KH. Masduqi Mahfudz, pengurus PBNU, Rois Syuriah NU Jawa Timur sebelumnya, dan pengasuh Pesantren Nurul Huda Mergosono, Malang ini  banyak dikenal masyarakat sebagai kiai yang memegang teguh prinsip. Biasanya pribadi yang teguh prinsip kalau punya amalan juga teguh-istiqomah ngugeminya. Benar, beliau teguh mengamalkan hizib nashor. Di banyak kesempatan dan acara diriwayatkan beliau membaca doa hizib nashor tersebut. 

Tentu kalau orang tidak paham bisa menganggap hal itu (membaca hizib nashor) sebagai pamer atau sombong atau bisa juga dianggap tidak tahu situasi dan kondisi. Namun bagi yang berwawasan luas dan paham dimensi spiritual masyarakat akan bersyukur dengan apa yang dilakukan oleh tidak banyak orang seperti yang dijalankan oleh KH. Masduqi Mahfudz.

Kami, tim pengumpul doa kiai sepuh Tambakberas juga berhasil menghimpun dalam  berbagai jalur  “perawi” atau penerima ijazah hizib nashor yang muaranya ke  Mbah Kiai Wahab Chasbullah. Para penerima ijazah dari Mbah Wahab tersebut:

  1. KH. Mahrus Ali,
  2. KH. Anwar Manshur, 
  3. KH. Aziz Manshur, 
  4. Nyai Mu’tamaroh binti Wahab Chasbullah, 
  5. KH. Abdul Adhim, 
  6. KH. Fauzi Abdullah. 

Tentu kami menyesal belum sempat meminta ijazah dari beliau yang mulia KH. Masduqi Mahfudz.

Karena ijazah yang Istiqomah diamalkan, apalagi pengamalnya adalah pribadi teguh prinsip tentu afdhol dan akan semakin memperkuat jalur sanad-ijazah yang telah kami dapat.

Sedang kiai yang kedua adalah KH. Masduqi Abdurrahman Al Hafidz. Beliau teguh dan istiqomah dengan hafalan Qurannya, pesantrennya di Perak Jombang pun diberi nama  Roudhotu Tahfidzil Quran.  Pada setiap acara yang saya ikuti, beliau kalau berdoa hampir bisa dipastikan membaca doa khotmil Quran. 

Orang yang berpandangan sempit juga bisa menilai apa yang dilakukan KH. Masduqi Abdurrahman adalah sejenis pamer akan hafalnya karena membaca doa memakai doa khotmil Quran. Padahal hal itu jauh pribadi mulia dan apa adanya seperti KH. Masduqi Abdurrahman ini.

Kapan hari beliau bercerita kepada saya bahwa doa yang beliau baca ini sudah diamini oleh Mbah Wahab. Syahdan, saat itu KH. Masduqi yang merupakan santri kalong di Tambakberas, selesai ngaji diminta membaca doa oleh Mbah Wahab, lalu beliau membaca doa khotmil Quran yang sudah beliau hafal di hadapan Mbah Wahab. Maka hal itu dianggap KH. Masduqi sudah direstui atau diijazahi oleh Mbah Kiai Wahab Chasbullah.

Sebenarnya ada lagi KH. Masduqi yang ketiga, yakni KH. Masduqi Abdul Ghani  (kakak Rais Syuriyah PBNU, KH. Miftachul Achyar). Sama dengan KH. Miftachul Achyar, KH. Masduqi ini alumni Tambakberas. Sayangnya karena korona kami belum bisa sowan ke beliau. Dalam buku sejarah Tambakberas beliau bolak balik mengatakan tentang kewalian Mbah Hamid Chasbullah. 

Untuk seluruh para kiai baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup kita bacakan Alfatihah

****

Foto KH. Masduqi Mahfudz (duduk di kursi) dan KH. Masduqi Abdurrahman (bersorban, membelakangi kamera) bertemu saat pemakaman KH. Sholeh Abdul Hamid (2006) di Tambakberas. Dua-duanya memimpin doa bwrgantian. Saya  berkacamata.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *