi ini karena kemampuan berpikirnya, dan manusia pula memiliki bentuk fisik maupun non fisik seperti akal dan hati kecil (dhamir) yang sempurna di bandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Namun demikian, kemuliaan manusia erat kaitannya dengan komitmen mereka menjaga kelebihan tersebut sebaik mungkin dengan cara mengoptimalkan kelebihan mereka dengan hal-hal yang bermanfaat bukan menggunakan kelebihannya untuk merusak bumi ini. Manusia merupakan makhluk yang mulia selama ia mampu mengoptimalkan keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadanya, yaitu spiritual, intelektual dan emosional dalam diri mereka sesuai misi dan visi penciptaan mereka. Namun apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan hina, bahkan lebih hina dari hewan maupun iblis. Dan bukankah Allah menciptakan manusia di dunia ini untuk beribadah? Sudahkah anda bersujud kepada-Nya serta bersyukur atas segala pemberian-Nya?
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sebagai makhluk sosial sudah seharusnya kita bisa toleran kepada kekurangan orang lain. Tidak ada manusia yang hidup sempurna di dunia ini, tidak ada manusia yang memiliki sifat maupun karakter yang sempurna, setiap manusia diciptakan dengan berbagai karakter dan sifat-sifat yang berbeda. Belajarlah dari orang yang jauh dari Allah bagaimana ia dapat jauh dari Allah, sehingga kita bisa menjauh dari segala perilaku-perilakunya yang melenceng. Manusia memiliki berbagai karakter dan sifat yang harus kita pahami juga demi terciptanya sebuah ukhuwah yang erat dan hubungan sosial yang kuat antara manusia. Alangkah indahnya jika manusia dapat bersatu dalam perbedaan. Selama karakter dan sifat mereka masih sesuai dengan kaidah agama dan tidak melanggar ketentuan hukum maka kita harus menghargainya.
Janganlah melihat seseorang dari cover-nya saja, belum tentu orang yang kita anggap rendah lebih baik dari kita, dan belum tentu orang yang kita anggap sempurna lebih sempurna dari kita. Lihatlah bagaimana pergaulannya? Bagaimana ibadahnya? Bagaimana akhlaknya? Jangan terlalu mudah untuk menilai seseorang baik atau buruk. Manusia adalah makhluk yang saling menyempurnakan kekurangan sesama. Setiap orang ingin menjadi makhluk yang mulia, mulia derajatnya, mulia jabatannya dan mulia hidupnya. Tapi sedikit yang ingat kewajibannya sebagai hamba Allah, kewajibannya sebagai khalifah Allah untuk menjaga bumi ini. Belum tentu orang yang tinggi derajatnya, orang kaya, orang yang selalu bahagia itu mulia dan tinggi derajatnya di mata Allah.
Menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Menjadi orang yang berguna lebih berarti dari pada menjadi orang kaya, namun masih banyak orang ingin menjadi kaya dari pada menjadi orang yang berguna, jadilah orang berguna dan suka membantu, mengeluarkan hartanya untuk orang fakir miskin, menggunakan tenaganya untuk bekerja dan membantu sesama atau bergotong royong. Untuk menjadi orang yang berguna tidak harus kaya, tapi orang yang berguna bagi sesama dan suka berbagi kebaikan pasti akan bahagia dalam hidupnya karena Allah akan memudahkan segala pekerjaan – pekerjaannya dan akan melapangkan rezekinya.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim [14]: 7).
No responses yet