Kita semua sepakat bahwa al-Quran merupakan kitab suci bagi umat islam yang di dalamnya memuat berbagai macam aspek. Selain kekomprehensifannya ini, tidak berlebihan pula kiranya jika kita menyebutkan bahwa al-Quran adalah teks naskah yang transeden.

Semua kalimat yang tertulis di dalamnya, baik itu susunannya maupun bentuknya, tanpa terkecuali semuanya memiliki rahasia dan alasannya tersendiri. Jadi sudah sangat jelas, apabila manusia tidak akan mampu membuat sesuatu yang melebihi atau bahkan sepadan dengan al-Quran ini. Salah satu hal yang cukup menarik dari bentuk keistimewaan dan rahasia al-Quran untuk dibahas adalah fenomena infleksi yang ada di dalamnya. Dan pada kesempatan kali ini, kita akan bahas sedikit mengenai infleksi kata jin yang terdapat di dalam al-Quran.

Mungkin di luar sana sudah banyak yang membahas mengenai pengertian serta perbedaan antara jin, iblis, dan setan. Namun pada tulisan kali ini akan sedikit berbeda. Pembahasannya bukanlah itu, melainkan infleksi kata jin yang ada di dalam al-Quran. Yang setidaknya ditemui tiga bentuk kata jin dalam al-Quran. Yaitu jin, jaan, dan jinnah. Lalu apa perbedaan diantara ketiganya? Dan apa makna masing-masing dari ketiga bentuk kata jin tadi?

Sebelum memasuki pembahasan mengenai pengertian maupun perbedaan masing-masing tiga kata jin dalam al-Quran tadi, alangkah baiknya untuk mengenal terlebih dahulu sebenarnya apa itu jin. Dari segi bahasa kata jin ini terdiri dari dua huruf; yaitu jim dan nun. Di dalam kosa kata Arab, kata yang terdiri dari huruf jim dan nun, semuanya mempunyai makna dasar yang sama yaitu tertutup atau samar. Seperti majnun yang artinya orang gila, yaitu orang yang tertutup akalnya. Kemudian janin yang artinya bayi yang masih tertutup di dalam kandungan. Dan junnah yang artinya perisai atau tameng yang dipakai untuk menutupi serta melindungi diri dari serangan lawan.

Begitu pula dengan jin. Yang mempunyai arti sebagaimana yang kita ketahui adalah makhluk yang samar atau halus, yang mana tertutup oleh alam gaib sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang oleh manusia. Dan hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh al-Herawi dalam kitabnya Tahdzib al-Lughah;
وَإِنَّمَا سُمُّوا جناً لأنّهُمُ اسْتَجنُّوا من النَّاس، فَلَا يُرَوْنَ
Mereka diberi nama jin sebab tertutup atau teralangi dari manusia, oleh karenanya manusia tidak dapat melihat mereka.
Selanjutnya memasuki pembahasan bentuk kata jin yang pertama, yaitu الجن (al-Jin). Kata jin terdapat di beberapa ayat dalam al-Quran, salah satunya di surat ar-Rahman ayat 33 yang berbunyi
يَامَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍ
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
Jin yang dimaksud dalam ayat tadi adalah sebuah golongan, yang mana terdiri dari beberapa jin, yang artinya menyimpan makna jamak atau lebih dari satu. Kemudian ada pendapat dari Ibnu Asyur dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir, dia memperinci kalau jumlahnya mencapai puluhan, sebab juga di dahului dengan kata ma’syar yang menunjukan bahwa mempunyai makna jamak atau plural.
Kemudian yang kedua adalah kata الجان (al-Jaan). Kata ini salah satunya terdapat dalam surat al-Hijr ayat 27 yang berbunyi;
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Imam Jalaludin dalam tafsirnya yang biasa dikenal dengan tafsir Jalalain, menjelaskan bahwa al-Jaan yang dimaksud adalah Abu al-Jin (Bapaknya dari para jin) yaitu iblis laknatullah alaih. Dan hal ini selaras dengan apa yang tertulis dalam tafsir Baghawy yang mengutip perkataan Ibnu Abbas bahwa al-Jaan yang dimaksud adalah Abu al-Jin yang artinya bapaknya kaum jin, sebagaimana nabi Adam yang menjadi Abu al-Basyar yaitu bapaknya manusia. Ini artinya, al-Jaan adalah kata yang menunjukan makna tunggal, yang berarti satu orang yaitu bapaknya dari para jin atau ada juga yang mengatakan bahwa dia itu adalah iblis.
Sedangkan yang terakhir, adalah kata الجنة(al-Jinnah). Mungkin kata ini tidak asing atau familiar bagi kita, karena tertulis di surat terakhir dalam al-Quran. Yaitu surat an-Nas tepatnya pada ayat 6 yang berbunyi;
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
Dari (golongan) jin dan manusia.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa maksud dari kata al-Jinnah di sini adalah sekumpulan kaum jin, yang artinya menyimpan makna plural juga seperti kata al-Jin. Namun perbedaannya al-Jinnah ini lebih plural dan lebih mengglobal lagi. Hal ini berdasarkan keterangan yang terdapat dalam kitab Tahdzib al-Lughah karya al-Herawi
الجِنُّ: جماعةُ ولد الجانّ، وجَمْعُهُم: الجِنَّةُ
Al-Jin adalah sekumpulan anak-anaknya al-Jaan, dan jamaknya dari mereka itu adalah kata al-Jinnah
Demikianlah perbedaan dari ketiga kata jin yang tertulis pada al-Quran. Subhanallah sekali bukan, begitu detail dan indahnya bahasa yang digunakan dalam al-Quran ini, sehingga masing-masing katanya mempunyai rahasia tersendiri. Wallahu a’lam bisshowab.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *