Ada seorang putra Kyai yang tiap punya usaha, pasti bangkrut. Padahal Si Gus ini benar-benar serius dalam usahanya. Mulai menata manajemen dan lain-lain, dia kelola dengan serius. Tapi tetap saja rugi milyaran dan bangkrut. Lalu bikin usaha lagi, bangkrut lagi. Begitu seterusnya.

Walau tiap bikin usaha selalu bangkrut, dia belum kapok juga. Ayahnya yang seorang Kyai pemangku pondok sudah minta anaknya itu gak usah kerja, mbantu pondok aja. Tapi gak digubris. Alasannya, “Orang bekerja itu gimana-gimana mbarokahi, aku pingin kecipratan barokahnya orang kerja,”

Hingga kemudian, saat dia lagi perjalanan bisnisnya, dia sempatkan  sowan ke gurunya, seorang Kyai Sepuh. Sang Guru Sepuh tiba-tiba dawuh, “Gus, kalo bukan maqomnya, pasti gak akan kesampaian gimanapun keras usahanya. Sampeyan ini maqom tajrid, takdir sampeyan ini silo di pondok, mbuka kitab, bukan kasab,”

Dierr.. Dawuh Sang Guru Sepuh itu langsung menampar qolbu Sang Gus ini. Padahal ribuan nasehat ayahnya sendiri yang juga dawuh demikian, gak mempan. Tapi entah, dawuh Guru sepuh ini sangat menusuk. Langsung masuk.

Dan esoknya, Sang Gus ini pun langsung menyerahkan usahanya pada orang yang dipercaya. Dia tinggalkan total, gak ngurus usaha dan fokus merawat ilmu dan dzikirnya di pondok milik ayahnya. Sejak saat itu, Sang Gus ini hidupnya anteng, hanya fokus ilmu dan rejekinya lancar, bahkan lebih.

Tapi gimanapun, Sang Gus ini tetap bersyukur dan gak nyesel pernah nyemplung di dunia usaha. Kata beliau, “Barokahnya saya punya usaha, saya bisa tahu takdir saya lewat Guru saya yang menunjukkan takdir saya. Kalo saya gak pernah bikin usaha, pasti Guru saya gak bakal menunjukkan takdir saya,”

Dan benarlah keyakinannya, gimanapun juga, orang bekerja itu mbarokahi. Intinya, siapapun kita, tetap bekerja, berusaha dan tetap menimba ilmu dari seorang guru. Jangan leha-leha. Sampai kita ditunjukkan di mana maqom kita sebenarnya.

Sebagai penutup, ada tips dari Sang Gus dalam memilih guru. Beliau berpedoman firman Gusti Allah.

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Ikutilah orang yang tidak pernah minta imbalan kepadamu, karena mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (Yaasiin 21)

Mugi manfaat.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *